Rasa malu ku beberapa hari kemarin bisa sedikit ku redam, karena aku tidak akan ke kafe untuk beberapa hari. Aku dan Hoseok ditugaskan ke kota yang berjarak kurang lebih dua ribu kilometer dari sini, untuk mengurus beberapa pekerjaan dan meeting dengan kolega.
Kulihat si pria rajin sudah sampai di tempat tunggu bandara lebih dulu dariku, entah ia memang rajin atau dia senang karena ini merupakan jobdesk pertama yang akan dia kerjakan. Hoseok membawa satu koper besar dan sebuah tas ransel yang ia gendong dipunggung.
Di dalam pesawat Hoseok terlihat gugup, ia menghela nafas kasar beberapa kali. Hari ini ia akan melakukan pekerjaan dengan tingkat cukup berat bagi pemula. Kolega yang kami temui merupakan 'kawan lama' perusahaanku yang terkenal cukup perfectionist dalam membuat sebuah keputusan. Aku pernah rapat dengan mereka mengenai menejemen yang dijalankan oleh perusahaanku, beberapa menejer perusahaan itu menyinggung kinerjaku yang mereka anggap kurang efektif, bahkan junior pada perusahaan mereka lebih unggul dibanding kinerjaku. Aku berharap Hoseok mampu melewati rintangan itu.
Tepat pukul dua belas pesawat mendarat sempurna, aku dan Hoseok segera menuju hotel yang sudah dipesan oleh perusahaanku. Karena mungkin kami akan menghabiskan waktu di kota ini tidak kurang dari lima hari.
Kami sudah berada di depan meja resepsionis. Aku dan Hoseok sama tidak percaya dengan yang dikatakan resepsionis hotel bintang lima itu. Sungguh perusahaan sialan! Kami hanya disewakan satu kamar untuk berdua. Bahkan dengan staff yang baru kukenal beberapa hari.
Seorang bellboy menghantar koper kami, Hoseok mulai merapihkan pakaian ke dalam almari, menata beberapa buku dan laptop di atas meja "Saya yang mandi duluan boleh Pak?" Hoseok selalu menanti izinku untuk setiap apa yang akan dia lakukan. "Ya silakan" jawabku singkat sembari melepas sepatu dan mulai berbaring pada ranjang.
Setidaknya aku punya waktu sampai pukul lima untuk beristirahat, atau mungkin memberi arahan kepada Hoseok pada beberapa point penting yang akan dibahas dalam meeting nanti malam.
Tanpa kusadari aku dibangunkan Hoseok dengan sedikit kasar, katanya jika aku tidak segera bangun maka kita akan terlambat menuju tempat meeting. Sial ini sudah pukul lima lebih tiga puluh menit, ketiduran! Aku segera berlari ke kamar mandi. Mandi bebek kalau kata orang jaman dulu, aku hanya mengguyur tubuh dan menyabun sembarang.
Hanya butuh waktu lima belas menit untuk aku bersiap-siap dengan pakaian rapi khas orang yang akan membicarakan perihal bisnis.
Kami menempuh perjalanan kurang lebih sepuluh menit, hingga sampai pada sebuah gedung dengan lobby megah. Kami disambut oleh satu menejer untuk menuju ruang rapat. Benar dugaanku, aku dan Hoseok adalah orang pertama yang datang. Tak apalah, setidaknya ini menjadi nilai plus bagi kami.
Tak butuh waktu lama untuk menanti peserta meeting kali ini, Hoseok tampak mengeluarkan keringat dingin, kakinya mengetuk-ngetuk lantai, terlihat sangat grogi setelah melihat jajaran orang yang datang pada rapat itu, "Pak Hoseok, tarik nafas panjang dan hembuskan, keberhasilan negosiasi ada di tanganmu" kataku sambil menepuk pundak kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENERVATE - Bagian 1
FanficKim Namjoon menyukai pria manis pemilik sebuah caffe dekat dengan kantornya. Mungkin ini adalah cinta pertama karena ia sungguh tidak berani menyatakan pada pria tampan bernama Kim Seokjin itu. Beruntungnya Namjoon ia dibantu oleh cupid bernama Taeh...