"Clara! Tolongin gue!"
"Clara gue di sini!"
"Clar!"
"Clara!"
Clara berlari mengitari hutan lebat, mencari sumber suara yang memanggil namanya sedari tadi. Hingga langkahnya terhenti tepat di depan sebuah gubuk tak terurus, ia pikir semua suara tadi bersumber dari dalam gubuk ini.
Hingga saat Clara membuka pintu,
tiba-tiba...
"CLARA! JANGAN DI BUKA!"
"AAAAAAAA!!!"
🌠🌠🌠
Clara Aqqila Alvarendra, gadis berambut panjang itu terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah serta keringat yang membasahi sekujur tubuhnya. Ia menatap seluruh sudut kamar lalu bernafas lega karena menyadari jika tadi hanyalah mimpi.
Namun, Clara sedikit merasa takut mimpinya adalah sebuah pertanda. Mengingat bahwa dirinya seorang anak indigo.
Clara berusaha mengubur semua pikiran buruknya dan segera beranjak menuju kamar mandi.
Hari ini adalah hari yang paling dinantikan seluruh murid 'SMA Anak Bangsa' mulai dari kelas 10 hingga 12.
'CAMPING AKBAR 2021'
Begitulah mereka menyebut kegiatan hari ini. Mereka akan camping di bukit daerah Jawa Timur selama seminggu. Bersenang-senang adalah hal utama yang akan mereka lakukan di sana setelah stress melewati ujian akhir semester ganjil.
🌳🌳🌳
"Kak, bangunin adekmu gih," perintah seorang pria sedikit paruh baya pada pemuda di depannya yang kini tengah asik melahap roti dengan selai coklat kesukaannya.
"Males," dengus pemuda itu tanpa menatap pria paruh baya berstatus ayahnya.
Lima menit kemudian, seorang gadis dengan menenteng koper serta sling bag turun dari tangga bersama senyum cerahnya.
"Pagi ayah! Clara udah bangun kok," sapa gadis itu lalu duduk disamping ayahnya untuk sarapan.
Juan Abdi Alvarendra, pemuda yang tadi menolak perintah ayahnya itu seketika berdiri sembari menggeret koper berisi perlengkapannya untuk camping saat adiknya baru saja duduk.
"Juan berangkat," ucapnya dingin.
"Tunggu adek, kak. Hari ini adek bareng kamu," perintah sang ayah.
"Gak! Gue mau jemput Lala," tolak Juan mentah-mentah.
"Ya sekalian, kak."
"Gak! Gue gak sudi mobil gue didudukin sama pembunuh itu!" Juan menunjuk Clara.
Ayah Rendra mendobrak meja lalu berdiri di tempatnya, "JUAN!!!" dadanya naik turun, mukanya memerah menahan amarah.
"Udah nggak usah, yah. Clara udah pesen ojek online kok." Clara mengusap sebelah bahu ayahnya agar bisa sedikit tenang. Dan memerintahkan untuk kembali duduk.
"Yaudah kalo kamu gak mau, tapi ayah minta tolong bawain koper adekmu, biar dia nggak susah waktu naik ojek." Ayah Rendra berhasil mengendalikan dirinya dan berusaha bertutur halus dengan anak sulungnya.
"Manja banget jadi orang," ketus Juan lalu mengambil koper berwarna pink tua milik Clara dan langsung melenceng begitu saja keluar rumah dengan amarah yang juga sudah di pucuk kepala.
Ayah Rendra membuang nafas berat lalu meminum air putih yang diberikan Clara. Mau sampai kapan anak sulungnya itu menyalahkan si bungsu atas kematian istrinya. Ya, ibu Juan meninggal saat melahirkan Clara. Juan tidak bisa menerima itu dan selalu menuduh Clara sebagai pembunuh ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prejudiced
Hayran KurguBerawal dari mereka yang tertinggal rombongan bus di tengah hutan belantara. Hingga suatu kejadian membuat mereka saling berburuk sangka. Namun, siapa yang akan mengira jika buruk sangka itu membuat satu persatu dari mereka hilang. "Jangan buruk san...