Disepanjang jalan menuju kediaman sang kekasih, Naruto sudah beberapa kali berhenti untuk memperingati Shizuka agar tak terlalu erat memeluknya. Naruto tak suka jika terlalu menempel dengan aset berharga gadis itu. Ingat! Walaupun tukang gonta-ganti pacar, Naruto tak pernah memanfaatkan kemolekan tubuh pasangannya. Istilahnya ia tidak pernah mengambil kesempatan dalam kesempitan. Hanya satu yang Naruto manfaatkan dan mereka yang di luar sana tak tahu apa itu, kecuali para sahabatnya tentunya.
Mereka kini sudah sampai di kediaman Shizuka yang megah. Gadis itu anak tunggal dari pengusaha retail terbesar di Jepang. Tidak mengherankan jika sikapnya manja dan perfeksionis. Untuk itu ia sangat berambisi dalam mencapai nilai tinggi dan dapat menjadi juara umum.
"Ayo masuk! Kita kerjakan tugasmu di kamarku."
Naruto tersenyum kikuk, mendengar kata 'kamar' entah kenapa membuatnya ngeri. Selama sebulan menjalin hubungan dengan Shizuka dia tak pernah memasuki rumah megah bergaya eropa tersebut. Sekalinya mampir, langsung diajak ke kamar. Apa setiap gadis selalu mengerjakan tugas bersama di kamar? Entahlah Naruto tidak tahu itu karena sepanjang hampir 2 tahun bersekolah di Tokyo High School, tak pernah sekali pun ia mengerjakan tugas bersama. Sedangkan dengan kekasihnya dulu tak pernah sekali pun ia menemani mereka mengerjakan tugas. Kekasihnya terdahulu memang tidak banyak meminta dan manja seperti Shizuka.
"Silakan duduk!" Shizuka mempersilakan Naruto duduk di kursi yang terdapat di balik meja belajarnya. Naruto mendudukkan diri di sana seraya matanya terus meneliti seisi kamar Shizuka.
Jadi kamar gadis seperti ini ya!?
Kamar Shizuka sangat feminim dengan di dominasi warna pink, seperti kepribadiannya yang feminim. Di dinding terdapat beberapa lukisan abstrak, sedang di nakasnya terdapat beberapa foto bias kegemarannya dan tentunya foto dirinya. Mengalihkan pandangan ke sudut ruangan, ada sebuah meja rias yang berukuran cukup besar untuk ukuran anak SMA dengan kosmetik yang sangat banyak yang tak Naruto mengerti. Yang ia tahu hanya bedak dan lipstik. Itu pun karena ibunya sering mengajaknya untuk membeli kedua benda itu.
"Kamarku cantik 'kan?"
Naruto tersentak mendengar penuturan Shizuka, ia lantas mengalihkan pandangan pada sang kekasih yang ternyata sudah berganti pakaian. Naruto memalingkan wajah ketika mendapati pakaian yang Shizuka kenakan terlalu terbuka. Gadis itu mengenakan dress di atas lutut dengan tali spageti dan berbelahan dada rendah.
"Kenapa kamu pakai baju kurang bahan seperti itu?"
Shizuka mengerjap bingung, kenapa Naruto memalingkan wajah bukannya terlihat senang? Bukankah lelaki itu seorang playboy?
"Bukankah aku cantik pakai baju seperti ini?"
Naruto berdehem singkat setelah berhasil menetralkan kegugupannya, ia lantas menatap Shizuka dengan wajah kalemnya untuk menutupi jati diri aslinya. "Maksudku kamu cantik, tapi lebih cantik lagi jika pakaianmu lebih sopan. Bukankah aku ini seorang tamu?"
Shizuka mengangguk paham, "Iya, tapi kamu kan pacarku. Kenapa harus berpakaian sopan?"
"Tetap saja ... kalau ada orang lain yang datang bagaimana?"
"Siapa yang mau datang? Orang tuaku saja sedang keluar negri." Ya, karena tamu di rumah tersebut pastilah rekan bisnis orang tuanya, jadi jika orang tuanya tidak ada, para rekan bisnis pun tidak akan ada yang datang ke rumah. "Sudahlah ayo kita kerjakan tugasmu."
"Hey, apa yang kamu lakukan??" Pekik Naruto ketika Shizuka mendudukkan diri di pangkuannya. Sungguh Shizuka ini sangat berniat menggoda imannya.
.
Hinata mendesah kecewa ketika tak mendapati benda yang di carinya di dalam laci. Benda sakral yang setiap bulannya ia beli ternyata bulan ini ia kelupaan membelinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Colorful ✔
FanfictionNaruto belongs Masashi Kishimoto Saya tidak mendapatkan keuntungan materiel dari cerita ini selain kepuasan Rate T Naruto tukang gonta-ganti pacar, namun tak tersentuh sama sekali. Aneh bukan? Hanya ada satu alasan dibalik sifatnya yang playboy dan...