Part 11

533 112 14
                                    

Cinta berbalas adalah hal yang paling diinginkan oleh setiap insan yang sedang jatuh cinta.

Berbeda cerita dengan hati yang telah terluka. Pernyataan cinta dari orang yang sebelumnya dicintai, hanya akan membuat keraguan besar pada hati.

.

"AKU JATUH CINTA PADAMU!"

Hinata menghentikan langkahnya, merasa tak percaya dengan apa yang didengarnya. "Tidak mungkin ... jangan percaya Hinata!" Menampik apa yang didengar, Hinata tidak ingin tertipu untuk kedua kalinya. Sebelum hatinya kembali goyah, ia mulai melangkahkan kembali kakinya tanpa berniat menoleh sedikitpun.

Satu langkah ... dua langkah ... ia merasa seseorang mengikuti langkahnya. Hinata yakin itu pasti Naruto. Melangkahkan kaki semakin cepat dengan mulut komat-kamit merapalkam doa agar Naruto tak dapat menyusulnya, tapi langkah kaki lebar itu semakin mendekat. Hinata panik, dengan sekuat tenaga berlari menghindar dari jangkauan Naruto.

Naruto yang melihat punggung mungil itu yang semakin menjauh mendesah kecewa. "Terus saja berlari dan aku akan terus mengejarmu!"

Hinata tidak peduli, ia hanya terus mengayunkan kaki mungilnya secepat mungkin. Berhadapan dengan Naruto hanya akan membuat hatinya kembali merasa sakit. 

Bukankah dia sudah menolakku?
Kenapa sekarang muncul dengan pernyataan cinta?
Apa dia menyesal telah menolakku?

"Keh, untuk apa dia menyesal?" Hinata terus berasumsi, tanpa mencari fakta.

Tanpa sadar, kakinya sudah berada di ambang pintu kelas. Hinata sempat merasa heran, tapi jika dipikir ulang hal ini wajar mengingat dirinya yang terus berlari kencang dengan berbagai macam pikiran hingga tak menyadari sekitar.

Hinata menghempaskan diri di bangku miliknya. Kepalanya terjatuh--menempel pada meja. Dirinya lelah ... sangat lelah hingga tak mampu menegakkan badannya.

"Kalo mati jangan di sini!" Tenten yang baru sampai nyeletuk ketika melihat temannya itu terlihat lemah tak berdaya.

"Biar saja. Biar aku jadi hantu penunggu sekolah dan menerormu setiap hari." Hinata melirik pada Tenten yang kini sudah mendudukkan diri di kursi. Tenten mengambil botol minum di tasnya, namun belum sempat meneguknya, Hinata menyambar botol minum tersebut lalu meminumnya dengan rakus.

"Terima kasih. Kamu memang paling pengertian." Hinata menyerahkan botol minum itu pada Tenten yang melongo.

"Kamu hampir menghabiskan semuanya ..." Tenten menggeleng tak percaya, "Kamu habis lari maraton ya?"

"1km."

"Hah?"

"Aku lari 1 km dari rumahku."

"Serius? Kamu dikejar anjing?"

"Enak saja. Bukan begitu ... Ini lebih mengerikan dari anjing."

"Serigala?" Hinata menggeleng dan Tenten kembali menebak, "Rubah?"

Hinata mengangguk yakin, "Persis, dia seperti rubah berbulu merah yang mampu melakukan segala cara untuk menggaet mangsa dengan otak liciknya."

"Huh?" Tenten kebingungan setengah mati dan Hinata mengangkat kedua bahunya tak acuh. Dia malas membicarkan Naruto di pagi harinya yang suram ini.

.

"Baiklah, sampai bertemu di pertemuan berikutnya." Guru tersebut keluar kelas setelah memberikan salam.

Para murid bersorak girang, mereka segera berhamburan keluar untuk mengisi perut yang kosong. Begitu pula dengan Hinata dan Tenten, mereka segera mengemasi alat tulis ke dalam tas masing-masing.

Colorful ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang