Part 2

806 133 34
                                        

Naruto menjalankan hukumannya dengan senang hati. Kelelahan fisik tak pernah ia rasakan, sebaliknya ia begitu menikmatinya. Menguras tenaga fisik lebih ia minati dibanding menguras otaknya yang sebesar biji kacang. Keuntungannya badannya terasa lebih segar, ringan dan membentuk otot-otot di badannya.

Biarlah ia bodoh yang penting parasnya rupawan. Dan dengan paras rupawannya ia dapat menggaet gadis-gadis pintar di luar sana.

"Sayang, kamu pasti lelah. Ini aku bawakan air minum."

Pucuk dicinta ulam pun tiba, si gadis cantik nan pintar datang menghapiri kekasihnya yang sedang duduk bersender pada tembok di pinggir kolam.

Naruto menampilkan senyum menawannya, senyum yang mampu merusak fungsi otak bagi yang melihatnya. Senyum yang sangat mematikan kaum perempuan.

"Terima kasih shizuka," tak lupa Naruto memberikan elusan halus di punggung tangan Shizuka setelah mengambil botol air mineral dari gadis itu.

Shizuka hanya bisa tersipu mendapat perlakuan manis dari kekasihnya itu. Selain senyumnya yang menawan, hal manis seperti ini menjadi salah satu alasan yang membuatnya tergila-gila.

"Kamu tidak masuk 2 mata pelajaran, pasti banyak tugas."

Naruto mengangguk kecil dan setelahnya meneguk air mineral tersebut dengan rakus tak bersisa.

"Shikamaru sudah memberitahuku tugasnya, nanti aku berikan padamu." Cukup berucap dengan nada halus dan sebuah usapan di pipi, sang gadis akan mengangguk setuju tanpa merasa terbebani.

"Akan aku kerjakan sebaik mungkin," Shizuka tersenyum manis. Raut muka yang kentara senang dengan perlakuan manis sang kekasih, berbanding terbalik dengan Naruto yang senang karena tugasnya akan berakhir baik di tangan Shizuka si gadis pintar dari kelas sebelah.

"Aku mencintaimu," Shizuka menggenggam erat tangan Naruto yang sempat menjamahi pipi. Mencium punggung tangan Naruto dengan penuh kasih, lantas ia menatap sepasang bola mata sebiru lautan tersebut dengan penuh damba. Mengikis jarak antara keduanya, Shizuka memejamkan mata, dirinya sudah siap untuk mengecap manis dari bibir sang kekasih hati.

"Ah, sepertinya aku harus kembali ke kelas," ucapan Naruto sontak menghentikan ekspektasinya mengenai rasa manis dari bibir sang kekasih.

Shizuka tersenyum kecut. Selalu seperti ini. Naruto selalu menghindar ketika ia mengikis jarak.

.

"Sampai jumpa nanti pulang sekolah." Shizuka melambaikan tangan sembari menjauh dari Naruto.

Naruto hanya tersenyum manis sembari mengangguk, lantas setelah Shizuka semakin menjauh ia mengelus dada lega.

"Cih, bajingan beruntung," sarkas seseorang dari balik badannya.

Naruto berbalik lantas menyeringai, "Iri huh tuan kurang beruntung?"

"Ck, tidak sama sekali."

"Sasu-chan iri 'kan? Pacarmu rata dan galak." Naruto tertawa puas melihat wajah Sasuke yang menggeram kesal.

"Aku setuju dengan Sasuke, kau bajingan beruntung." Shikamaru yang sedari tadi melihat percekcokan Naruto dan Sasuke akhirnya buka suara.

Naruto mendengkus, kenapa mereka selalu menyebutnya bajingan padahal dia tidak pernah sekali pun memanfaatkan kemolekan tubuh kekasihnya.

"Aku ini lelaki baik-baik. Kalau bajingan sudah ku hamili mereka semua."

"Kau selalu pake pengaman?" Sai menyela dengan polosnya.

Naruto memukul kepala Sai dengan wajah datarnya, "Tidak ada hal seperti itu bodoh."

"Sialan." Sai mengusap kepalanya yang sakit, kenapa Naruto bernapsu sekali memukul kepalanya? Tinggal bilang saja apa susahnya?

Colorful ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang