"Aku mencintaimu. Jadilah pacarku."
Mata Hinata berkaca-kaca mendengar kata-kata sakral yang selama ini ingin ia dengar dari orang yang di sukai sejak lama.
Dengan posisi Sasori yang lebih rendah di hadapannya, Hinata dapat melihat wajah tampan Sasori beserta senyum manisnya yang selalu menjadi candu selama ini.
Sasori menekuk sebelah kaki ala-ala pria yang melamar wanitanya. Ia menarik sebelah tangan Hinata dengan lembut, lalu menyematkan sebuah cincin sederhana bermata batu kristal berwarna sama seperti bola matanya.
Hinata meneteskan air matanya, ia lantas meminta Sasori berdiri lalu memeluknya erat.
"Aku juga mencintaimu."
Hinata melerai pelukannya, menangkup wajah Sasori, menatap dalam tepat ke netra indah Sasori lalu ia memejamkan mata seraya mendekatkan wajahnya.
Lima senti ...
Empat senti ...
Tiga senti ...
"Tidaaakkk!!"
Hinata dan Sasori tersentak, lalu menoleh ke asal suara. Di sana, Naruto dan Deidara berlari ke arahnya setelah berteriak kencang.
Deidara menarik Hinata dan di sisi lain, Naruto menarik Sasori.
"Aku tidak akan membiarkan kamu bersamanya. Dia milikku," ucap Naruto dan Deidara secara bersamaan.
"Lepas aku mau bersama Sasori senpai," Hinata memekik, menghempaskan tangan Deidara yang memegangnya, ia lantas berlari menuju Sasori yang sama berhasil meloloskan diri dari Naruto.
Berlari ... terus berlari ... kakinya semakin melaju kencang, tapi sekeras apa pun usahanya, dirinya tak dapat menggapai Sasori. Otot kakinya melemah, rasa lelahnya yang kentara membuat ia limbung dan jatuh tersungkur.
Bruk
"Aaaawwww ...." Hinata meringis ketika rasa sakit begitu jelas menimpa wajahnya.
Mengerjapkan mata berkali-kali, yang di dapati adalah lantai kayu. Hinata berusaha bangkit dengan perlahan, ia mendesah kecewa ketika mendapati dirinya terjatuh dari atas kasur.
"Hanya mimpi ya ..." Hinata berdiri, mengambil sebuah buku novel romansa di atas kasur, "Aku bahkan sampai memimpikan adegan dalam novel ... Menyebalkan." Hinata melempar asal novelnya ke atas kasur.
Seperti biasa, sebelum tidur Hinata selalu membaca novel romansa. Hal itu membuat kesenangan tersendiri baginya. Pikirannya terasa tenang, hatinya terasa senang. Dirinya selalu terhanyut ke dalam novel yang ia baca, berperan sebagai si pemeran utama yang kisah cintanya berliku, tapi berakhir manis dan tak jarang terbawa mimpi seperti sekarang.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu membuat Hinata menoleh ke daun pintu yang mulai terbuka dari luar. Di sana, sang ibu --Hikari-- tersenyum penuh arti.
"Ada temanmu menunggu di bawah."
"Tenten? Tumben nyamper ke rumah."
Hikari menggeleng, "Laki-laki ... katanya Naruto."
"Eh?"
"Selera anak ibu bagus juga." Hikari mengerling nakal, lalu menutup pintu untuk kembali ke bawah.
Sementara Hinata mengerjapkan matanya berkali-kali, ia masih tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
"Naruto?" Hinata terbengong, sejurus kemudian sebelah tangannya mencubit pipi tembam miliknya, "Aaaww... sakit ... i ... ni nyata!" Mata bulat itu semakin bulat ketika mendapati kenyataan. Kenyataan yang jauh dari kata normal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Colorful ✔
FanfictionNaruto belongs Masashi Kishimoto Saya tidak mendapatkan keuntungan materiel dari cerita ini selain kepuasan Rate T Naruto tukang gonta-ganti pacar, namun tak tersentuh sama sekali. Aneh bukan? Hanya ada satu alasan dibalik sifatnya yang playboy dan...