Part 10

638 116 7
                                        

Tidak semua orang sadar akan hubungan yang mereka jalin dengan seseorang akan membawa dampak lebih. Contohnya Naruto. Dia tidak menyadari jika perbuatannya yang manis selama ini pada Hinata, mampu membuat hati gadis itu goyah.

Berawal dari sebuah ketertarikan kecil dan menjadikan Hinata sebagai target berikutnya, secara disadari atau tidak membuatnya terbiasa dan melupakan rencana awal. Naruto yang selalu merasa bosan bersama para mantannya, tak ia rasakan ketika bersama Hinata. Hari-harinya yang abu-abu menjadi lebih berwarna dengan kehadiran Hinata. Naruto nyaman. Setiap detik yang dijalani terasa begitu membekas di hatinya. Perhatian tulus Hinata, senyum manisnya, tawa indahnya, kepolosannya ... semua yang ada di diri Hinata secara tidak sadar sudah mampu menghipnotisnya.

...

"Aku menyukaimu ...."

Naruto bergeming mendengar pernyataan cinta Hinata. Entah karena bodoh atau dia yang terlalu syok mendapat pernyataan cinta yang tak biasa, hingga membuatnya tak bisa berkata-kata.

"Maaf kalau itu mengagetkanmu. Aku hanya mengutarakan apa yang aku rasakan. Jadi tidak usah di jawab." Setelah mengucapkan itu, Hinata pergi begitu saja.

Naruto mengerjap beberapa kali, ia memegang dada sebelah kirinya. "Apa aku punya penyakit jantung?" Naruto menggeleng, rasanya tidak mungkin jika ia tiba-tiba punya penyakit jantung. Matanya tertuju pada punggung mungil Hinata yang semakin menjauh. "Aish... katanya aku disuruh diam, kenapa dia malah pergi begitu saja?"

"... Aawww ...." Pukulan di kepala bagian belakang membuatnya menoleh. Ia dapat melihat Shikamaru yang melirik ke arah lain, Sasuke dan Sai memainkan ponselnya. 

"Apa?" Ucap mereka serempak.

"Siapa yang memukulku?"

"Kamu pantas mendapatkannya," terang Sasuke dengan mata yang masih setia menatap ponselnya.

Naruto hendak membuka mulut, tapi ucapannya disela oleh Shikamaru, "Aku yang memukulmu. Dasar Bodoh!"

Naruto melotot, "Melelahkan ... Kalau suka kenapa diam saja?" Ucap Shikamaru sembari berlalu melewati Naruto yang bengong.

Sai menepuk bahu Naruto, "Ternyata kamu gak cuma bodoh dipelajaran ya!?" Senyum mengejek Sai berikan sebelum ia pergi menyusul Shikamaru.

Sasuke hanya menepuk bahu Naruto beberapa kali, lalu pergi meninggalkan Naruto yang ternganga dengan sikap ketiga temannya itu.

"Apa-apaan mereka itu?" Naruto menggeleng kecil, lantas ia berbalik ke arah Hinata pergi. Gadis itu sudah tidak terlihat sama sekali. "Hinata ..." lirihnya dengan tatapan sendu.

Naruto mengacak rambutnya asal, ia merasa frustrasi dengan keadaan sekarang. Pernyataan Hinata saja sudah membuatnya kebingungan untuk mengambil sikap, ditambah teman-temannya yang berbicara hal aneh. "Kenapa mereka senang sekali menyebutku bodoh? Dasar temen gak guna." Naruto mencak-mencak sendiri, "Aaaiisshhh ... " kembali mengacak rambutnya frustrasi, lantas ia memilih pergi menuju kelas.

...

Sepulang sekolah, Naruto menunggu Hinata di depan kelasnya. Satu per satu murid keluar, namun tak ada Hinata. Berdecak kesal, Naruto menengok ke dalam kelas yang sudah semakin sepi, keningnya mengkerut, Hinata juga tak ada di dalam kelas. "Bukannya tadi kita pergi bareng ya ... Kok gak ada?" Naruto memiringkan kepalanya bingung, lantas ia memilih pergi dari sana. "Besok saja, aku jemput ke rumahnya."

.

Seperti biasa, keesokan harinya, Naruto menjemput Hinata untuk pergi bersekolah bersama, tapi gadis itu tak ada di rumah. 

"Hinata sudah pergi tadi pagi." Begitu yang Hikari bilang, tapi anehnya di sekolah pun Naruto tak mendapati keberadaan Hinata. Mungkinkah ibu Hinata berbohong?

Colorful ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang