9

1.5K 238 25
                                    

Tampak seorang perempuan berlutut sambil memegang kaki seorang pria dengan tatapan putus asanya.

'Siapa?'Batin Athanaze.

"Apa yang harus saya lakukan agar ayah mencintai saya?apa saya harus menjadi seperti Zenith?"Ucap gadis tersebut.

'Aku tidak tau siapa perempuan itu,tapi melihatnya seperti itu membuatku sakit,seperti melihat diriku yang dulu'batin Athanaze.

"Apakah dengan begitu ayah akan memanggil nama saya dengan lembut?dan menatap saya dengan tatapan penuh kehangatan seperti kepada Zenith?"

"Apakah ayah tidak akan pernah lagi membuang dan akan memeluk saya dengan tangan itu?"

"Hal itu tidak akan pernah terjadi sampai aku mati"ucap pria yang dipanggil ayah tersebut.

"Kenapa?kenapa kau sangat membenciku bahkan setelah kau membunuh Athanaze?"ucap gadis itu.

'Athy?Apakah ini yang terjadi ketika aku sudah tiada saat itu?'Batin Athanaze.

"Athy!aku ada disini!kumohon jangan berlutut seperti itu"ucap Athanaze.

Namun nihil sepertinya suaranya tidak mau keluar.

'Apa ini?kenapa suaraku tidak mau keluar?apa yang terjadi?'Bingung Athanaze.

"Kami juga anak ayahanda,kami telah berada disamping ayahanda jauh sebelum Zenith"ucap Athanasia.

"Bodoh"ucap Claude.

Kata kata hinaan yang begitu tegas dan sangat menyakitkan keluar sangat mudah dari mulut Claude.

"Aku tidak pernah sekalipun menganggap kalian sebagai anakku"ucap Claude.

Athanasia hanya memasang tatapan keputusasaan yang sangat dalam dari pada siapapun.

'Athy...jangan memasang wajah seperti itu.ini lebih menyakitkan bagiku dibanding kematian'Batin Athanaze.

Entah sejak kapan lantai istana berubah menjadi air,kaki Athanaze tertarik ke bawah air.

Saat membuka mata kembali dia diperlihatkan Zenith yang muntah darah serta pecahan cangkir dan Athanasia yang panik memanggil nama Zenith.

Peneloppe judith datang dan berteriak kalau Zenith diracuni oleh Athanasia.

Para prajurit datang membawa Athanasia pergi dari sana,namun sebelum pergi penelope judith mengatakan sesuatu kepada Athanasia.

"Maafkan aku karena menuduhmu dengan tuduhan palsu,ini semua untuk mendudukan Zenith sebagai penerus takhta pertama...toh sepertinya yang mulia juga tidak menyayangimu"ucap Peneloppe.

'Ular sialan'kesal Athanaze.

"Kau!"kesal Athy.

Claude datang dengan tergesa gesa dan menatap Athanasia penuh dengan kebencian.

"Ayah!aku tidak melakukan itu!aku tidak meracuni Zenith!dia yang melakukannya!"ucap Athy.

Peneloppe sudah menangis dan memasang wajah cemas ke arah Zenith.

"Yang mulia!bagaimana saya bisa meracuni Zenith?saya adalah bibinya! Tuan putri Athanasia lah yang meracuni putri Zenith karena iri"ucap Peneloppe.

"Ayah!percayalah padaku sekali ini saja!"panggil Athy berkaca kaca.

"Bawa dia ke penjara bawah tanah,aku akan memberikannya hukuman mati setelah ini"dingin Claude berjalan ke arah Zenith yang terbaring.

''Kaisar apanya?bagaimana bisa seorang Kaisar menjadi sebodoh ini?'Batin Athanaze.

"Ayah!kenapa kau tidak pernah menyayangiku!?aku adalah putrimu!"ucap Athanasia sebelum akhirnya dibawa ke penjara bawah tanah.

'Kumohon siapapun hentikan ini,aku tidak bisa melihatnya lagi'Batin Athanaze.

Athanaze berpindah lagi dihadapannya sudah ada Athanasia yang akan dihukum mati dengan cara hukuman gantung.

"Laksanakan hukumannya"ucap Claude.

****

Athanaze bangun dengan nafas yang memburu dia terduduk sambil melihat sekitar kamar yang sepi dan terlihat jelas di jendela suasana malam yang gelap.

'Mimpi?Tapi terasa sangat nyata.lihatlah aku menangis dalam tidur'Batin Athanaze.

Athanaze menghembuskan nafasnya pelan guna menenangkan dirinya sendiri kemudian mengambil Cardigan dan memakainya.

'Lebih baik berjalan jalan sebentar untuk menenangkan diri'Batin Athanaze.

Keluar dari kamar hanya ada lorong yang sepi dengan pencahayaan yang tidak terlalu terang.

Athanaze hanya terus berjalan sambil menunduk,tak terasa dirinya sudah sampai di taman istana utama.

Dia hanya duduk dipinggir kolam air mancur masih dengan keadaan menunduk.

"Yang mulia?kenapa anda ada disini sendirian?ini sudah malam"ucap Felix menepuk pelan bahu Athanaze.

Athanaze melihat ke arah belakang dan sedikit mendongak guna melihat Felix yang berdiri dibelakangnya.

Bukannya menjawab Athanaze kembali memalingkan wajahnya menatap dalam air mancur.

Menyadari jejak air mata di wajah Athanaze,Felix berekspresi khawatir dan kemudian berlutut untuk menyamakan tinggi mereka.

"Apa anda habis bermimpi buruk,yang mulia?"tanya Felix.

Athanaze menggeleng pelan sebagai jawaban.

"...bukan mimpi buruk,hanya ingatan yang membuat kebencian semakin membesar"ucap Athanaze.

"Kebencian?apakah ada seseorang yang anda benci?"tanya Felix.

"Ada"jawaban singkat dari Athanaze membuat Felix menjadi tegang.

"Siapa orang yang kau benci?biar aku musnahkan dia"ucap Claude yang muncul dibelakang Athanaze.

Athanaze hanya melirik Claude kemudian bangun dari duduknya.

"Tidak perlu,karena aku yang akan membalasnya sendiri"ucap Athanaze menatap Claude dingin dan benci.

Athanaze pergi meninggalkan Claude dan Felix yang mematung mendengar ucapan tersebut.

"Yang mulia...pangeran sangat mirip dengan anda"ucap Felix.

"Jangan bicara hal aneh"ucap Claude lalu berjalan ke arah kamarnya.

"Kau bisa kembali dan beristirahat,pekerjaanmu hari ini sudah selesai"ucap Claude.

Felix menunduk hormat.

"Baik yang mulia,segala keagungan dan berkat bagi Obelia"ucap Felix lalu pergi meninggalkan Claude yang sedang berjalan menuju kamarnya.

****

Dikamar Claude.

"Tidak perlu,karena aku yang akan membalasnya sendiri"

Ucapan Athanaze saat di taman barusan terus terngiang di kepala Claude.

"Kenapa kau terlihat sangat menjaga jarak dariku?apa hanya perasaanku kalau kau sangat membenciku?"gumam Claude.

"Maaf jika aku tanpa sadar melukaimu,maukah kau memaafkanku?"gumamnya.

"Dia...tadi habis menangis?aku adalah ayahnya,bukankah seharusnya dia jujur saja padaku kalau dia bermimpi buruk?"gumamnya hingga akhirnya tertidur.

crown prince's revenge(wmmap x male Readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang