TMFL 21 | Keputusan

79 9 23
                                    

Playlist : Say Something - A Great Big World, Christina Aguilera

Happy reading 🧡
=====

Abian berlari menelusuri tiap-tiap lorong rumah sakit dengan nafas memburu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abian berlari menelusuri tiap-tiap lorong rumah sakit dengan nafas memburu. Seragam sekolah yang masih ia kenakan tampak acak-acakan, namun itu bukanlah hal penting karena yang ia pikirkan saat ini hanyalah keadaan Hermawan.

Netranya menangkap sosok Sophia yang tengah terduduk lemah di depan ruang IGD, di sebelahnya berdiri seorang lelaki yang biasa ia panggil Pak Damar--sopir pribadi Hermawan yang juga menampakkan wajah khawatirnya.

Segera Abian mendekat lantas langsung merangkul Sophia.

"Bun," panggilnya

Sophia mengelap air matanya seraya tersenyum seolah mencoba lebih kuat. Jari-jarinya mengusap peluh yang membasahi kening anak laki-lakinya itu dengan lembut.

"Kamu lari-lari ya? Di sini banyak orang yang lagi sakit, bahaya kalau ketabrak, Nak."

"Ayah kenapa, Bun?"

Sophia menggeleng lemah. "Kita tunggu aja di sini, ya? Kita sama-sama berdoa yang terbaik untuk Ayah."

Abian tidak bisa menutupi raut kekhawatiran yang tercetak jelas di wajahnya. Ketika mendapat berita bahwa Hermawan tiba-tiba tidak sadarkan diri, Abian yang tadinya mau mengikuti kelas tambahan di sekolah, tanpa peduli apapun lagi langsung segera menyusul ke rumah sakit.

Detik-detik berlalu, tak lama keluar salah satu Suster menggunakan baju medis serba hijau dari ruangan IGD. Serentak Abian, Sophia, dan juga Damar mendekat dengan tatapan penuh harap.

"Ibu keluarga dari pasien yang di dalam?"

"Iya, saya Istrinya. Sebelumnya saya sudah sering konsultasi di rumah sakit ini dengan Dokter Farhan. Bagaimana keadaan suami saya?"

"Kondisi pasien sudah stabil. Selagi saya panggilkan Dokter Farhan, sekarang kami akan memindahkan pasien ke ruang ICU, untuk perawatan intensif."

Terdengar helaan nafas lega dari ketiganya. "Alhamdulillah... terima kasih, Suster."

"Sama-sama, Ibu. Saya permisi."

Sepeninggalan Suster itu, Abian menggiring Sophia untuk mundur ketika ranjang Hermawan dibawa keluar dari ruang IGD. Meskipun telah mendengar keadaan suaminya telah stabil, Sophia tetap tak kuasa menahan isak tangisnya melihat Hermawan terbaring sangat lemah seperti itu.

Sophia menyentuh bahu Abian. "Kamu pulang dulu gih sama Pak Damar."

"Tapi, Bun-"

"Dengar 'kan tadi kata Susternya? Ayah udah stabil. Jadi kamu jangan khawatir, ada Bunda kok di sini sama Ayah. Kamu pulang dulu ganti baju. Nanti kita makan di sini aja, ya?"

"Iya Mas Abian, pulang dulu aja yuk saya anter. Kasian Mas baru pulang sekolah," ujar Damar.

Dengan berat hati Abian menyetujui perkataan Sophia. Masih ada perasaan cemas yang tersimpan di dalam hatinya, dan Sophia mengetahuinya. Oleh karena itu, ia berusaha keras membuat keadaan menjadi lebih baik agar anak laki-lakinya itu bisa lebih tenang.

To My First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang