[COMPLETE] ✅
Cinta pertama itu membekas tak terlupakan.
Segalanya menjadi lebih indah saat kita merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Itu yang dirasakan Nadine Azkia Dafira ketika melihat Abian.
Abian Zafran Adhitama, si idola sekolah tidak t...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku bisa gila kayak gini terus Dar!"
Dara menggangguk-angguk seolah menyetujui perkataan Nadine.
"Gue nggak nyangka lo udah selangkah lebih maju dibanding gue dalam masalah percintaan."
Nadine langsung melotot dan memukul Dara.
"Ihh, Dara kamu nggak ngebantu sama sekali!"
Dara terbahak melihat Nadine yang terlihat sungguh frustasi menghadapi masalahnya.
"Gue mau bantu gimana, Nad? Kalau udah terjadi ya mau diapain lagi? Anggap aja itu sebagai keberuntungan. Cewek mana lagi coba yang bisa nyium bibir seorang Abian? Ini fenomenal banget, lho! Bisa jadi trending topik satu sekolah!"
"Dar, please ya, aku nggak nyium Abian!" elak Nadine langsung.
Bisa ia rasanya sekarang pipinya menghangat mengingat kejadian itu.
"Lah terus apa kalo nggak nyium?"
"Cuma nggak sengaja kesentuh!"
"Tapi bibir ketemu bibir kan? Apa lagi namanya kalo bukan ciuman! Udah deh, Nad nggak usah ngelak-ngelak segala!"
"Lagia gak nyamoe dua detik gimana mau dibilang ciuman sih? Gak usah berlebihan, Dara."
"Yaudah berarti itu kecupan! Kecupan manjah..." balas Dara lagi sambil tertawa keras melihat ekspresi Nadine.
'Nih anak polos banget sih,' batin Dara.
"No way! Semoga aja Abian nganggap itu cuma kecelakaan kecil, dan nggak mikir yang aneh-aneh tentang aku!"
Dara tersenyum miring sambil menyeruput minuman cappuccino miliknya. Saat ini ia dan Nadine sedang nongkrong di tempat langganan mereka. Sebenarnya Nadine yang memaksanya dengan alasan butuh udara segar. Tapi ujung-ujungnya malah dia yang makin stres.
"Tapi lo seneng 'kan?" kata Dara membuat Nadine mematung di tempat.
Nadine sendiri bingung bagaimana mengekspresikan perasaannya. Dari pada senang, ia lebih khawatir Abian menganggapnya sebagai cewek pengganggu, cewek rese, cewek agresif atau mungkin cewe brutal.
"Aku nggak tau. Aku bahkan lebih takut penilaian Abian tentang aku makin jelek," jawab Nadine lesu.
Mendengar itu Dara menghela nafas kasar lalu tersenyum. Nadine memang anak yang senaif itu. Dia begitu lugu dan polos dalam bergaul. Dara masih ingat dulu waktu awal-awal mengenal Nadine, saat itu pelajaran olahraga.
Guru olahraga mereka mewajibkan tiap orang harus membawa raket badminton untuk pengambilan nilai, jika tidak membawa maka nilai akan kosong.
Di saat itu Dara benar-benar lupa untuk membawa raket dan hanya dia sendiri di kelas itu yang tidak membawanya, alhasil ia diceramahi. Namun tiba-tiba saja, muncul Nadine yang beralasan juga tidak membawa raket, padahal Dara tahu betul sebelumnya gadis itu memegang raketnya sendiri, entah di mana ia sembunyikan.