TMFL 20 | Dukungan

63 9 33
                                    

Playlist : Life Is Worth Living - Justin Bieber

Happy reading🧡

=====

Nadine membereskan buku-buku yang berserakkan di meja lalu dimasukkan ke dalam tasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nadine membereskan buku-buku yang berserakkan di meja lalu dimasukkan ke dalam tasnya. Ia masih tidak menyangka dirinya yang biasa-biasa ini bisa masuk ke dalam list untuk pendaftaran SNMPTN esok hari.

Memang ia sendiri merasakan perubahan pesat dalam metode belajarnya dari semester lalu. Semua itu 80% berkat Abian yang selalu membantunya. Nadine harus banyak-banyak mengucapkan terima kasih pada cowok itu.

"Nad, lo udah mikirin mau milih universitas mana?" tanya Dara di sampingnya.

Jujur saja, Nadine merasa tidak enak dengan Dara. Seharusnya mereka bisa bersama-sama memperjuangan SNMPTN, karena tak sanggup untuk menghadapi SBMPTN, bahkan mereka pernah berhayal untuk berada di satu kampus yang sama.

"Umm, udah sih tapi aku ragu bakal lolos. Kalau kamu gimana, Dar? Kamu pasti ikut SBM, 'kan?"

Dara tertunduk memainkan jari-jarinya.

"Nggak yakin, rasanya gue gak bakal sanggup. Otak gue nggak seencer Kak Vivi. Kalau iya pun gue kuliah, paling gue masuk mandiri dan itu sama sekali nggak murah, gue anti banget nyusahin orang tua. Or maybe gue bakal ikut kursus memasak, biar bisa buka usaha sendiri."

Bibir Nadine menipis mendengar itu. Akhirnya saat ini tiba. Saat di mana mereka harus benar-benar memikirkan masa depan. Bagaimana selanjutnya? Apa yang harus dilakukan? Semuanya berupa pertanyaan yang berujung menjadi sebuah pilihan yang harus dipilih dengan kehati-hatian.

"Kalau misalnya aku nggak lolos SNM, mungkin aku bakal nganggur dulu," ujar Nadine.

Dara langsung menoyor kepala sahabatnya itu. "Pesimis banget sih lo, kebiasaan! Lagian nggak mungkin lo nganggur, orang tua lo pasti bakal tetap nyuruh lo kuliah!"

Dari awal sebenarnya Nadine sudah memikirkan untuk lanjut kuliah. Dia ingin sekali memakai almamater seperti anak kuliahan lainnya. Namun mengapa semakin ke sini, malah ia semakin ragu. Apalagi jika sudah dihadapkan dengan beberapa pilihan, ia semakin kebingungan.

"Dah, ah gue pusing mikirin kuliah mulu! Yuk pulang," ajak Dara yang langsung disetujui Nadine.

Namun sebelum itu mereka mampir dulu untuk membeli es cappuccino.

*****

Keesokan harinya, seluruh murid kelas dua belas dipulangkan lebih cepat karena para guru pengajar sedang mengadakan rapat dadakan. Hal itu tentu saja langsung membuat semua kelas bersorak riang karena tidak perlu mengikuti kelas tambahan.

"Nad, lo bareng Abian 'kan? Kalau gitu gue duluan ya?"

Nadine mengangguk lantas mengacungkan jempolnya. "Oke, Dar, hati-hati!"

To My First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang