[O2; before the story]

250 34 16
                                    

Just imagination

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Just imagination.

Wajah tampan itu sungguh disayangkan jika pemuda itu hanya mengerucutkan bibirnya, kedua pipinya dibulatkan dan tatapannya begitu kesal pada kekasih di depannya sekarang.

Oh, sekarang siapa laki-laki dan perempuan? Bagaimana ini bisa terbalik?

Yuna menaikkan dua sudut bibirnya ke atas, “Kamu kenapa?” Yuna bertanya tanpa meletakkan makanan di tangannya. Saat begini; food more important than him—nah, just kidding.

“Kamu berbicara dengan Sunoo terlalu lama membuatku kesal dan jengkel menunggumu di sini!” Doyoung menyindir Yuna dengan menyilang kedua tangannya di dada lalu membuang muka ke samping.

Yuna tercengang. Kemudian ia tertawa. Astaga, kekasihnya ini terlalu gemas sebab cemburu buta—padahal dirinya tahu bahwa Sunoo itu adalah sahabatnya.

Doyoung mengecilkan matanya guna melirik ke Yuna tak henti tawa, tangannya diperintahkan untuk mengambil secangkir teh dan menyesapnya perlahan.

“Hei, babe. Wanna know something?” Tanya Yuna sambil tersenyum.

What?” Doyoung menyahut tanpa melihat Yuna di hadapannya. Oh, untuk apa? Dirinya masih cemburu buta melihat kedekatan mereka—and he know that her best friend! But still!

“Aku tidak akan memberitahumu jika kamu tidak melihatku,” ujar Yuna dengan nada lembutnya. Gadis itu selalu saja tahu bagaimana membujuknya.

Perlahan kepala Doyoung diputarkan, serta tubuhnya berhasil menghadap kekasihnya kini sudah tersenyum lebar. “Apa?”

Look..I love you,” ucap Yuna dengan tatapan hangat membuat Doyoung merasa bersalah karena telah cemburu. Laki-laki itu hembus nafas kasar, menggenggam tangan mungil Yuna.

Babe—

“Jika kamu mau meminta maaf karena cemburu, lebih baik tidak payah ya,” potong Yuna cepat. Yuna tahu Doyoung bersikap manja dan lucu hanya dirinya saja bisa melihatnya.

Doyoung mengangguk pelan, dan menatap mata Yuna juga menatapnya, “apa kamu tidak lelah?” Kening Yuna dinaikkan sebelah, what he talking about? Begitulah reaksi mukanya memandang kekasihnya.

“Lelah? Why?” tanya Yuna menyatukan kedua keningnya dan memandang kekasihnya lekat. Doyoung menghindari tatapannya, mengusap belakang tengkuknya, dan oh...

Yuna dapat melihat dengan jelas pipinya merona secara basa-basi—now, he look cute today. Yuna terukir senyum, menopang dagunya dan sikunya guna pertahankan posisinya.

The Story┃Oneshot YunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang