[11; Before The Story]

122 18 2
                                    

❝Andaikan aku bisa memutarkan waktu, aku akan memperlakukan dirimu sebagai ratuku, sang penjaga hatiku, sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andaikan aku bisa memutarkan waktu, aku akan memperlakukan dirimu sebagai ratuku, sang penjaga hatiku, sayang.

•••

“Jun! Berhenti!”

Suara ketawa begitu candu melewati daun telinganya, turut mengembangkan seulas senyuman lebar di wajahnya kala melihat betapa putihnya wajah kekasihnya karena ulahnya mencontek pada pipi, dahi dan hidungnya.

Mereka berdua di ruang dapur—Yuna, yang sangat gemari hal-hal di dapur untuk mencoba hal yang baru. Cuma … bagaimana dia datang sepagi ini, pukul tujuh pagi, andai saja Yuna bukan kekasihnya sudah pasti dia terlelap di ranjangnya ditemani guling yang sering dia menjadi menahan rindu pada kekasihnya.

“Hei, Jun! Kalau kamu tak ada niat untuk membantuku, lebih baik duduk di ruang tengah atau di kursi!”

Bumjun menggeleng, dia tersenyum, “aku mahu lihat wajahmu hari ini,” ucapnya membuat kerutan di wajah perempuan itu.

Yuna tersipu-sipu di sana, menunda kegiatannya yang mengaduk adonan tepung itu dengan cengiran khas selalu menjadi kesukaan Bumjun.

Mereka saling melempar tatapan, saling menatap dengan begitu hangat tanpa sadar lelaki itu mengangkat kameranya dan tertawa ringan, “cheeks, babe!

Ah! Kau merekam ku!” Pekikan gemas itu mampu membuat Bumjun bahagia, mereka saling melempar senyuman, berkejar-kejaran di ruang dapur hingga tempat itu berantakan dan berserakan dimana-mana.

Awalnya Yuna ingin mengoceh, tetapi diam saat dirinya yang memulai dulu maka itu perempuan itu memilih diam sambil mengemaskan ruangan itu dibantu oleh Bumjun yang mengelap meja sambil melirik kearahnya.

Lihat sosok perempuan itu terhenti dadak, membuat Bumjun penasaran lekas mendekatinya, memegang bahunya buat Yuna sentak dan menolehkan tubuhnya, “a-ada apa?”

“Kamu … kamu yakin tak apa-apa?”

Yuna mengangguk mantap dan yakin jika dirinya tak ada apa-apa yang berlalu selama ini—lie.

Bohong, dia telah berbohong pada kekasihnya sendiri, dan terputar adegan di mana pertama kali kencan dan disaat itu Bumjun berujar; “ayo, kita berdua jangan saling membohongi, kau bisa percaya padaku, dan aku percaya kamu.”

“Sayang?”

Yuna mendongkrak menatap sosok lelaki bernama Bumjun yang telah menjadi kekasih pertama Yuna.

Bumjun sebenarnya tak percaya jika dia tampak baik-baik saja, namun dia tak ingin membuat kekasihnya merasa tidak nyaman dia diamkan dirinya.

The Story┃Oneshot YunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang