[O4; before the story]

205 24 3
                                    

well, even you bad boy don't mean you are really bad, she say to me,”
Na Jisung.

:

Damn, you again Jisung! How many stupid thing you do now!” Oh, Shit, Jisung benar tak menyukai pria ini mulai mengoceh membuatnya lelah mendengar dan kakinya terasa sakit.

Setelah dua jam melakukan hukumannya di taman, dia mengumpat tak jelas sembari memasukkan dedaun itu ke dalam karung. Dia terhenti kala dengar suara kicuan kecil itu atasnya—ah, baby bird huh? Wait, just why he think about!

Jisung dengus kesal, mendengar kicauan itu makin jelas, “ah, sialan—WAAAH!” Gadis yang berniat naik pohon sontak menunduk dengan telapak tangannya memegang sarang burung.

“Oh, hai Jinie!”

Jisung mengadahkan kepalanya ke atas, telapak tangannya melindungi matanya guna melihat sosok gadis itu menuruni pokok yang besar dibandingkan dengan tubuh kecilnya! Oh, man! This girl who! It's easy to call her as Jinie! Does he look Jin?

“Hei, kau gila ya? Kenapa sih harus memanjat pohon besar melebihi tubuhmu demi mereka?” Jisung mengoceh sambil buka karung lebar-lebar dan mengumpulkan dedaun di tangannya kemudian meletakkannya dalam karung dibantu—eh?

“Heh, kau kenapa sih? Bisa pergi dari sini? Ganggu saja,” celetuk Jisung mengecilkan matanya memandang gadis itu masih setia menemani dan membantunya.

Abaikan saja, nanti ia lelah dan pergi sendiri. Untuk apa seorang Park Ji-Sung harus peduli dia? Nothing! And never!

Baru hendak menikmati hembusan angin, punggung belakang gadis itu dibasahi air kotor dilempar oleh kumpulan gadis di sana.

Gadis itu bercekak pinggang tertawa sinis sementara tangannya siap melayang bola air itu kapan saja kepada gadis untuk menengok kebelakang punggungnya, bibirnya dikecerutkan, “ah, lagi-lagi kau mengangguku!”

Gadis itu tatapannya menajam, “siapa sih suruhmu mendekati Park Jisung!”

Gadis itu memandang Jisung juga ikut melihatnya. Oh ... So that his fangirl—Gadis itu menyeringai pelan kala mengalihkan anak matanya ke kumpulan gadis itu atau katakan saja penggemar seorang pemuda nakal, Jisung.

Gadis itu berteriak, “aku temannya Jinie! Apa urusanmu dengan dia! Ingin merampas dia dariku? Jangan mimpi!” Kemudian, ia dengus kesal, menoleh lihat Jisung menatapnya berkelip, “kenapa sih mereka itu kayak orang gila, padahal mereka tak bisa memilikimu, ‘kan?”

“Jangan bohong!” Gadis itu kembali dengus, ia meronterasi bola matanya sambil mengedikkan bahunya, well, she don’t care about them—they’re always looking for trouble with her and it’s like she’s someone to hate.

“Yuk, kembali fokus ke hukuman kita,” kata Yuna menarik lengannya tanpa protes apapun dari Jisung. Dari kejauhan, tampak kumpulan gadis itu melongo tak percaya melihat itu, jika mereka sedikit atau hampir memegang lengannya akan dibentak.

Sangat berbeda dengannya. Tiada protes apapun.

Jisung diam, merasa bingung kenapa dia tidak melayangkan protes pada gadis itu menariknya tadi. Gadis itu mengerti langsung terkekeh, “jangan lihat terus, nanti jatuh cinta, loh.

The Story┃Oneshot YunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang