“I entrust him to you, please take care of him,”
— Won Yuna.:
Yuna menghela nafas kasar kala melihat perubahan Soobin menjauhinya, dan Yuna mengerti, kalau Soobin perlahan berubah. Sikapnya padanya benar-benar berubah, saat berjumpa mereka seperti orang asing, tak saling menyapa hanya bertemu mata kemudian saling melewati.
Yuna bingung, apa dia melakukan kesalahan? Selama ini dia menunggu, menunggu pemuda itu datang memeluknya seperti biasa—now ... Haih.
“Lia unnie! Aku rindu—” Kalimatnya terpotong saat melihat kekasihnya mesra bersama temannya. Matanya bergetar, hatinya tercuit melihat bagaimana romantis Soobin merangkul bahu temannya sendiri.
Langkah kaki menuju ke Lia terhenti kala melihat sosok merupakan kekasihnya kini sedang mesra merangkul bahu temannya. Yuna tersenyum samar, mendengus lemah dengan air mata siap meneteskan buliran bening itu kapan saja.
Pemuda itu menoleh, meskinya terhalang oleh lautan manusia kini sibuk dengan kegiatan masing-masing. Matanya tertuju pada sosok merupakan kekasihnya, dengan detak jantung berdebar lebih kencang—adakah kekasihnya melihat itu? Melihatnya merangkul bahu sahabatnya sendiri?
“Soobin kenapa?” Soobin tunduk, tiada balasan darinya selain mendapat senyuman samarnya. Hatinya masih belum mengerti, apakah dia masih menyukainya atau tidak? Atau hanya sekadar pelariannya?
“Aku sudah menduganya,” Yuna sontak toleh dengan mata memerah, memandang pemuda tinggi menghalang pemandangan yang cukup membuat jantungnya berdetak nyeri.
Lelaki itu menariknya ke dekapannya, mengelus surai rambutnya memberikan ketenangan melalui itu. Detiknya, Hueningkai mendengar isakan kecil begitu pilu dan terasa sesak di hatinya.
Siapa ingin melihat orang kau sukai menangis. Bahkan Hueningkai tak sanggup menatap matanya. Hanya mampu memberikan ketenangan melalui pelukannya.
Cukup lama isakannya itu terdengar jelas—sedikit menarik perhatian orang-orang di sana, beruntung Hueningkai segera menutupi sebahagian kepala Yuna agar gadis itu tak terasa malu.
Hueningkai bisa merasa baju bidang dadanya basah, serta hujung bajunya diremas erat. Hueningkai memahaminya, hatinya sangat hancur.
“Loh, Kai? Dengan kekasihmu—kenapa dia menangis?” Hueningkai terperanjat mendengar suara lirih itu menyapanya. Sial, Hueningkai belum siap bertatapan dengan lelaki itu.
Hueningkai berbalik, dengan satu tangannya meraih jaketnya menutupi Yuna, ia tersenyum samar, “ya, kekasih Kai menangis karenaku.”
Lia menggeleng, “kau ini selalu buat kekasihmu begitu, berhenti menggodanya.” Hueningkai hanya membalas dengan senyuman. Iris matanya tertuju pada Soobin yang kini menatapnya dengan penuh kebencian.
“Hyung, kekasihmu di mana—” Soobin menatapnya datar, dengan pergerakan sedikit kasar ia menarik jaket menutupi tubuh gadis di dalam pelukannya.
Hueningkai mengumpat, karena kekuatannya belum cukup untuk menahan pergerakan Soobin dan Yuna diketahui. Dengan mata terindahnya itu kini penuh dihalangi oleh sendunya. Seketika semuanya memudar—indahnya menjadi sendu.
“Y-yuna?” Hati Soobin terciut, melihat kekasihnya kini terisak di dalam dekapan Hueningkai—lelaki lain selain dirinya. Lia membelak, hanya mampu memberikan reaksi terkejut bertemu dengan kekasih Soobin.
“Kenapa kamu ada di sini?” Sebuah pertanyaan mampu membuat Hueningkai tergelak kecil, menarik perhatian Lia dan Soobin.
Hueningkai menatapnya dengan menajam, “pertanyaanmu seakan Yuna adalah penghalang bagi hubungan kalian.” Selesai meluapkan emosi kesalnya, Hueningkai menepis tangan Soobin dari memegang jaketnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story┃Oneshot Yuna
FanfictionYUNA ONESHOT COLLECTION; ❝just wait and see, it's not the end of the story.❞ - THE STORY Karya theonives © 2O22.