02 - Cinta atau suka semata

208 50 12
                                    

Kampus lagi ramai-ramainya karena kedatangan Presiden untuk memberikan sambutan pada peresmian gedung olahraga baru yang dibangun oleh pihak kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kampus lagi ramai-ramainya karena kedatangan Presiden untuk memberikan sambutan pada peresmian gedung olahraga baru yang dibangun oleh pihak kampus. Banyak media yang meliput peresmian tersebut hari ini, membuat jalanan kampus menjadi sedikit macet dan lebih ramai dari biasanya. Ada beberapa jalan yang kasesnya ditutup oleh pihak kampus untuk memberikan akses khusus buat rombongan Presiden. Termasuk salah satunya jalan menuju fakultas ekonomi dan bisnis.

Jeffri sudah kesal setengah mati pagi ini. Dia baru dikabarkan oleh temannya kalau kelas pagi ini dimajukan menjadi jam 8, mau bolos juga tidak bisa karena sang dosen suka memberikan kusi dadakan di tiap akhir sesi pembelajaran. Dia masih ingin hidup normal untuk cepat-cepat lulus. Kekesalannya makin menjadi saat salah satu jalan tercepat menuju gedung fakultasnya malah ditutup dan tidak bisa dilewati mobil. Terpaksa dia harus putar balik. Ponselnya sudah berdering sejak tadi, tentu saja dari sohib-sohibnya yang mungkin saja menanyakan keberadaannya.

"Gue berasa buronan pengedar ganja anjir ngebut ke sini, eh si Bapak malah tiba-tiba batalin kelas. Kurang ajar benar." Jeffri duduk dengan kesal di kursinya. Gimana tidak kesal? Dia sudah buru-buru buat datang menghilangkan niatnya buat bolos kelas hari ini, eh tau-taunya profesor yang ngajar hari ini malah membatalkan kelas begitu saja. Kalau tahu begini, kenapa tidak dari awal saja bilang kalau hari ini tidak bisa mengajar?

"Lo sih gak ngangkat telpon gue. Kan gue mau ngabarin itu ke lo," ucap Winarto atau yang akrab dipanggil Wito sambil menoyor kepala Jeffri.

"Buru-buru anjir mana sempat gue jawab panggilan lo. Dahlah gue mau balik, gak ada kelas juga habis ini."

"Pulang sekarang juga pintu masuk-keluar kampus ditutup, kan ada kunjungan Presiden."

Jeffri berdecak kesal. Padahal dia pengen banget lanjutin tidurnya yang keganggu. "Ya sudah ke kantin aja, laper gue." Jeffri langsung berdiri, disusul oleh kedua temannya yang lain. Sembari berjalan menuju kantin, tak jarang Jeffri mendengar decak kagum cewek-cewek yang tidak sengaja berpapasan dengan dirinya. Sudah biasa sebenarnya, tapi hari ini Jeffri lagi tidak dalam kondisi mood yang baik. Jadi dia berasa risih.

Mereka mengambil bangku di ujung kantin, sengaja karena di sana lumayan sepi. Lagian juga masih pagi dan kebanyakan mahasiswa ikut menyaksikan peresmian gedung baru sekalian bertemu dengan Bapak Presiden.

"Kafe lo, lancar?" tanya Wito membuka topik. Dia teringat kalau beberapa hari belakang, Jeffri membuka lowongan untuk mencari karyawan baru.

"Lancar," jawab Jeffri menyeruput habis teh poci yang dia pesan, dia juga langsung mengecek jam di layar ponselnya. Jam 9 pagi. "Gue ke kafe aja deh."

"Semangat benar, biasanya kan kafe lo buka jam 10."

"Lo mau deketin staff baru lo itu ya, Jep? Cakep sih, adem-adem gimana gitu lihatnya." Gerald menggoda Jeffri.

"Siapa? Staff yang mana?" tanya Wito dengan tatapan polos. Tidak tahu siapa yang dimaksud oleh Gerald.

"Itu loh, kasir di kafe."

Pemeran Utama (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang