08 - Kehadiran yang tak diharapkan

144 32 12
                                    

Pagi ini, Kaureen sadar kalau dia tidak lagi berada di rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini, Kaureen sadar kalau dia tidak lagi berada di rumahnya. Dia tersadarkan kalau sekarang dia sudah menyandang status sebagai istri dari Jeffri Byan Syahreza. Dia lagi-lagi tersadarkan kalau hubungannya dengan Dean sudah berakhir dan mustahil untuk kembali bersatu. Dia menghela napasnya pagi ini dengan berat. Untung saja Jeffri tidak memaksanya untuk sekamar. Dia dan Jeffri tidur dalam kamar yang berbeda. Bahkan Jeffri lah yang menyiapkannya. Dia sudah menebak kalau Kaureen tidak akan mau tidur satu kamar apalagi satu ranjang dengannya.

Kaureen juga tersadar kalau di dahinya tertempel handuk bekas kompresan. Siapa yang melakukannya? Gak mungkin Jeffri bukan?

Kaureen menyibakkan selimutnya. Semalam badannya lumayan panas, namun pagi ini dia merasa jauh lebih enakan. Dia baru sadar di bawah nakasnya ada baskom yang berisikan air dan handuk kecil. Siapa yang mengompresnya? Jeffri? Tidak mungkin. Jeffri tidak akan berani masuk ke dalam kamarnya. Dia melihat sticky notes yang tertempel di atas nakas. Ternyata memang Jeffri yang mengompresnya semalam. Kaureen meremas kertas itu dan mengabaikan obat yang ada di sana. Lagian dia merasa sudah baik-baik saja, tidak perlu meminum obat yang disediakan oleh Jeffri.

Tok tok!

Pintu kamarnya diketuk dari luar. Kaureen segera membukanya dengan malas. Pati Jeffri yang mengetuk. "Kenapa?"

"Gue mau kerja, lo di rumah sendiri gak apa-apa kan? Masih sakit gak? Obatnya udah diminum?"

"Gak usah peduliin gue Jeff," ucap Kaureen dengan nada ketus. Jeffri terdiam dan mengangguk singkat. Dia mengeluarkan dompetnya dan memberikan salah satu kartu kredit miliknya. Sebuah black card pemberian Omanya dulu.

"140297. Kalau ada apa-apa telpon gue aja. Gue kerja dulu. Assalamu'alaikum."

Harusnya seorang istri akan salam kepada suami ketika suami hendak berangkat kerja, tapi tidak untuk mereka. Masih ada kecanggungan dan penolakan di sana. Jeffri langsung pergi. Kaureen masih terdiam menatap black card yang sekarang sudah berpindah tangan ke dia. Semudah itu Jeffri memberikannya kartu ini padanya. Kaureen kembali masuk ke dalam kamar, meletakkan kartu itu di sembarang tempat. Tidak tertarik dengan kartu yang mungkin banyak orang di luar sana yang mengincarnya.

'Aku cuma butuh A Dean...'

Sepeninggalan Jeffri, Kaureen langsung bersiap-siap hendak keluar. Tanpa meninggalkan pesan apapun pada Jeffri, dia memilih untuk ke Bandung sendirian. Dia mengunjungi makam bunda dan ayahnya Dean. Kaureen sudah menebak pasti bundanya Dean dimakamkan di samping makam almarhum ayahnya Dean, untung dulu dia pernah diajak ke sini sehingga dia tahu alamatnya.

Lama Kaureen terduduk di sana. Hanya diam memandang gundukan tanah yang masih merah. Dia berharap bisa bertemu dengan Dean di sini, tapi nyatanya, saat sore menjelang pun tidak ada tanda-tanda kehadiran Dean. Dia merindukan Dean. Sangat amat merindukan Dean.

Ponselnya sejak tadi tidak henti-hentinya menerima notifikasi dari Jeffri. Tentunya, dia menanyakan keberadaan Kaureen yang hingga sore tidak berada di rumah, tanpa kabar. Kaureen hanya mengabaikan runtutan pesan tersebut. Kaureen memilih untuk jalan-jalan di sekitar area Bandung. Berusaha mengingat kembali kalau dia pernah merasa sangat bahagia berada di sini bersama seseorang. Kaureen menyusuri jalanan yang ramai, menyusuri kembali kenangan yang tidak akan pernah bisa dia temukan kembali.

Pemeran Utama (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang