i call him papi

5K 830 290
                                    

"Bener ga tuh cuma asam lambung? Gimana Mama bisa percaya?"

Jeffrey meraup wajahnya frustasi.

"Orang kalo kecapekan dan telat makan kan biasanya asam lambungnya naik. Mama bukannya juga pernah gitu?"

Jeslin yang masih sangsi sama jawaban anak semata wayangnya memandang sang suami yang gak jauh dari posisinya berdiri.

"Ck. Aku sama dia aja baru ketemu siang ini. Papa sama Mama bisa konfirmasi ke Johnny deh." jelas Jeffrey dengan nada yang sarat akan 'gatau lagi gue harus gimana kalo mereka ga percaya'.

Sepasang suami istri di ruangan itu berpandangan beberapa detik dengan sangat serius.

"Oke."

Satu kata keluar dari mulut papanya yang bikin Jeffrey langsung lega.

Hufft. Akhirnya terbebas juga dari tuduhan menghamili anak orang.

"Tapi.."

Seketika papanya angkat suara lagi, bahu Jeffrey kembali tegang.

"Papa masih butuh penjelasan soal anak-anak itu. Bener mereka anak kamu?"

Jeffrey mengedarkan pandangannya ke kiri. Menemui manik mata mamanya yang minta penjelasan. Balik mengedarkan pandangan ke kanan. Kembali menemui pandangan mata papanya.

Gulp!

Pria lajang ini meneguk ludahnya takut-takut.

"Itu.. sebenernya, aku pernah donor sperma."

"Donor sperma?!"

Mamanya lah yang pertama bereaksi.

"I-iya, Ma."

Mendapat jawaban kayak gitu dari anak semata wayangnya, Jeslin membolakan mata doe-nya.

Melongo.

"Waktu itu cuma coba-coba. Aku juga ga tau kalo bakal dipake orang."

Plak!

"Aduh!"

Lengan kekar Jeffrey yang sekarang jadi sasaran. Si empunya lengan mengaduh kesakitan.

"Cuma coba-coba? Donor sperma kamu bilang cuma coba-coba Jef?! Ya Tuhaaaan.."

Jeslin geleng-geleng. Mengeluh dengan suara seraknya sambil mengelus dada.

Yunanto yang daritadi jadi pengamat kini memijit pangkal hidungnya pusing. Masalahnya, dari coba-coba itu, sekarang udah jadi dua anak manusia.

Segede Mateo sama Noah.

Mau dibalikin lagi? Kan gak bisa.

"Wes mboh, Jeff. Mama ga ngerti lagi sama jalan pikirmu. Urus-urusin sendiri."

Jeslin yang keliatan udah bener-bener kehabisan kata-kata, kini melangkah menjauh.

"Ayo, Pa. Kita balik Surabaya sekarang aja."

Papanya juga sama. Keliatan udah ga bisa nerima lagi alasan Jeffrey.

Kedua orang tua dari Jeffrey ini memilih pergi dari kediaman sang putra semata wayang dengan kondisi habis tenaga dan kesabaran.

"Wow... they mad? (wow.. mereka marah?)" bisik yang lebih muda.

"I bet they are. (kayanya sih gitu.)" jawab yang lebih tua.

Jeffrey yang berdecak kesal dan mengusak kepalanya sendiri kini menoleh terkejut.

Sejak kapan duo krucil ini udah menyembulkan kepala di ambang pintu kamar mandi?

making familyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang