HAPPY READING!!🙆
hope u like"bunda?"
"bund"
"bunda, jawab Ara dulu bundaa!" bentaknya
wanita yang baru saja dibentak itu berhenti melangkah, ia membalikkan badannya cepat guna menghadap pada sang anak yang sedaritadi masih saja bertanya
"ada apa bunda? kenapa?" tanyanya lagi yang sekarang sudah mulai memelankan suaranya
mata keduanya sama-sama memerah, sungguh mereka ingin menangis. terlebih Ara, ia sudah tau apa yang terjadi. tapi sungguh, ia belum siap dengan semuanya. dan ia juga tidak menyangka akan secepat ini
bugh!
Shania langsung memeluknya, erat
"maaf sayang, maafin bunda" kata Shania tiba-tiba
"hiks maaf selama ini bunda ga cerita sama kamu sayang, maaf kalo selama ini semuanya cuman pura-pura didepan kamu hiks, bunda cuman gamau kamu kaya sekarang ini. ma-afin bunda sayang" lanjutnya Shania terbata-bata, yang sekarang sudah mulai terisak pelan
Ara balik memeluk sang bunda, tak kalah eratnya
ia juga mulai terisak pelan disana, dipelukan sang bunda. sudah lama sekali rasanya ia tidak melakukan ini, memeluk bundanya sendiri. tapi sekarang beda konsepnya, mereka sedang membahas hal lainnya yang lebih rumit dari sekedar pelukan ini
"gapapa bunda. hiks harusnya Ara berterimakasih sama bunda sama ayah. makasih karena kalian udah berusaha selama 17 tahun buat nutupin semuanya" katanya
"Ara udah tau semuanya bunda. Ara berterimakasih banget karena kalian berdua masih bertahan sampai detik ini buat Ara" lanjutnya lagi, yang sekarang sudah mulai berhenti terisak. namun pelukan diantara keduanya belum menunjukkan tanda-tanda akan segera terlepas
Shania juga sama, ia sudah meredakan tangisannya. memeluk sang anak yang sangat-sangat ia rindukan. menghirup aromanya yang ternyata beraroma bayi khas anak kecil
mengingatnya Shania tersenyum miris. selama itukah ia tidak pernah terlalu memperhatikan anaknya lagi? karena masalah sang suami yang ternyata memiliki anak dari orang lain, sampai-sampai ia tak menghiraukan Ara anaknya sendiri
Shania menyesal.
ini semua bukan salah Ara, bukan salah anaknya. anaknya tidak tau apa-apa. seandainya waktu bisa diulang, ia tidak ingin melakukan hal seperti ini kepada anaknya
selama ini ia baru tersadar kalau waktunya seakan terbuang sia-sia. sibuk dikantor pagi-siang-malam, tak memperdulikan Ara yang berada dirumah
perlahan, pelukan itu telah terlepas. sama-sama tersenyum menatap wajah masing masing didepan mereka
tangan kanan Shania terulur mengusap lembut kepala Ara. ia baru sadar bahwa sekarang tinggi badan mereka hampir sama, kira-kira 6 cm di atas Ara
"kamu sekarang tinggi banget ya. dikit lagi udah nyamain bunda" katanya
Ara tersebut tersenyum lebar, mengangguk pelan
"nanti Ara pasti bakal tinggi lagi, lebih tinggi dari bunda" katanya semangatt
"hahaha iya sayang. setinggi pohon kelapa mau?"
Ara melotot kan matanya, menggeleng kuat kepalanya kiri kanan, "engga gitu juga bunda. ish ternyata bunda nyebelin yaaa" katanya yang sekarang cemberut, merajuk ceritanya
"haha bunda bercanda sayang" katanya sambil berlalu menuju dapur
"jadi kita bakalan tinggal disini?" tanya Ara tiba-tiba, mengikuti bundanya perlahan dari belakang sambil melihat-lihat tempat tinggal baru mereka berdua
KAMU SEDANG MEMBACA
kamu [chikara]
Teen Fiction[HIATUS DULU SAMPE MOOD] [CERITA PERTAMA SAYA] "Ra?" "Apa?" "oh jadi kemarin-kemarin cuman penasaran? pantesan!" "suka sama orang yang disukai sama banyak orang itu 'beban mental' " just the author's imagination🙆 hope u like it published on 24 des...