14

2.3K 333 11
                                    

HAPPY READING!!🙆
hope u like

"bunda?"

"bund"

"bunda, jawab Ara dulu bundaa!" bentaknya

wanita yang baru saja dibentak itu berhenti melangkah, ia membalikkan badannya cepat guna menghadap pada sang anak yang sedaritadi masih saja bertanya

"ada apa bunda? kenapa?" tanyanya lagi yang sekarang sudah mulai memelankan suaranya

mata keduanya sama-sama memerah, sungguh mereka ingin menangis. terlebih Ara, ia sudah tau apa yang terjadi. tapi sungguh, ia belum siap dengan semuanya. dan ia juga tidak menyangka akan secepat ini

bugh!

Shania langsung memeluknya, erat

"maaf sayang, maafin bunda" kata Shania tiba-tiba

"hiks maaf selama ini bunda ga cerita sama kamu sayang, maaf kalo selama ini semuanya cuman pura-pura didepan kamu hiks, bunda cuman gamau kamu kaya sekarang ini. ma-afin bunda sayang" lanjutnya Shania terbata-bata, yang sekarang sudah mulai terisak pelan

Ara balik memeluk sang bunda, tak kalah eratnya

ia juga mulai terisak pelan disana, dipelukan sang bunda. sudah lama sekali rasanya ia tidak melakukan ini, memeluk bundanya sendiri. tapi sekarang beda konsepnya, mereka sedang membahas hal lainnya yang lebih rumit dari sekedar pelukan ini

"gapapa bunda. hiks harusnya Ara berterimakasih sama bunda sama ayah. makasih karena kalian udah berusaha selama 17 tahun buat nutupin semuanya" katanya

"Ara udah tau semuanya bunda. Ara berterimakasih banget karena kalian berdua masih bertahan sampai detik ini buat Ara" lanjutnya lagi, yang sekarang sudah mulai berhenti terisak. namun pelukan diantara keduanya belum menunjukkan tanda-tanda akan segera terlepas

Shania juga sama, ia sudah meredakan tangisannya. memeluk sang anak yang sangat-sangat ia rindukan. menghirup aromanya yang ternyata beraroma bayi khas anak kecil

mengingatnya Shania tersenyum miris. selama itukah ia tidak pernah terlalu memperhatikan anaknya lagi? karena masalah sang suami yang ternyata memiliki anak dari orang lain, sampai-sampai ia tak menghiraukan Ara anaknya sendiri

Shania menyesal.

ini semua bukan salah Ara, bukan salah anaknya. anaknya tidak tau apa-apa. seandainya waktu bisa diulang, ia tidak ingin melakukan hal seperti ini kepada anaknya

selama ini ia baru tersadar kalau waktunya seakan terbuang sia-sia. sibuk dikantor pagi-siang-malam, tak memperdulikan Ara yang berada dirumah

perlahan, pelukan itu telah terlepas. sama-sama tersenyum menatap wajah masing masing didepan mereka

tangan kanan Shania terulur mengusap lembut kepala Ara. ia baru sadar bahwa sekarang tinggi badan mereka hampir sama, kira-kira 6 cm di atas Ara

"kamu sekarang tinggi banget ya. dikit lagi udah nyamain bunda" katanya

Ara tersebut tersenyum lebar, mengangguk pelan

"nanti Ara pasti bakal tinggi lagi, lebih tinggi dari bunda" katanya semangatt

"hahaha iya sayang. setinggi pohon kelapa mau?"

Ara melotot kan matanya, menggeleng kuat kepalanya kiri kanan, "engga gitu juga bunda. ish ternyata bunda nyebelin yaaa" katanya yang sekarang cemberut, merajuk ceritanya

"haha bunda bercanda sayang" katanya sambil berlalu menuju dapur

"jadi kita bakalan tinggal disini?" tanya Ara tiba-tiba, mengikuti bundanya perlahan dari belakang sambil melihat-lihat tempat tinggal baru mereka berdua

kamu [chikara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang