17

1.8K 279 34
                                    

happy reading!🦋

tit! ceklek!

"Assalamualaikum Bunda! Ara pulang"

Ara menongolkan kepalanya dari depan pintu apartemen. perlahan ia masuk, melepaskan sepatu sekolahnya dan meletakkan nya dirak. setelahnya ia mulai celingak-celinguk kesana-kemari berniat mencari keberadaan sang bunda

"bundaaa, bunda dimana?" teriaknya lagi

untung saja apartemen ini kedap suara. coba saja kalau tidak, pasti Ara sudah dikira layaknya monyet yang teriak saut menyaut ditengah hutan

hidungnya mencium bau bau enak masakan dari arah belakang. apakah bunda sedang memasak? pikirnya

tapi, kenapa bunda tidak mendengar teriakannya kalo hanya sedang didapur? atau jangan-jangan ada maling yang menumpang masak di apartemen miliknya ini?

ah sudahlah, demi menghilangkan rasa penasarannya Ara pun perlahan menyeret kakinya kearah dapur apartemen. ia mengintip sedikit dibalik pintu yang mengarah kedapur itu

"No, i don't want your body"

"But i'm picturing your body with somebody else"

perlahan ia mendekat dan menyentuh bahu seseorang yang diduga sedang asyik memasak sambil bersenandung pelan sedaritadi

"I don't want your bo--"

"bund?"

seseorang itu terlonjak kaget dan berbalik badan, matanya melotot melihat Ara yang sekarang sedang berdiri dibelakangnya

"ARA?!, kamu ngagetin bunda!" kata bunda yang sekarang semakin melotot kan matanya

malihat respon yang diberikan, Ara terkekeh geli setelahnya

"hahaha maaf bunda, abisnya Ara udah teriak daritadi tapi bunda tetep ga denger" katanya setelah berhenti terkekeh

sang bunda kembali membalikkan badan, mengecilkan api kompor dan kembali membalikkan badannya. sekarang ia telah menghadap Ara didepannya, bunda melepaskan celemek dibadannya dan meraih tangan Ara untuk membawanya ke meja makan

bunda mendudukkan Ara di salah satu kursi disana "kamu baru pulang banget? apa udah daritadi?"

Ara menatap bundanya yang sekarang posisinya sedang berdiri disamping kursinya sambil melipat kedua tangannya didada

"Ara nganterin temen Ara pulang dulu bunda" katanya takut-takut dan menundukkan kepalanya sedikit kebawah

"maapin" katanya pelan, semakin menundukkan kepalanya dalam

"siapa?"

"apanya bund?"

Bunda menghela nafas pelan "temen yang kamu anterin pulang, siapa?"

"yaaaa, yaaaa pokoknya temen Ara bund" kata Ara

"memangnya kalo Ara kasi tau, Bunda bakalan tau temen Ara? Bunda kan gapernah tau" lanjutnya lagi berbicara

Shania terdiam mendengarnya. benar. apa yang Ara katakan itu benar adanya. ia selama ini tidak tahu menahu tentang Ara bukan? bahkan selama ini ia terlihat sangat tidak memperdulikan Ara anaknya

kamu [chikara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang