Mengusir Ancaman

15 0 0
                                    

Masih ada satu hal yang kutakutkan tentang hubunganku dengan Alesha. Tidak selamanya, pelangi tiba setelah hujan reda. Status sosial kami masih jauh berbeda. Jika terus seperti ini, hanya menunggu waktu sampai Alesha tidak tahan hidup seadanya, atau aku yang tidak tega melihatnya harus menyusahkan diri, padahal dia berasal dari keluarga berada. Aku harus melakukan sesuatu dari sekarang jika tidak ingin hubungan kami berada dalam bahaya.

Entah menyiapkan nilai rapor sebaik-baiknya untuk masuk perguruan tinggi negeri atau jika takdir berkata aku tidak bisa kuliah, aku harus membuka usaha secepatnya agar usahaku cepat berkembang juga. Mungkin orangtua Alesha mau memberikanku modal dulu. Karena kalau ke sawah, artinya aku akan hidup di kampung dan terpisah dari Alesha yang akan kuliah di kota. Dia juga tidak cocok dengan kehidupan primitif dan hukum sosial yang berlaku di kampungku. Jadi, biar aku yang menyesuaikan diri. Lagipula hubungan kan memang tentang kompromi.

Saat seseorang lulus sekolah atau kuliah, mencoba memasuki dunia kerja kemudian menemukan bahwa ini bukan sesuatu yang dia suka. Lalu mencari passion dan terjebak dengan perkataan orang² yang bilang "follow your passion" Tapi ujungnya malah membuat hidup kita semakin rumit dan kompleks. Selain harus jatuh bangun menjaga kecintaan terhadap passion, juga dihadapkan dengan pahitnya realita ekonomi yang mulai mendesak mundur dan menyerah dengan cita-cita.

Padahal, jika dari awal lu tau kalau passion lu belum terlalu menjanjikan, lu bisa bekerja di tempat yang lu nggak terlalu suka dan membiarkan passion lu yang follow lu, agar semuanya seimbang. Lu punya passion yang lu perjuangkan dan ekonomi yang cukup stabil, meski dalam perjalanannya lu merasa beban itu terasa sangat berat. Sama saja seperti perjalanan lainnya.

Intinya, lu hanya perlu keluar dari situasi lu saat ini dan berpindah memperjuangkan kembali apa yang selama ingin lu cari. Karena bisa mengejar passion itu sendiri adalah sebuah privilege. Banyak orang yang gak tahu passion nya apa, ada yang passion nya terhalang situasi, dan strugle dalam merawat passion yang selama ini susah payah dia raih. Setelah menerima kenyataan bahwa karya yang kita hasilkan, belum tentu sesempurna yang kita bayangkan, dan kita tetap harus berpuas untuk itu dan menanamkan di kepala akan menciptakan karya yang lebih baik di project selanjutnya.

Sebenarnya aku masih punya satu impian, menjadi penulis. Manusia itu tidak akan semangat melakukan sesuatu yang tidak ada esensinya untuk dia. Jadi, orang akan malas melakukan sesuatu, jika itu tidak penting baginya.

Aku mengumpulkan semua puisiku selama ini, yang ditempel di mading khususnya. Aku mulai merevisi semua puisiku dan mencoba serius untuk menerbitkannya. Setidaknya aku punya waktu setahun lagi sampai kelulusan SMA tiba. Setelahnya aku harus kerja, bahkan jika mendapat kesempatan kuliah, aku tetap harus kerja paruh waktu. Orangtuaku tidak akan mampu menafkahi biaya kuliahku karena harus mengutamakan sekolah adik-adikku juga.

Aku meminta Alesha menilai puisi-puisiku. Dia juga memberikan puisi buatannya untuk ku edit jadi lebih baik. Hobi kami yang sama, sifat ringan dan melankolisnya, menyeimbangkan stabilitas hubungan kami. Aku sempat meragukan kedewasaannya karena dia adik kelas, hingga menjadikannya cadangan dan menembak Inara lebih dulu. Aku tidak tahu, apakah aku akan sebahagia ini juga jika bersama Inara. Bisa-bisa, setiap hari cuma diskusi saja.

Hubunganku dengan Zea sebenarnya kurang baik. Dia kembali menjadi dirinya yang pendiam seperti biasa. Dia masih memainkan rubiknya, tapi kali ini dengan tutup mata. Aku bahkan belum lancar menyelesaikan rubik dengan mata terbuka. Dia juga masih melanjutkan lombanya ke tingkat nasional setelah juara pertama di tingkat provinsi kemarin. Aku turut bangga untuknya.

Aku mencoba memperbaiki hubungan kami. Dia menyambutku biasa saja. Sekadar menjaga tali silaturahmi antara kami berdua. Seperti katanya, dia memang lebih nyaman ketika menyendiri. Aku hargai itu. Dia juga menggunakan aplikasi TTS jika berada dalam situasi yang memaksanya banyak bicara. Aku meminta beberapa temanku untuk mendekatinya. Mau bagaimana pun, Zea setidaknya harus punya satu teman atau pacar, agar hidupnya tidak terlalu hampa. Aku ingin meyakinkannya juga, bahwa tidak apa-apa jika nanti dia terluka. Sama sepertiku, dia pasti juga bisa melewatinya. Jadi, dia tidak perlu takut memulai sebuah hubungan.

Naik turunnya hubungan sudah kulalui bersama Alesha selama setahun belakangan. Bertengkar atas hal-hal yang kecil maupun yang prinsipil, sudah kami lakukan. Namun, tidak pernah terbesit di mulut kami, kata putus yang kami berdua sama-sama hindari. Hari ini adalah hari yang berbahagia. Aku menghadiri acara kelulusan sekaligus pesta perpisahan angkatanku. Satu per satu acara resmi, mulai dari sambutan Kepala Sekolah, sambutan salah satu pihak orangtua murid, penampilan dari siswa-siswa, sampai proses pengukuhan sudah berlangsung dengan lancar. Dan sekarang sudah waktunya istirahat.

Aku dan Bagas serta semua teman-teman seangkatan berencana membuat flashmob. Kami sudah berkumpul di pinggir lapangan sesuai regu. Dan bom asap warna-warni sudah menyala di setiap regu. Kami semua berlari ke tengah lapangan sambil berteriak agar semua orang menyadari kejutan dari kami. Kami berkeliling membentuk sebuah lingkaran obat nyamuk. 3 orang lainnya berlari mengelilingi alur yang kami buat sambil membawa bom asap warna-warni.

Drone kamera pun sudah siap merekam momen-momen yang akan paling dikenang ini. Kami menyanyi bersama, sambil mengenang masa-masa indah selama sekolah. Tidak sedikit yang tiba-tiba mengeluarkan air mata, saking terharunya. Pertunjukkan kami tutup dengan membuat formasi baru. Kami semua menampilkan tarian robotik yang sedang hits akhir-akhir ini di media sosial.

Di tengah-tengah tarian berlangsung, handphone-ku bergetar. Setelah tarian kami berakhir, aku membuka sebuah notifikasi email bahwa aku diterima di salah satu universitas negeri. Aku sangat senang, namun beberapa tahun ke depan akan menjadi masa yang sulit karena harus kuliah sambil kerja paruh waktu. Tapi tidak apa-apa, ini memang jalan yang harus kutempuh untuk memperbaik strata sosialku agar seimbang dengan Alesha.

Ketika aku hendak memasukkan handphone ke kantong, ada sebuah notifikasi lagi, kali ini dari penerbit buku. Tempat aku mengirimkan naskahku beberapa bulan lalu. Mereka menerima naskah buku puisiku yang berjudul "Cinta Miskin" menggambarkan tentang hubungan hambar sebuah pasangan yang kekurangan rasa suka duka dalam menjalani cinta dan bagaimana orang miskin, harus banting tulang juga ketika memandang cinta.

Sekarang aku menemukan cara paling romantis untuk menyatakan cinta ke Alesha. Memberinya rasa nyaman dengan memenuhi kecintaannya pada puisi, serta memberinya rasa aman akan masa depan yang tidak terlalu membebani hubungan kami nanti. Setelah puas menratktir anggota keluarga, royalti bukunya langsung kuinvestasikan sebagai tabungan. Kutargetkan untuk membantu mencukupi biaya aku dan Alesha melangkah menuju pelaminan.

Cacat Bicara [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang