Hari ini hujan berhasil menyelimuti sore ini, aku terdiam duduk di sisi jendela kamar ku sembari menulis ceritaku, Sudah 3 jam berlalu dan yang aku lakukan hanya terdiam sembari melamun.
Syukurlah hujan di luar sana tidak begitu deras namun suaranya rintiknya tetap terasa...
Ya, terasa sedikit hanya sedikit
Pena hitam itu terus menari di atas notebook putih ku, menemaniku di kesunyian sore ini yang rasanya sangat dingin.
Sembari aku menulis tiba tiba aku melihat sebuah benda yang dulu aku sering gunakan semasa sekolah, syukur benda itu masih menyala. Aku mulai membuka benda itu yang sering disebut smartphone, tak ku sadari jari tangan ku tertuju untuk membuka galeri lama ku.Galeri dimana aku menyimpan khusus foto foto ku bersama Dimas, aku mulai tersenyum simpul saat melihat diriku dan dirinya di dalam foto itu dimana kami sangat bahagia di foto itu.
Lalu aku pun beralih membuka video lamaku bersama Dimas, di video ini terjelas bagaimana kebahagiaan sekaligus penderitaan ku mulai dari sini...
Aku pun mulai menutup smartphone ku dan aku pun menangis sembari mengingat kejadian 3 tahun yang lalu di bawah derasnya air hujan sore ini...
Rasanya sangat sakit jika aku bayangkan bagaimana kisah itu terulang lagi dalam benakku yang tak akan pernah menghilang sampai kapanpun
Masih ku ingat gimana hangat nya genggaman tangan nya saat menggenggam tangan ku menemani ku saat ku sedang berada dirumah sakit ditemani alat alat medis yang membantu ku untuk tetap hidup...
kebahagiaan yang diselimutin hangat nya cerita persahabatan yang utuh, hancur menjadi beberapa bagian kecil oleh ego dan perasaan
Memang benar diantara persahabatan lelaki dan perempuan ujian terberat nya ialah perasaan..
{....}
"TINA AKHIRNYA LO MASUK, GUE LIAT PR LO!"
Aku yang baru beberapa menit menginjakkan kaki disekolah hendak memasuki kelas pun terkejut saat mendengar suara lelaki meneriaki namaku dari dalam kelas, dia satya sahabatku memang belum lama kenal, tak selama aku dengan dimas.
kami bertemu tidak disengaja saat ku temui satya yang terduduk dikursi kantin sendirian bermain video game di handphone nya, merasa dia butuh teman ku ajak dia untuk berbicara saat itu, dia anak baik dan akhirnya aku putuskan untuk ajak ia berteman.
"Apaan sih Lo bisa gak gak usah teriak teriak suara lo itu kedengeran seisi ruangan ini."
Aku benar benar kesal kepadanya, suaranya begitu nyaring sampai teman teman seisi kelas melihat kearah kami
"Hehehe sorry yee, Pr Lo udh selesai belom? kalo udh liat dong."
"Lo bener bener ya Dateng Dateng ngajak berantem deh ambil aja tuh buku nya di tas gue cepetan salin aja gak pake lama ye 5 menit selesai."
"Jahat bener lu sama gue tin tambahin lagi lah 25 menit lagi lu kan sohib gue ya gak bro?"
"Udah cepet gak usah bacot ya gue sleding pala Lo ye, eh ini tumben si naresh, jiandra sama Dimas kemana sih gue gak liat mereka," tanyaku.
"Belom dat-," perkataan satya pun terputus saat mendengar seseorang meneriaki nama kami dari luar kelas.
"OY PAGI BEBAN KELUARGA!" ya laki laki yang berteriak itu bernama jiandra datang bersama naresh dan dimas.
Jiandra salah satu anak basket di sekolah kami, cukup famous dikalangan anak perempuan di sekolah.
Begitu juga naresh ia dan jiandra boyfriend idaman seluruh anak perempuan, gimana tidak diidam-idamkan mereka jago olahraga salah satu murid pintar dikelas nya tak heran banyak yang suka dengan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas Erlangga [Baca Sesuai Urutan Nomor]
Teen FictionBukan apa apa hanya saja aku takut untuk melihat kebelakang, peristiwa itu bagai kaset film yang terus berputar putar di pikiran ku, dia pergi. Seseorang Laki-laki yang telah mengubah cara pandang ku soal apa pun yang aku tidak ketahui. Dimas erlang...