"Sasimo banget, gagal dapet naresh sama jiandra sekarang lu mau rebut dimas dari sahabat gua?"
"Jelas jelas mereka gak pacaran," potong Jihan.
"DIEM GUE GAK NGOMONG SAMA LO."
"Kenapa? Gerah ya?" cibir jeha kembali kepada jihan dan amanda.
"Gue suka sama dimas, dan gue mau deketin dia, buat lo tina jauh jauh dari dimas."
"Hak lu apa ngomong begitu ke tina?!"
"lo boleh suka sama dimas, tapi lo gak boleh dong singkirin posisi tina," lanjut jeha dengan nada kesal
"Kok lu ngatur gue? Serah gue dong mau lakuin apa aja."
Hanya bisa mendengarkan mereka berbicara, sikap ku yang hanya diam seperti membeku menyaksikan ini semua.
"udahhhh, gua mohon udahh," cakap ku untuk menyela pertikaian semakin menjadi jadi.
"Lagian dimas mana mau sama lo yang berpenyakitan."
Suasananya menghening saat amanda berucap padaku soal penyakitku, tak lama jeha dan nana melihat ku sekilas tanpa berbicara apa pun, aku yang merasa tersinggung atas ucapan amanda mengungkit persoalan penyakit ku mulai kehabisan kesabaran dan memilih ingin pergi saja.
"Udah selesai ngomong nya?" tanya ku.
Bicara ku, menatap kearah nya, dia hanya bisa terdiam mendengarkan ku sembari menatap ku dalam setelah ku mulai berbicara.
"Kalo udah selesai ngomong nya gue izin pergi, gue gak ada waktu buat orang yang playing victim kaya lo," sindirku.
"Lo yaa!" geram amanda pada ku.
"Dan yaa gosah lu ungkit ungkit masalah penyakit gue," ucapku sekali lagi.
Amanda mendengarkan ku berbicara dan mulai ingin menyakiti diri ku dengan ingin menampar wajah ku namun hal itu di hentikan oleh lelaki yang berdiri dibelakangku yang sedari tadi hanya berdiri menyaksikan amanda bersandiwara
Nana dan jeha ikut membantu ku agar menjauh dari amanda yang sudah kehabisan akal itu.
"Cara lo memfitnah orang itu gak banget," ucap lelaki itu sembari menepih tangan Amanda yang ingin melukai ku.
"Lo si-siapa??" tanya amanda terbata bata.
"Lo gak perlu tau, gue disini bukan bermaksud ikut campur urusan, tapi keributan ini harus dihentikan," ucap lelaki itu kembali.
Jihan yang sedari tadi melihat amanda selalu di pojokan mulai melakukan sesuatu pada ku, jihan yang melihat pot bunga disekitar tempat kami berdiri segera mengambil pot bunga tersebut lalu melemparkan pot itu ke arah kepala ku.
"TINAA," teriak nana dan jeha.
Saat aku ingin berbalik jihan ternyata sudah melemparkan pot bunga kearah ku lalu mengenai kepala bagian belakang ku dengan keras, pandangan ku kabur dan secara cepat kepala ku menjadi pusing lalu aku terjatuh namun aku masih sadar.
"Gila lo ya, scypopat!" bentak nana kepada jihan.
Jihan tak berbicara apa pun kepada nana dia hanya diam melihat ku dengan tatapan takut dan mata nya yang mulai berkaca kaca lalu pergi meninggalkan kami termasuk amanda teman nya sendiri, pergi begitu saja tanpa merasa bersalah.
"WOYYY! TANGGUNG JAWAB LO TAI!" teriak nana.
"Anterin gue ke UKS pala gue sakit banget," pinta ku.
Jeha yang sudah muak dengan ini semua cepat cepat membangunkan ku lalu pergi menuntun badan ku pergi dari tempat itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun begitu juga nana, kami pergi meninggalkan amanda dengan lelaki itu berdua
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas Erlangga [Baca Sesuai Urutan Nomor]
Teen FictionBukan apa apa hanya saja aku takut untuk melihat kebelakang, peristiwa itu bagai kaset film yang terus berputar putar di pikiran ku, dia pergi. Seseorang Laki-laki yang telah mengubah cara pandang ku soal apa pun yang aku tidak ketahui. Dimas erlang...