04. What does he mean?

111 69 20
                                    

Aku yang sudah berada di depan rumah segera turun lalu membukakan pintu gerbang rumah ku untuk dimas.

Bunda yang mendengar suara motor yang sudah tidak asing lagi segera keluar rumah untuk melihat, setelah ia tau bahwa itu kami, lalu aku menghampiri bunda yang sedang berdiri melihat kami dengan pintu yang setengah dibuka.

"Siang bundaa," kata ku.

"Anak anak bunda udah pulang," sahut bunda.

"Bundaa," panggil dimas sembari menghampiri bunda.

Dimas memang sudah dekat kepada orang tua ku seperti yang sudah ku bilang, kedua keluarga kami selalu menjaga komunikasi yang baik

Jarak rumah dimas dengan rumah ku tidak cukup jauh, butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai kerumah dimas, ada kala nya aku diperintahkan bunda untuk memberikan makan kepada dimas dan ayah nya agar hubungan kedua keluarga kami selalu terjaga, tapi tak sering juga untuk dimas mengunjungi keluarga ku.

"Tumben kamu bareng tina pulang nya," tanya bunda.

"Iya bunda mau ajak tina makan keluar, bunda mau dimas beliin apa?" jawabnya.

"Ga usah dimas, kamu mampir kesini aja bunda seneng."

"Bunda sehat kan? Dimas kangen bunda cuma belum sempet mampir," ujarnya kembali.

"Sehat, ayah kamu gimana, sini duduk dulu dimas."

Sembari merangkul pundaknya, bunda mengajak dimas untuk masuk kedalam rumah dan duduk di sofa ruang tamu, sementara aku ke kamar ku di atas untuk bersiap siap,

Mereka terlihat seperti ibu dan anak, tak heran juga bunda sudah sangat lama mengenal dimas bergitu juga dimas yang sudah dari lama dekat dengan bunda ku.

Aku pun segera berganti pakaian menggunakan sweater putih dan celana jeans, aku tidak butuh waktu lama untuk membereskan semua peralatan sekolah ku, saat ku turun ke ruang tamu ku dapatin dimas dan bunda yang sedang berbicara dengan bunda yang masih bertanya kabar dimas dan ayah nya, aku merasa menjadi nyamuk saat bersama mereka.

"Bunda tina pamit pergi ya," ucapku kepada bunda.

"Iya bunda, dimas juga ya," lanjut dimas sembari mencium tangan bunda.

"Dim, pake helm?" tanyaku.

"Iya, bunda dimas boleh pinjam helm ayah nya tina?" balasnya sembari meminta izin kepada bunda.

"Iya boleh boleh pakai aja, lagian ayah nya tina jarang pakai," jawab bunda tersenyum manis.

Mulai beranjak dari tempat duduk, bunda dan dimas masih terus berbicara hingga teras depan sementara ku sedang sibuk mengambil helm

Aku dan dimas diantar bunda sampai kedepan gerbang rumahku, sembari mengobrol beberapa saat

Dimas membantu ku untuk memakai helm di kepala ku dan memastikan helm itu terpasang dengan benar. Setelah selesai aku mulai menaiki motornya.

Aku pun pamit kembali kepada bunda dan segera dimas menyalahkan mesin motor nya

"Pergi dulu ya bunda," kata dimas.

"Iya, hati hati," balas bunda dengan lembut.

Dimas pun mulai menjalankan motor nya perlahan dan mulai menjauh dari rumah rumahku, sudah beberapa rumah kami lewati samar samar ku lihat bunda dari kaca spion yang masih berdiri di depan gerbang rumah ku menunggu kami pergi lebih jauh

Setelah sudah cukup jauh aku pun memulai topik pembicaraan kepada nya dengan menanyakan apakah makanan disana enak.

"Dim," panggil ku.

Dimas Erlangga [Baca Sesuai Urutan Nomor]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang