08. More and more..

98 43 54
                                    

"Dimas Satria erlangga."

"Hadir pak," sahut dimas.

"Dustina annatasya."

Saat nama ku disebut, tak sadar bahwa aku sedang melamun dan diam saja dengan tatapan kosong menghadap kearah luar jendela kelas

Dimas yang menyadari bahwa aku sedang melamun segera menyadarkan ku dari lamunan ku.

"Sut sut, tin lo di panggil, yeee bocah malah bengong," bisik Dimas kepada ku.

"Dustina apakah tidak hadir?" ucap guru itu.

"E-eh hadir pak," sahut ku setelah tersadar.

"Jangan bengong mulu lu, ayam tetangga gue bengong mulu malah mati."

"Apa iya??"

Dimas hanya membalas dengan dehaman dalam kepada ku. Dimenit awal pelajaran dimulai oleh mengabsenan seluruh murid kelas ku, aku akan diabsen setelah Dimas karna nama kami berdekatan

Beruntung Dimas mengingatkan aku saat nama ku sudah mulai disebutkan, merasa akhir akhir ini aku sering melamun dimas secara tiba-tiba menggeser kursi nya ke samping tempat duduk ku dan lalu memulai percakapan.

"Tin, gue rasa bakal ada bau bau tugas kelompok," kata dimas.

"Masa si?"

"Iyaa tina," suara nya mengejek ku.

Tak lama kemudian, benar apa yang Dimas katakan benar terjadi, guru itu berkata

"Siang ini, kita akan membahas pelajaran kemarin, tapi akan dibuatkan kelompok untuk mendiskusikan pelajaran kemarin dan dibuat rangkuman."

"Tuhkan bener." tangkas Dimas.

"Aishh, gue sama Jeha dah," ujar ku.

"Ha? Apa? Gue?" kata Jeha yang mendengar perkataan ku.

"Gue sekelompok sama lu ya," ajakku.

"Yah, tapi gue udah sama Nana."

Sayang sekali Jeha yang ku inginkan sebagai patner kelompok ku sudah memiliki patner nya, terpaksa ajakkan Dimas kepada ku harus ku terima.

"Kelompok minimal berjumlah 2 orang ya," ucap guru itu kembali.

"Nah yaudah tin Lo sama gue aja titik gak pake koma," paksa Dimas terhadap ku.

"iya."

Aku pun hanya bisa pasrah dan mengiyakan perkataan dimas tadi padaku.

Srekk..

"Biar gue ae yang nulis," ucap dimas.

Ia yang tiba tiba menggeser bangku sedikit lebih dekat dengan ku dan menaruh buku milik nya di meja ku, dengan bingung lalu ku bertanya.

"Deket banget."

"Mau diskusi sama lu jadi harus deket."

"Harus banget deket gini??" tanya ku kembali.

"Ho'oh, harus banget" jawab nya,"oke, kita buka halaman 56 ya, banyak materi yang ngebahas disini."

Sembari mencari halaman dan terus berbicara, dimas terlihat menjadi lebih cerewet dari yang biasa nya ku lihat segera aku pun bertanya pada nya.

"Girang banget lu dim haha."

"Gimana gak mau girang, sekelompok sama elu pasti girang."

"Dih, emang kenapa ada gue?"

"Senyum lu bikin jadi semangat hahaha."

PLAKK

Suara tangan ku memukul bahu dimas yang terus tertawa membuat kebisingan di dalam kelas, karna terus tertawa Nana dan Jeha yang merasa terngganggu menegurku dan dimas lalu mengejek kami berdua.

Dimas Erlangga [Baca Sesuai Urutan Nomor]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang