awal mula

141 15 1
                                    





"Masih aja jeff, lama lama gila lu mikirin dia mulu"

Jeffrey yang tengah melamun di atas ranjangnya sambil memegang sapu tangan terkejut, ia menoleh ke sumber suara.

"Main masuk aja kaga ketok pintu" balasnya

"Nih"

"Ya ketoknya pas di luar doong clara cangtip"

"Gue udah ketok ya dari tadi tapi lu kagak nyaut nyaut, nih tangan gue ampe merah begini" di balas cengiran oleh pemilik kamar.

"Ngapain?" Tanya Jeffrey melihat gadis yang baru saja masuk kamarnya tengah mengobrak abrik meja belajarnya.

"Pinjem pulpen"

"Perasaan hampir tiap hari lu pinjem pulpen, lu cemilin apa gimana?"

"Itu juga gara gara temen temen lo ya pinjem pulpen kaga pernah di balikin"

"Saha?"

"Upin Ipin kampus, siapa lagi emangnya" Jeffrey mengangguk mengerti, dia sudah apal kelakuan para sahabatnya.

"Lu juga, perasaan kaga pernah beli pulpen tapi pulpen lu banyak amat" gadis itu menatap curiga "hasil nyolong ya"

"Sembarangan amat tu mulut, itu hasil nemu"

"Iya nemu, nemu di meja orang. Pantesan gue rada familiar sama pulpen pulpen ini"

"Gak usah ngada ngada ya, mending lu cepet keluar dari kamar gue. Gue mau lanjutin aktivitas gue yang tertunda"

"Mikirin dia?" Jeffrey mengangguk "mau sampek kapan?" Lanjut gadis itu

Jeffrey mengedikkan bahunya "tapi gue yakin kita bakal ketemu lagi. Gue masih inget si nenek kebayan bilang kita jodoh"

"Ngimpi!"

"Lo ya sepupunya lagi jatuh cinta bukannya di dukung. Ah gue tau nih, lo cemburu kan"

"Najis amat, mon maap ya saya sudah punya calon ayah untuk anak anakku nanti. Nyemburuin anda bukan level saya"

"Najis najis gini. Gue pernah bikin lo klepek klepek ya'

"Waktu itu gue lagi gak sadar"

"Iya in"


Clarissa terdiam. Ia lebih memilih keluar dari kamar yang dipenuhi udara yang menyesakkan.

Sudah mati matian ia melupakan perasaannya terhadap sepupunya itu. Namun dengan tidak tahu malunya Jeffrey terus saja mengungkitnya, yang tanpa sadar membuat Clarissa terluka.

Rasa sakitnya masih sama seperti dulu.

Clarissa masih ingat dia yang pertama menyatakan cintanya kepada Jeffrey mengesampingkan rasa malunya.

Ia jatuh cinta pada sosok Jeffrey yang memperlakukan nya layaknya seorang putri.

Jeffrey yang baik. Jeffrey yang sabar. Jeffrey yang lembut. Jeffrey yang penyayang. Jeffrey yang selalu ada untuknya membuat Clarissa menyalah artikan sikap sepupunya itu.

Meski Jeffrey mengatakan ia menyayanginya sebagai adik. Clarissa tetap kekeuh ingin sepupunya menjadikan kekasihnya. Ia yakin cinta bisa datang karna terbiasa.

Namun tiba tiba tak ada ujan. Eh gak, ada ujan tapi gak ada petir Jeffrey mengatakan jatuh cinta pada seorang gadis tapi bukan Clarissa. Gadis pirang pemilik sapu tangan ungu.

Hatinya hancur sehancur hancurnya. Ia harus melepaskan sepupunya meski berat. Tak ada cara lain, dipertahankan pun percuma yang ada semakin membuat luka. Jika Jeffrey tak pernah mencintainya.


"Oh iya jeff" hanya mucul bagian kepalanya saja membuat Jeffrey terlonjak kaget.

"Ya ampun clara. Gue udah bilang kalo mau masuk KETOK PINTU DULU. Kalo gue lagi telanjang begimana?"

"Udah terlanjur" ucap clarissa enteng. "Dosbing lo nyariin. Temuin gih" tambahnya.

"Iya besok gue temuin"








Pagi pagi sekali Jeffrey sudah sampai di Rendem University. Tempat kuliahnya. Untuk memenuhi panggilan sang dosbing.

Sudah hampir tiga bulan ia tak menginjakkan kakinya pada gedung kampus. Alasannya belajar bisnis dengan sang ayah. Padahal tengah mencari cinta sejati yang tak kunjung ia jumpai.

Setelah menemui sang dosbing jeffrey ingin bergegas pulang, mencari informasi tentang sang pemilik sapu tangan ungu.

Namun langkahnya terhenti kala melihat seorang gadis yang tengah membaca buku sendirian dibawah pohon rindang depan kampus.

Terpaku cukup lama hingga ia mulai mengingat sesuatu.










"Valleeeen!"








.

.

.

Bersambung...

Bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
which ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang