janggal

83 12 2
                                    

.

.

.










"Rose?" Sapa Jeffrey pada gadis yang tengah duduk memunggunginya.


Gadis itu menoleh, tampak muncul kerutan di dahinya. Bukan tiba tiba menua tapi ia tengah kebingungan.


"Sendirian?" tanya Jeffrey lagi.

"Keknya lo salah orang deh" jawab gadis itu.

"Loh bukan Rose?"


Inilah rencana yang disarankan oleh mahesha, berpura pura seolah mengenali Rosa sebagai Rose. Karena Jeffrey sudah cukup dekat dengan Rose untuk saling menyapa.


"Oh temennya Rose, gue Rosa. Kembarannya"

"Eh ya ampun sorry, gue pikir Rose. Abis mirip banget sih"

"Ya namanya juga kembar, ya jelas mirip lah"

"Lah iya juga"


Jeffrey pikir akan langsung diusir atau dimaki maki, nyatanya tak seburuk yang ia bayangkan.


Gadis itu memicingkan matanya, melihat Jeffrey dengan kerutan di keningnya. Seolah mencoba mengingat sesuatu.


"Lo.... yang dikenalin Rose di kampus tadi kan?"


Jeffrey tampak berfikir "Oh iya gue baru inget, gue Jeffrey" ucap Jeffrey dengan senyuman manis.

Gadis itu mengangguk tanpa niat menjawab.

"Sorry banget ya tadi gue gak nyapa lo karna kaget"

"Kaget?"

"Iya, tetiba Rose ada dua" ucap Jeffrey dengan intonasi yang menurut Rosa cukup lucu.

"Gue boleh duduk disini?" Tanya Jeffrey menunjuk tempat kosong disebelah gadis itu.


Gadis itu mengangguk tanpa ekspresi, menunjukkan dengan jelas jawaban sebenarnya bahwa ia tak menyetujui pemuda itu duduk disampingnya.


Jeffrey yang menangkap ekspresi itu mencoba tak memperdulikannya dan menebalkan muka, mencoba memberanikan diri duduk disamping gadis itu.


"Maaf nih kalo gue banyak nanya. Sebelumnya lo tinggal dimana? Kok gue gak pernah liat" Tanya Jeffrey dengan hati hati.

"Seharusnya gue yang nanya gitu. Kata Rose lo temennya Vallen, tapi selama gue deket sama Vallen gue gak pernah liat lo"

"Oh itu, gue lagi belajar bisnis sama orang tua gue. Makanya sering absen kelas"


Gadis itu mengangguk paham.


"Kalo lo?" tanya Jeffrey, membuat gadis itu refleks menoleh kearah Jeffrey yang jaraknya sangat dekat. Dengan cepat gadis itu memalingkan wajahnya.


"Ah, kalo gue itu ikut kelas pertukaran" jawab Rosa tanpa menoleh sedikitpun.


Rosa menghela nafas, ia masih tak menyukai pemuda ini.


Rose adiknya yang lebih muda 10 menit itu, tiba tiba mengatakan memiliki teman baru seorang laki laki.


Jelas Rosa tak suka dan khawatir. sebab yang ia tahu, kebanyakan laki laki yang mencoba mendekati Rose tujuannya hanya satu.


Yaitu mendapatkan Rose yang masalahnya telah memiliki kekasih.


Namun setelah mendengar bahwa pemuda itu bersahabat dengan Vallen sejak memakai seragam abu abu, rasa khawatirnya berkurang.


which ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang