29. Sambat

565 99 7
                                    

Setelah pamit dengan mamanya, Seulgi mengendarai motornya menuju rumah Krystal yang hanya berada di komplek sebelah. Krystal sudah menunggu Seulgi didepan pintu saat motor Seulgi masuk gerbang. Setelah acara salim menyalim dengan ibu Krystal, Seulgi diajak naik ke kamar Krystal.

"Alangkah baiknya sebelum bercerita kamu icipin brownis buatanku dulu!"

Seulgi dan Krystal duduk berhadapan disamping jendela kamar Krystal, dihadapan mereka tersaji sepiring brownis dan dua gelas teh hangat; kali ini benar hangat karena Krystal tau Seulgi tidak suka minuman panas.

Seulgi menaikkan kedua alisnya, tangannya mencomot sepotong brownis yang masih hangat dan memasukkan satu potong penuh kedalam mulutnya. Kebiasaan Seulgi saat makan sering sambil menggoyang-goyangkan badanya tanda ia menyukai apa yang masuk kedalam mulutnya.

"Enak!" puji Seulgi, kedua pipi gembulnya bergerak-gerak saat ia mengunyah.

"Makan lagi!" suruh Krystal yang juga memakan sepotong.

"Ngomong-ngomong kamu sama Minhyuk gimana?" Seulgi bertanya sambil memakan potongan brownis keduanya.

"Baik kok, kamu tau sendiri Minhyuk kan?!"

Seulgi menganggukkan kepalanya merespon ucapan Krystal, mulutnya masih sibuk mengunyah hingga hening terjadi untuk beberapa saat.

"Irene kan?"

Seulgi yang sedang menyesap tehnya melirik kearah Krystal yang membuka suara, meletakkan kembali gelas tehnya yang sudah berkurang seperempat.

Krystal melihat sorot mata Seulgi yang meredup, baru kali ini Krystal melihat Seulgi mempunyai masalah yang sebegitu seriusnya sampai mempengaruhi kehidupannya. Karena yang selama ini Krystal tau Seulgi adalah orang paling santai yang pernah ia kenal, Seulgi jarang mengambil pusing masalah yang datang di hidupnya. Terkadang malah Seulgi seperti tidak sadar kalau hidupnya sedang dilanda masalah.

Kemudian dengan wajah masam Seulgi mengangguk, sembari tangannya memainkan tali hoodienya.

"Kenapa?" Krystal memperhatikan Seulgi.

"Aku plin-plan, Tal."

"Aku dengerin." Krystal menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.

Seulgi memandang Krystal dengan tatapan haru, mengambil nafas bersiap menumpahkan keluhannya. It's sambat time:)

"Aku seneng bisa deket sama Irene, Tal.. tapi aku ngerasa temen-temen Irene nggak suka aku deket sama dia."

"Kok gitu?"

"Kamu tau kan beberapa waktu lalu anak-anak sering ngeledekin aku sama Irene?"

Krystal mengangguk.

"Aku takut Irene ngerasa risih, tapi aku rasa temen-temennya pun pasti bakalan ikut risih juga."

"Aku nggak tau tiba-tiba punya pikiran buat jauhin Irene, aku berenti bales sms dia, aku juga jarang keluar kelas karena nggak mau ketemu dia, aku sampe pesen ke anak-anak buat nggak godain dia lagi..."

Krystal memandang kearah Seulgi dengan penuh perhatian.

"Tapi pas aku sadar dan berenti denial sama perasaanku sendiri, Irene udah terlanjur ngikutin permainanku buat ikut ngejauh."

"Dan nggak tau kenapa itu rasanya sakiiiitt banget! Aku nggak pernah kaya gini sebelumnya, Tal!" Seulgi menatap sendu kearah Krystal, matanya terasa panas, air matanya siap meluncur kapan saja.

"Irene pernah bilang dia risih?"

Seulgi memfokuskan pandanganya pada kunci motor yang tergeletak di atas meja dan menggeleng.

"Irene pernah minta kamu berenti ngehubungin dia?"

Seulgi kembali menggeleng, "Aku yang berenti bales sms dia, berhari-hari dia terus sms tapi aku nggak bales."

"Dan sekarang Irene udah ga bales lagi sms kamu?"

Seulgi mengangguk, "Kayanya dia sengaja ganti nomer."

Krystal terdiam sesaat, kali ini Seulgi terlihat benar-benar seperti tidak punya pendirian.

"Mau aku mintain nomernya ke Namjoon?" biar bagaimanapun Krystal paling tidak tega melihat sahabatnya ini terlihat sengsara.

Seulgi menimang-nimang tawaran Krystal, tapi nanti Krystal jadi ikut terseret kedalam masalah yang Seulgi ciptakan. Ia sudah cukup berterimakasih pada Krystal yang sudah membuatnya dan Irene pernah dekat.

Jadi sebuah gelengan lah yang Seulgi berikan pada Krystal yang menghela nafas pelan.

"Seul, kamu tau kan aku nggak pernah ngelarang kamu ngelakuin sesuatu asalkan itu nggak ngebunuh kamu?"

Seulgi memandang Krystal, tangannya meraih gelas tehnya yang sudah dingin dan menyesap isinya.

"Aku bakal dukung apa yang kamu lakuin kaya biasa, tapi.. kalau sekarang kamu milih berenti dan mundur mungkin bisa cepet ngurangin rasa sakitmu."

"Selama ini aku coba, Tal.. ngelakuin apa yang barusan kamu bilang, apa yang Moonbyul, Wendy, Lisa bilang..."

Seulgi memandang keluar jendela, pemandangan langit jingga sebelum matahari terbenam menyeruak masuk kedalam pengelihatannya.

Seulgi benci waktu seperti ini, Seulgi benci suasana ini, Seulgi benci langit jingga di senja hari. Entah sejak kapan, langit jingga selalu membawa rasa kepedihan di hati Seulgi, sama seperti yang saat ini tengah ia rasakan.

"...tapi ternyata itu nggak semudah yang aku kira."

Krystal bisa melihat air mata yang lolos mengalir di pipi Seulgi. Kalau sudah seperti ini Krystal tau ini tidak akan cepat berlalu, karena sepertinya Seulgi sudah menanam benih hatinya pada Irene tanpa ia sadari, dan kini benih itu sudah tumbuh bertunas, dan bahkan mungkin sebentar lagi batangnya akan meninggi.


Ditha Krystalia
Baru saja - Teman

Aku hampir aja mau tanya kamu siapa, kalau nggak inget mukamu ada di foto SD kita.

BulanBintang, Irene, dan 23 lainnyaSukaㅤㅤKomentarㅤㅤBagikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BulanBintang, Irene, dan 23 lainnya
SukaㅤㅤKomentarㅤㅤBagikan

ㅤWendy Lahita Dia kenapa?

ㅤBulanBintang Ngapain dia?

ㅤDitha Krystalia Nangis kaya bayi

ㅤLisa Anggi ...

ㅤWendy Lahita Nomer dia ga aktif Ditha Krystalia

Ditha Krystalia Mau tidur katanya capek Wendy Lahita

Kalian suka sunset ato sunrise?

Sedih banget perasaan wkwk yang dighosting sama crush mana suaranya???

Mau up dua hari sekali sj ah, nanti keburu abis chapternya wkwk

Votmen-nya ayang-ayangku 👌

Middle School || SeulRene ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang