23. Praktek Conversation

545 101 4
                                    



Kamar berukuran 4x4 meter dengan dinding bercat biru muda itu penuh dengan suara alarm yang menggema, beda kotak itu berdering setiap lima belas menit sekali sejak subuh tadi.

Dengan rambut berantakan Seulgi duduk dikasurnya, ia terbangun karena suara gedoran pintu yang ia yakini sang mama lah pelakunya. Dengan malas tangannya meraih hp yang masih menyuarakan alarm pemadam kebakaran itu kemudian mematikannya. Mata sipit Seulgi melirik jam dinding bergambar beruang yang tergantung diseberang tempat tidur, jam 05:50.

'Masih pagi.' pikir Seulgi.

Dengan berat hati Seulgi menyibakkan selimut karena suara papanya menggema di seluruh penjuru rumah, meneriakkan namanya, mau tidak mau ia melangkah turun dari kasur, merasakan dinginnya lantai yang menusuk telapak kaki.


Rutinitas pagi Seulgi tidak jauh beda dengan anak-anak sekolah lainnya, setelah bangun tidur ia akan mandi dengan air hangat yang sudah disiapkan mamanya. Tidak butuh waktu lama untuk Seulgi mandi dan berpakaian, 20 menit sudah sangat cukup. Selesai berpakaian Seulgi biasanya menata buku dan apa-apa saja yang harus dibawa hari ini, setelah itu membawa tasnya keluar kamar untuk sarapan.

"Makan yang banyak biar nggak kelaperan nanti!"

Pagi ini mamanya membuat nasi goreng dan telur ceplok untuk Seulgi.

"Nggak mau bawa bekal?"

"Nanti dapet snack kok, dapet minum, terus siang dapet makan. Sama kaya tahun kemaren." sesendok penuh nasi goreng masuk ke mulut Seulgi.

"Lima puluh ribu cukup kan?" papa Seulgi datang dan meletakkan selembar uang lima puluh ribuan di meja.

"Cukup dong, aku kan mau conversation sama bule bukan mau karya wisata." diambilnya lembaran kertas berwarna biru itu dan dimasukkannya ke dalam tas.

Setelah makan Seulgi pergi ke ruang tamu untuk memakai sepatu, ia mengeluarkan hp-nya dan memeriksa apakah ada sms yang masuk atau tidak.

Jam sudah menunjukkan pukul 06:35 tapi Seulgi malah membuka aplikasi opera mininya; login facebook.


BulanBintang bersama Seulgi Alnaya, Lisa Anggi, dan Wendy Lahita
Baru saja – Publik

Emak bapak doakan anakmu dapet jodoh bule

Anda, Wendy, dan 9 lainnya
SukaㅤㅤKomentarㅤㅤBagikan

ㅤSeulgi Alnaya Wendy bule byul

ㅤWendy Lahita Aku jodoh ma dia? nggak, makasih- Seulgi Alnaya

ㅤBulanBintang Tidak menerima bule jadi-jadian:) Seulgi Alnaya


"Ayo udah jam tujuh kurang ini, mau berangkat nggak?" papa Seulgi sudah bersiap diatas motornya.

"Berangkat lah, nanti uangnya diminta papa lagi kalo nggak jadi berangkat."

Papa Seulgi hanya geleng-geleng.

"Mah, Seulgi berangkat ya Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam, ati-ati ya!"


Selama perjalanan ke sekolah Seulgi senyum-senyum sendiri mengingat nanti ia dan satu kelasnya akan menuju candi Borobudur untuk hunting turis; untuk pelajaran conversation. Tapi yang sebenarnya membuat senyum Seulgi bertahan lama adalah bahwa doa nya terkabul, kelasnya akan pergi bersama kelas 8f bukan 8b itu artinya ada Irene.

Sesampainya didepan KUA Seulgi turun dari motor dan salim dengan papanya; di samping gerbang SMP Seulgi memang kantor KUA yorobun, tenang mereka nggak nyasar.

Middle School || SeulRene ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang