Gedung fakultas ilmu komunikasi nampak sepi, jam saja sudah menunjukkan pukul lima sore mungkin hanya ada yang masih kelas dan yang menunggu untuk kelas malam tapi tidak sepadat kalau siang hari.
Apa pesan baik dari hari yang buruk?, seharian mencari kesana kemari sampai membolos kelas keempat gadis itu rungsing sendiri.
Sementara satu pria diantara mereka kini menatap naas kakinya yang sudah berdenyut ngilu karna seharian ini tak henti-hentinya mereka mengitari kampus."mulut mereka jahat banget setiap sudut ada aja yang mengomentari pedas padahal sudut pandang yang dia pakai itu yang mana sih?, lucunya dia sendiri perempuan tapi berbicara dengan hina tentang kau nya sendiri" Natria, gadis itu nafas nya masih memburu jika tidak ada hukum pidana ketika memukul seseorang maka Natria dari tadi sudah menampar satu persatu mahasiswa dan juga mahasiswi bermulut tajam itu.
Asya pun tersenyum, lalu menepuk bahu Natria "kita kan gabisa merubah stigma masyarakat dalam satu malam saja, pemikiran mereka tetap tertuju pada ya wanita lah yang salah kenapa lagian mau aja, bukan begitu?"
Reya pun menunduk dengan helaan nafas yang nampak gausar, "mereka suruh kita speak up dengan jaminan bahwa nanti akan saling merangkul, padahal ujung-ujungnya kita yang disalahin terus ditanya kenapa diam aja pas semua nya terjadi? mulut mereka terlalu tajam sampai-sampai lupa tujuan semula sebenarnya yang harus di rangkul adalah korban tapi pada kenyataannya nya semua kesalahan nya dilimpahkan ke korban, lucu nya stigma masyarakat"
"pertanyaan bodoh, jika yang ditanyakan ke korban mengapa diam aja pas kejadian itu, dalam jiwa mungkin menolak keras siapa juga yang mau di sentuh secara cuma-cuma dan semua kehancuran itu di tanggung wanita kan yang meninggalkan bekas hanya wanita sedangkan pria? dia mendapat kepuasan nya dan terpenuhi juga tidak meninggalkan bekas apapun, pertanyaan dari kenapa diam saja saat itu sedang terjadi?, apa mereka tidak memikirkan bagaimana keadaan di saat semua nya beku? jiwa menolak tapi raga tidak bisa memberontak itu karna rasa takut yang sudah sangat besar jadi yang bisa di lakukan hanyalah pengharapan akan keajaiban tapi dalam hitungan detik keajaiban itu tidak datang yang terjadi adalah rusak nya masa depan. Apa mereka ga mikir pasti setiap orang yang kena pelecehan pengen nonjok pelaku nya waktu itu? pasti pengen banget!, tapi reaksi tubuh orang berbeda-beda dan saat itu tubuh dan raga hanya bisa diam membeku" kedua netra Natria membara, tangan nya mengepal kuat ntah mengapa rasanya kedua netranya panas kini rasa sesak mulai mengeruak kejadian tujuh tahun silam kembali berputar lagi di benak nya.
Raka yang melihat itu perlahan mendekat pada Natria, gadis yang matanya hampir berair itu, Raka pun menyodorkan Aqua botol yang masih disegel punyanya "Nat, minum dulu ya?"
Wintan pun melihat sesuatu yang janggal dalam kedua netra Natria, kalau di tatap semakin dalam lukisan perihal lukanya ketara banget ya, netra berwarna hitam pekat yang mulai berair itu kelihatan sangat rapuh, apalagi setiap hembusan nafas Wintan yang dapat ia rasakan adalah amarah yang membara.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Lokawigna | WinRina
Fanfictiona winrina fanfiction, Indonesia au ; warn gxg content. "mantra guna-guna untuk menjadi manusia yang berguna" Karna sebagian kita terikat bukan karna perasaan terlebih dahulu, tapi persamaan atas apa yang terjadi. © lokarasi, 2O22