Epilogue

185 22 16
                                    

Disclaimer : 18++++




Setelah melewati hari-hari memilukan akhirnya hari bahagia itu pun datang. Mark berhasil membawa Rosa kembali padanya. Mark janji mulai saat ini ia akan menjadi pria terbaik untuk Rosa. Ia tak akan pernah menyia-nyiakan Rosa lagi. Tidak akan pernah.


"Welcome Home..." Ucap Mark sesaat setelah membuka pintu apartemennya.


Rosa tersenyum dan masuk lebih dulu. "Ah... Kangen banget sama apartemen ini. Padahal aku hanya pergi beberapa hari saja"


Markus memeluk tubuh Rosa dari belakang. Kemudian meletakkan dagunya pada salah satu pundak Rosa.


"Kalau gitu jangan pergi lagi..."


"Pangeran jangan nakal lagi makanya"


Markus mengangguk seraya mengeratkan pelukannya.


"Nggak akan... Aku nggak akan macem-macem lagi. Pokoknya aku akan jadi suami dan pangeran yang terbaik untuk kamu"


Bibir Rosa mengulas senyum, ia menoleh untuk dapat melihat Markus. Hal itu membuat wajah Markus dan Rosa berada sangat dekat. Mata mereka saling bertemu satu sama lain.


Hingga perlahan pandangan Markus berpindah dari mata Rosa menuju bibir tipis istrinya itu.


Mark tak bisa menahannya lagi. Istrinya terlalu cantik untuk di lewatkan. Ia pun mengecup bibir Rosa.


Tak ada penolakan dari Rosa. Rosa masih saja hanya menatap padanya. Tatapan itu akan Mark artikan sebagai tanda bahwa Rosa mengizinkannya untuk melakukan sesuatu yang lebih.


Tanpa menunggu lebih lama, Markus langsung saja merengkuh Rosa kemudian mencium Rosa. Bukan ciuman singkat seperti tadi. Melainkan ciuman yang lebih hangat dan dalam.


Rosa yang semula hanya diam akhirnya ikut terbawa suasana. Ia pun membalas apa yang di lakukan oleh Mark.


Sungguh Rosa tak pernah melakukan ini sebelumnya dengan siapapun. Tapi entah mengapa ia bisa melakukan itu. Nalurinya menuntunnya.


Menuntunya, seperti Markus yang saat ini tanpa melepaskan pagutannya dari Rosa menggiring tubuh Rosa untuk masuk ke dalam kamarnya dan kemudian merebahkan tubuh Rosa di atas kasur. Pagutan antara mereka semakin intens dan panas. Mark bahkan bukan hanya lagi mencium bibir Rosa tapi sudah berpindah pada dagu, rahang dan leher jenjang Rosa.


Kepala Rosa mendongak begitu saja, seolah memberikan akses pada Mark. Membuat Mark semakin menggila saja. Ia sudah akan mencoba untuk melepaskan dress Rosa tapi Ia memilih berhenti sebentar hanya untuk melihat wajah Rosa yang kini berada tepat di bawahnya.


Bibir Mark mengulas senyum saat mendapati wajah Rosa yang memerah juga gugup. Ia pun mengusap pipi Rosa dengan lembut dan seduktif.


"May I?" Bisik Markus


"Sakit gak?" Tanya Rosa yang hampir saja membuat tawa Markus meledak. Untung saja tak ia lakukan.


Ya, Rosa adalah wanita baik-baik. Bukan pria brengsek sepertinya. Ini pasti pengalaman pertama untuknya. Ia beruntung sekali bukan? Mendapatkan Rosa sebagai istrinya.


"I'll be gentle.."


Rosa masih hanya menatap wajah Markus.


"Do you believe me?"


Rosa tak menjawab dengan suara atau anggukan. Ia menjawab dengan mencoba mencoba membuka jas hitam yang Mark pakai.


Tanpa mau memperlama, Markus membuka jasnya dan melempar ke sembarang arah. Kemudian melanjutkan apa yang harus segera ia tuntaskan.



HibiscusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang