Markus Oetama

570 35 11
                                    

Bunyi musik yang berdentam dengan keras, nyaris memekakkan telinga tidak membuat sekumpulan pemuda yang duduk melingkar di lantai dua sebuah club eksklusif yang terletak di kawasan Kemang itu terganggu. Asap rokok yang menguar dan bau alkohol yang tercium di udara juga sama sekali tidak mempengaruhi keasyikan mereka menikmati musik dan ikut bergerak bersama pengunjung club yang lain.


Tidak sembarang orang yang bisa masuk ke dalam El Paco-nama club ekslusif tersebut-, hanya orang-orang dengan koneksi dan harta kekayaan yang mendekati gross national product negara-negara di dunia ketiga.


Markus Oetama salah satunya.


Menjadi pewaris nomor dua dari Oetama Grup, perusahaan multinasional yang bergerak di bidang manufaktur besi dan alat berat serta shipbuilding membuat Markus dengan mudahnya keluar masuk ke dalam club tersebut tanpa harus melewati proses reservasi yang berbelit-belit karena ada background check sebelum seseorang bisa menjadi member di El Paco. Privilige yang mereka dapatkan tentu sebanding dengan jumlah uang yang mereka keluarkan setiap kali berpesta di El Paco. Apapun keinginan mereka pasti akan dipenuhi oleh pemilik club.


Apapun.


Meskipun keinginan itu termasuk dalam kategori almost impossible, weird, atau bahkan menantang maut.


Ssperti malam ini, Markus bersama dengan empat orang temannya, sedang mencoba khasiat obat perangsang terbaru yang sedang viral. Taruhan mereka malam ini, siapa yang paling banyak meniduri perempuan saat mengkonsumsi obat perangsang tersebut, akan mendapatkan Lambhorgini Aventador keluaran terbaru yang harganya menyentuh angka 6,7 Miliar.


Iya.


Itu uang semua. Bukan permen. Apalagi uang monopoli.


"Sialan !!! Si Luke lama bener mainnya... Pake gaya apa aja sih dia ? Udah mau sejam nih?"


Itu Jeremy yang berteriak. Jeremy Buana. Keluarganya memiliki bisnis pertambangan yang besar di pulau Kalimantan. Pemuda dengan rambut berwarna merah muda itu memiliki wajah yang sebelas dua belas dengan pemain film remaja terkenal, Iqbal Ramadhan. Gosipnya, sejak awal memang Jeremy yang ditawarkan untuk memerankan peran utama di film tersebut. Bakat ngalus si Jeremy memang sudah terkenal se-antero Nusantara sih. Tapi, Jeremy menolak. Dia tidak ingin membuang waktu  bermain di film yang bayarannya tidak sampai setengah uang saku Jeremy sebulan.


Jeremy yang sudah tidak sabaran mulai membuka kancing bajunya satu per satu.


"Get a room, Jer.... Jijik gue lihat body lo...."


Kalau yang itu Hendry yang nyahut. Dia adalah contoh dari klan politik yang lestari di negeri ini. Kakeknya dua kali menjabat sebagai Gubernur dan sekarang menjadi salah satu Menteri Koordinator. Ayahnya sekarang menggantikan posisi Kakeknya sebagai Gubernur, sementara Ibunya memilih karir menjadi anggota dewan yang terhormat. Adik ayahnya menjabat sebagai Walikota di propinsi yang sama dengan Ayahnya. Salah satu saudara sepupu ayahnya juga menjabat sebagai Bupati. Tambahkan lagi Om dan Tantenya yang menjadi anggota DPRD dan DPD yang terpilih hampir tiga periode.


Bahkan Hendry dipaksa untuk mengikuti jejak keluarganya. Lihat saja jurusan yang dia ambil, Ilmu Politik dan Pemerintahan, yang menurut teman-temanya yang lain, tidak cocok dengan kemampuan Hendry yang sebenarnya.


"Gue maunya perempuan yang dipake sama si Luke. Dia nggak banyak protes sama usul gue nyobain gaya baru. Kalo cewek yang dipake si Reza mah nggak asik..." balas Jeremy.


HibiscusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang