Kehadiran Rosa di El Paco membuat para pengunjung El Paco yang lain mengernyit heran. Bagaimana tidak, di saat pengunjung yang lain menggunakan pakaian serba minimalis, Rosa justru menggunakan pakaian berlapis-lapis bak hendak mendaki Bukit Everest.
Rosa berjinjit, berusaha mencari Jeremy di antara para manusia yang sedang berasyik masyuk sambil menikmati musik yang menghentak lantai dansa El Paco. Dia menyingkirkan tangan-tangan yang menghalangi jalan Rosa saat dia sedang bingung mencari dimana keberadaan Jeremy. Akan lebih baik lagi jikalau Roda langsung menemukan Mark.
Jujur saja, Rosa tidak sanggup dengan asap rokok yang membuat matanya pedih. Belum lagi bau alkohol yang cukup menyengat di hidung Rosa. Membuat kepala Rosa sedikit pusing dibuatnya.
Tempat bermain macam apa ini? sungut Rosa. Kenapa pangerannya menyukai tempat bermain yang aneh seperti ini ? Kenapa Markus tidak bermain saja dengan teman-temannya di Time Zone misalnya. Atau di Dufan. Taman Mini Indonesia Indah lebih baik lagi. Mereka bisa bercengkerama di atas kereta gantung.
Setelah hampir setengah jam terlempar ke sana dan kemari, akhirnya Rosa bisa bertemu dengan Jeremy. Maafkan keengganan Rosa untuk bertanya kepada salah satu pengunjung. Dia lebih mengandalkan insting dan penglihatannya untuk mencari Markus.
“Wohohohoooo !!!!!” Jeremy bertepuk tangan saat melihat kedatangan Rosa. “Look whose we got here….” ucap Jeremy kemudian sambil memainkan ujung poni rambutnya yang mulai panjang. Kali ini rambut Jeremy diwarnai dengan warna biru neon.
“Pangeran aku mana?” tanya Rosa cepat.
“Eittsss…. Nggak secepat itu Rapunzel….” Jeremy mencekal pergelangan tangan Rosa dan dalam satu tarikan pemuda itu menarik Rosa sampai gadis itu terduduk di samping Jeremy.
“Minum dulu dong…. Kamu nggak capek jauh-jauh datang ke sini ?” tawar Jeremy. Dia menuangkan salah satu minuman yang ada di atas meja ke dalam gelas kosong yang ada lalu mengangsurkan gelas itu pada Rosa.
“Es teh manis aja ada nggak?” tanya Rosa polos.
Jeremy tertawa terbahak-bahak. “Ya elah ni perempuan…. Ke pub kok nyarinya es teh manis sih?”
“Ya udah…. Kalo nggak ada es teh manis, es lemon tea aja…..” sambung Rosa membuat Jeremy kembali tergelak.
“Seandainya kamu nggak dinikahin sama Markus, mungkin kamu bisa jadi salah satu koleksi aku. Berminat?” goda Jeremy.
“Enggak !!!! Aku nggak mau sama cowok bunglon kayak kamu.”
“Bunglon ?”
Rosa mengangguk. “Iya. Kamu kayak bunglon. Suka gonta-ganti warna rambut.” jelas Rosa. Dia kemudian teringat sesuatu. Syarat yang diminta oleh Jeremy. Rosa meraih tasnya, mengambil flash disk dari sana lalu memberikannya kepada Jeremy.
“Ini tugas kamu sama tugasnya Pangeran.”
“Udah selesai semua?” tanya Jeremy.
“Iya. Cek aja sendiri.”
Jeremy menggeleng kemudian menyimpan flash disk itu ke dalam saku jaketnya. “Nggak perlu. Nggak ngerti juga…” balas Jeremy. Dia menenggak habis isi gelas yang tidak jadi diminum oleh Rosa lalu beranjak berdiri.
“Ehhh…. Jeremy mau kemana?” tanya Rosa. Dia menahan langkah Jeremy dengan memegang ujung jaket Jeremy.
“Katanya mau minum es teh…. Bentar… Aku cariin dulu es teh nya di luar. Di sini nggak jual es teh manis.” jawab Jeremy. Barulah Rosa melepaskan ujung jaket Jeremy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hibiscus
FanficHibiscus berasal dari bahasa Yunani "Hibiskos". Nama ini diberikan oleh seorang ahli botani dan dokter angkatan perang kekaisaran Romawi bernama Pedanius Dioscorides, sekaligus salah satu penulis dari beberapa naskah maupun manuskrip Romawi, De Mate...