" Apa yang kita lakukan, cepat bawa Rara kita kerumah sakit " perintah Alfa yang tiba-tiba otak nya berfungsi dengan baik, Saat semua sudah kalut.
Keempat pria itu secara serentak menghapus air matanya yang sedari tadi keluar tanpa mereka undang. Dengan gerakan cepat Asha menggendong adik nya ke arah mobil, dengan sedikit berlari.
Saat sampai, Kenzo dengan segera melajukan mobil nya dengan kecepatan tinggi membelah jalanan. Hari yang memang sudah larut, memudahkan mereka dari kemacetan. karna sekarang orang orang sudah berada di alam mimpi mereka masing masing, mempersiapkan tubuh mereka untuk menghadapi Besok hari dengan pekerjaan mereka.
Setelah sampai di rumah sakit, Asha kembali menggendong Naraya masuk ke dalam rumah sakit dengan berteriak memanggil Dokter. Tidak hanya Asha, ketiga pria itu juga berteriak memanggil dokter, yang otomatis membuat keributan pada rumah sakit ini di malam hari.
Beberapa suster dan dokter yang mendengar itu segera berlari melihat apa yang terjadi.
" Apa yang kalian lakukan Ha!! " Marah Asha saat beberapa orang baru menghampiri nya.
" Maaf tuan... Silahkan ke arah sini " ucap salah satu perawat, menunjukkan jalan.
" Jika sesuatu terjadi pada adikku saya tidak akan segan segan menutup rumah sakit ini " ancamnya dengan nada Dingin yang membuat beberapa perawat serta seorang dokter tiba tiba bergetar mendengar nya.
Sudah beberapa menit Naraya berada dalam ruangan itu, namun belum ada tanda tanda seseorang yang akan keluar, ntah itu seorang Dokter atau seorang Perawat. Keempat manusia itu seakan frustasi dengan apa yang mereka alami saat ini. Duduk, berdiri, mondar mandir di depan pintu ruangan itu bagaikan setrika. Hal itu terus mereka lakukan hingga seorang dokter keluar dengan muka lesuh serta menundukkan kepalanya saat berada di depan pintu ruangan tersebut.
" Bagaimana dengan keadaan adik saya? Dia baik-baik saja kan Dokter? Peluru nya berhasil anda keluarkan kan?" Sebuah pertanyaan beruntung yang keluar dari mulut Asha, yang terlihat sangat khawatir dengan keadaan adik nya.
Namun sang Dokter seakan membisu dan malah makin menunduk dengan tubuh gemetar. Asha yang kesal dengan tingkah dokter itu pun menarik kerah baju sang dokter " kenapa diam saja Ha? Jangan bilang anda tidak bisa menyelamatkan adik saya!?" Suara Datar Asha semakin membuat sang Dokter ketakutan, sehingga hanya mampu menganggukkan kepalanya, pertanda jika apa yang di ucapkan oleh Asha memang lah benar.
Bugh...
" Brengsek " ucap Asha setelah melayangkan tinjunya kepada sang dokter yang sekarang terjatuh di hadapannya.
Asha kembali menarik kerah baju dokter itu sehingga membuat sang Dokter kembali berdiri, dan lagi lagi Asha melayangkan beberapa Bogeman mentah kepada Sang Dokter.
Kenzo yang melihat jiwa iblis Asha keluar segera menahan pria itu, jika tidak maka sudah di pastikan jika Dokter itu akan mati.
Rio dan Alfa membantu Dokter itu berdiri " cepat pergi dari sini jika kamu masih sayang nyawamu " ucap Rio dengan sinis. Mendengar ucapan Rio, Dokter tersebut dengan cepat pergi dari hadapan mereka.
" Gw gagal jadi Abang Ken, gw gagal jadi Abang untuk adek gw. Gw gagal, gagal Arghh " Asha terus mengulang kalimat itu, sembari meninju dinding rumah sakit, tidak peduli dengan tangannya yang berdarah karna meninju dinding terlalu keras.
" Bang " Kenzo memegang pundak Asha.
" Gw gagal, gw gagal hiks gw gagal " Asha kembali mengulang kalimat nya dengan badan merosot ke lantai rumah sakit dan menenggelamkan kepalanya di antara tangan dan lutut nya.
" Bang seharus nya kita melihat Rara ke dalam, kemudian kita mempersiapkan semua nya dan besok kita langsung memakamkannya " ucap Alfa, menepuk pundak Asha.
" Abang tidak akan membuat Naraya menderita lagi kan bang?" Ucap Rio.
Mendengar kalimat sahabatnya, Asha segera berlari masuk ke dalam ruangan Naraya, di ikuti dengan ke tiga pemuda itu.
Sesuai rencana mereka, keesokan harinya, Naraya di makamkan di TPU yang ada. Dan rumah sakit yang di tempati semalam benar-benar Asha tutup sangking kesalnya dengan pelayanan rumah sakit yang menurut nya sangat lamban.
Dan disinilah sebenarnya kisah ini dimulai, kisah kematian Naraya Qaila.
*'*
Sedangkan di sisi lain, tepatnya di rumah sakit yang Naraya tempati. Dokter serta suster yang menanganinya Naraya berlarian memasuki kamar inap Naraya, dikarenakan gadis itu tiba tiba kejang-kejang.Ternyata di Alam bawah sadar gadis itu, ia mengingat semua apa yang terjadi saat sebelum dirinya pindah ke tubuh sekarang yang ditempatinya.
Tiiitt....
Layar monitor berbunyi dengan nyaring saat garis yang ada di layar menandakan garis lurus. Dokter yang melihat itu dengan gercep melakukan tindakan, hingga beberapa menit dan jantung Naraya kembali berdetak, yang membuat Semua orang yang ada di ruangan tersebut bernafas lega.
Setelah selesai, Dokter itu melangkah keluar.
" Apa yang terjadi Dokter?" Tanya seorang pria dengan nada Datarnya.
" Saya juga tidak tau pasti Tuan. tapi syukurlah Nona Naraya tidak apa apa sekarang, walaupun tadi detak jantung nya sempat berhenti " Ucap Dokter itu mencoba menjelaskan.
" Kenapa seperti itu?, Bukanya anda pernah mengatakan kepada saya jika dia sudah tidak apa apa, dan anda bilang jika kita hanya tinggal menunggu dia siuman saja, tapi sudah satu Minggu Naraya belum juga sadar kan diri " terang laki laki itu.
" Benar tuan. Saya pikir, Nona Naraya menolak untuk siuman, karna dia tidak sanggup dengan apa yang di alaminya selama ini. Itu sering terjadi kepada pasien jika dia sudah tidak memiliki semangat untuk hidup, maka dari itu dia menolak siumannya" jelas Dokter itu.
" Hm " Deheman nya, sebelum melangkah masuk kedalam Ruangan Naraya.
" Cik Dingin banget, ntah istrinya bisa tahan dengan dirinya atau tidak nanti "ucap dokter itu kesal, " Tapi ganteng si " ucapnya dengan cekikikan saat memuji pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAYA ( Revisi Setelah End )
Teen FictionTypo di mana mana!!! Tertembak oleh musuh abangnya membuat seorang Naraya Qaila bertransmigrasi ke tubuh gadis muslimah, yang tentu saja memiliki sifat yang bertolak belakang. "Omong kosong, Sejak kapan aku menggunakan hijab? Bahkan menyentuh benda...