Raya menghentikan langkahnya, membalikan badannya menatap Nadia Tajam."ada orang ternyata, ku pikir tidak ada " Datarnya
"Kamu buta sehingga Tidak melihat ku dan ibu yang sedari tadi duduk d sini "
"Maaf, tapi aku tidak melihat kalian "
"Kau buta?. Bagus kalau kau buta " sinis ibu Nadia
"Bukan buta. Tapi, mata aku tidak melihat jika ada orang yang kotor dan munafik " Datarnya
"Kamu ngatain kita munafik " teriak Nadia tidak terima dengan perkataan Naraya.
"Bukan si, Tapi jika kalian merasa, bagus " Sinisnya. Dia kembali melangkahkan kakinya menuju ke kamar Nara.
"Naraya!! " Teriak Nadia dan ibunya
"Kamu tidak takut sama mereka berdua_
"Kebiasaan banget si kamu " marah Raya, yang kaget dengan kedatangan Nara yang tiba tiba.
"Maaf_
"Ngapain aku takut sama mereka, Kamu nya aja yang lemah sehingga mereka berdua menindas mu"
"Kamu benar, aku memang lemah. Tapi, jika aku melawan mereka, pasti aku d hukum _ sedihnya
"Di hukum sama siapa?"
"Mereka berdua _
"Dua nenek lampir itu? "
"Nara mengangguk " Mereka melaporkan yang tidak - tidak kepada ayahku saat ayah ku masih hidup dan jika ayahku ke luar kota ibu tidak memberiku uang jajan _ sedihnya
"Tapi ayah mu sudah meninggal, Kenapa tidak kau lawan saja dia "
"Mereka berdua, sedangkan aku sendiri. Jika aku melawan pasti aku d kurung d dalam kamar mandi dan d kunciin dengan air sengaja d hidupkan _
"Kenapa tidak kau matikan " kesal raya
"Jika d matiin hukuman nya pasti bertambah _
"Bertambah gimana?. "
"Mereka menyuruhku untuk melukai diri ku sendiri _
"Aku tidak mengerti " ucap raya bingun
Nara pun mendekati raya, Dia menyentuh pundak raya.
Raya dapat melihat peristiwa yang d ucapkan Nara tadi.
***
Prangk
Suara pecahan menggema d penjuru dapur. Nara, dengan cepet memungut pecahannya mangkuk dan gelas yang berserakan d lantai.
"Apa apaan ini " teriak seseorang
"Ibu " lirih Nara
"Kamu memecahkan mangkuk yang sangat mahal Nara " teriak ibunya
"Maaf Bu, Nara nga sengaja "
"Nga sengaja kamu bilang " ibunya menarik jilbab Nara sehingga penitinya terlepas.
"Hukum aja kali Bu, Nadia yakin pasti Nara sengaja buat mecahin tuh mangkok, karna dia berfikir yang membeli nya kan ibunya. Dia, melarang ibu buat menggunakan mangkuk itu " ucap Nadia
"Nga Bu, Nara tidak berfikiran seperti itu " belanya
"Elleh alasan kamu, Mending kurung aja d dalam kamar mandi bu"
Ibunya pun menarik paksa Naraya. dia menyeretnya ke kamar mandi, mengguyur Naraya air kemudian d tambah Nadia yang menyiramkan sebotol air dingin yang sengaja d ambilnya.
"Nyalakan shower nya Bu " pintah Nadia, Ibunya pun mengiyakan dan menghidupkan shower.
"Ingat jangan pernah matikan shower nya, Kamu harus tetap basah sampai besok pagi " ucap ibunya
Mereka berdua pun keluar meninggalkan Naraya d dalam kamar mandi dan menguncinya dari luar.
"Bu, Nadia, buka pintunya " ucap Naraya dalam kamar mandi sembari mengedor pintu.
"Hiks Naraya minta maaf Bu, Nara tidak sengaja melakukannya " Naraya kembali mengedor pintu dengan keras.
"Bu d sini dingin " lirihnya
Setelah beberapa jam terkurung, dia baru kepikiran untuk mematikan shower nya. Dengan langkah gemetar diapun mematikan shower.
Malam tiba, udara semakin terasa dingin. Ditambah dengan bajunya yang belum sepenuhnya kering, Dia juga belum makan dari tadi pagi. Naraya pun mencoba memejamkan matanya.
Keesokan harinya dia mendengar decitan pintu d buka, dengan segera dia membuka matanya, namun.
"Bu lihat Naraya matikan shower nya" adu Nadia
Ibunya pun menghampiri mereka berdua.
"Siapa yang menyuruh mu mematikan shower nya Naraya!! " Teriaknya
"Naraya kedinginan bu " ucapnya menunduk.
"Kemari kamu " pintah ibunya, Dia pun mengikuti langkah ibunya yang menuju dapur.
"Kamu lihat kekacauan yang kau buat semalam " Naraya hanya mengangguk melihat pecahan beling yang tidak d bersihkan.
"Ambil salah satu pecahan beling itu " pinta ibunya Naraya pun menurutinya.
"Gores kan ke pergelangan tangan mu"
"Apa bu?" Kaget Naraya, mendengar permintaan ibunya.
"Kamu tuli!. Ibu menyuruh mu menggoreskan nya d tangan mu "
"Cepet! " Teriak Ibu nya.
Dengan gemetar Nadia menggoreskan pecahan tersebut ke tangannya.
Sret.
Darah tiba - tiba mengalir dari tangan nya, Dia memejamkan matanya merasakan perih yang menjalar pada pergelangan tangannya.
"Bagus. Mari Bu, Pertunjukan nya sudah selesai " Ajak Nadia.
"Ayok sayang " mereka berdua pun melangkah keluar, meninggalkan dapur.
Naraya dengan sisa tenaga yang dimilikinya berjalan keluar meninggalkan dapur. dia ingin pergi ke rumah mbok Jum untuk mengantar kanya ke rumah sakit.
Tok tok tok
"Mbok ini Nara. Nara mau minta tolong anterin ke rumah sakit " teriaknya. Dia sesekali meringis merasakan sakit d tanganya darah juga semakin bercucuran, Dia juga semakin merasakan pusing mungkin karna efek belum makan dari kemarin sore, di tambah di masih sedikit kedinginan.
"Hah lengkap sekali penderitaan mu Nara _ batinnya
"Mbok " teriaknya lagi
Pada saat pintu terbuka Nara juga sudah ambruk. Dia jatuh pingsang.
"Astaga Nak Nara! " Teriak mbok Jum
Dengan perasaan was-was mbok Jum berlari ke luar meminta tolong kepada tetangga untuk membantu membawa nara ke rumah sakit.
Semenjak saat itu mbok Jum selalu datang ke rumah Nara hanya untuk melihat keadaannya.
***
"Jahat sekali_ batin raya
"Kenapa tidak kau lawan saja mereka " datarnya
"Astaga ku pikir kau akan mengerti. Ternyata belum _ kesal Nara
"pergi sana, Aku mau beristirahat "
"Hey ini kamarku _
"Itu berlaku sebelum kau jadi hantu "
"Nyebelin _ namun dia tetap pergi. Dia juga memaklumi jika raya masih merasakan sakit d kepalan nya.
Sudah dua jam Raya tertidur, Namun dia terpaksa bangun saat mendengar teriakan dari luar kamarnya.
Dengan perasaan kesal dia melangkah mendekati pintu dan membukanya.
"Berisik! " Teriaknya setelah pintu terbuka, yang menampilkan dua manusia jadi jadian menurutnya.
................
🕊️🕊️🕊️
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAYA ( Revisi Setelah End )
Ficção AdolescenteTypo di mana mana!!! Tertembak oleh musuh abangnya membuat seorang Naraya Qaila bertransmigrasi ke tubuh gadis muslimah, yang tentu saja memiliki sifat yang bertolak belakang. "Omong kosong, Sejak kapan aku menggunakan hijab? Bahkan menyentuh benda...