Tok tok tok
" Nara keluar kamu " Ucap seseorang yang mengetuk pintu kamar seorang gadis dengan keras dan tidak sabaran.
" Nara keluar jika tidak aku dan ibu akan mendobraknya " teriaknya
" Astagfirullah halazim " Gadis itu hanya bisa mengusap dadanya, jika sudah seperti ini pasti dia akan mendapat hukuman, entah apa lagi kesalahan nya kali ini.
Gadis itu segera melepaskan mukena nya dan segera membukakan mereka pintu.
Saat dia sudah berada di ambang pintu pun, berucap " Ibu, Nadia ada apa? " Kalimat itu tentu saja hanya sekedar basa basi, dia tau pasti mereka akan menghukum nya lagi.
" Tidak usah berbasa basi " ucap Nadia menarik pergelangan tangan nya, namun pada saat d ujung tangga dia menahan tubuh nya agar tidak di seret lagi oleh nya.
" Sebenarnya ada apa? " Lagi lagi kalimat pertanyaan terlontar oleh gadis cantik itu.
Plak
Suara tamparan itu menggema di rumah besar itu.
" Berhenti tebar pesona di kampus " ucap Nadia setelah tanganya melayang mengenai gadis d depannya.
Tidak ada ringisan yang ke luar dari bibir gadis itu, dia sudah biasa mendapatkan perlakuan seperti ini.
" Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan? "
Dia menyilan kan tanganya, memandang Gadis d depan nya dengan sinis " Tidak usah berpura - pura, kamu pasti sengaja kan merayu kak Rayan " Ucapnya membentak.
Masalah tadi!_ Batin Gadis berjilbab tersebut.
Flashback on
Saat di kampus, seorang gadis berjilbab hitam di suruh oleh salah satu dosen yang selesai mengajar d kelas nya pagi tadi. beliau menyuruh gadis tersebut untuk mengembalikan buku paket yang sudah di gunakan nya ke perpus, karna beliau akan melanjutkan mengajar d kelas sebelah. Gadis itu pun mengiyakan nya dan membawa buku itu namun, saat menuju ke perpus buku yang di bawa nya jatuh karna kebanyakan, dia pun memungut buku itu satu persatu. belum semua dia pungut tiba - tiba seseorang malah kembali menghamburkan buku yang sudah di kumpulkan nya.
" Ups maaf " ucap orang tersebut.
Gadis itu pun melihat orang tersebut yang ternyata Nadia, saudari tirinya
" Apa yang kamu lakukan Nadia? "Namun gadis yang bernama Nadia tersebut malah mengacuhkan nya dan berlalu pergi begitu saja.
Dia masih melihat Nadia yg semakin menjauh, namun seketika dia monoleh melihat tangan seseorang yang memberikan salah satu buku yang sudah d hamburkan Nadia.
" Biar ku bantu" ucap seorang pria yang menggunakan kaos hitam yang di padukan dengan jaket kulit yang membuat penampilan nya semakin sempurna dengan wajah tampan yang di milikinya.
" Tidak usah, aku bisa sendiri "ucap Gadis tersebut mencoba menolak, namun pria itu tidak mendengarkan nya dia bahkan memungut kembali buku yang berhamburan dan kemudian membawanya pergi, meninggalkan gadis tersebut yang menatapnya bingun.
Dengan gerakan cepet gadis itu mengambil buku yang tidak jatuh dan masih tersusun rapi, dia pun mencoba sedikit berlari.
" Kak Rayan, Nara bisa sendiri " ucapnya, berusaha mensejajarkan langkahnya dengan pria di sampingnya.
" Aku tau "ucap Rayan dengan santai.
" Yasudah letakan bukunya d atas sini " pintanya dengan mengisyaratkan dagu nya.
" Yaudah nanti "
" Nanti kapan? "
" Jika sudah sampai d ruangan Dosen"
" Jangan gini lah kak, Nara ngga mau d buli sama fans kakak "
" Aku bukan artis "
" Iya tau, memang bukan artis, tapi fans kakak banyak banget d kampus ini "
" Hm "
" Sok cool banget, ngga cocok tau " mencebikan bibirnya.
Dengan spontan Rayan menghentikan langkahnya.
" Kenapa? Mau ngasi bukunya?, Yaudah letakan sini "
" Bukan "
" Terus apa?. Nara heran deh sama kakak, kenapa baik banget sama Nara? "
" Ngga tau "
" Masa ngga tau si, kan yang ngerasa kakak "
" Kalau aku bilang cinta. percaya ngga? "
Deg..
Tiba - tiba langkah Nara terhenti, Rayan yang menyadari Nara berhenti pun ikut berhenti dan sedikit menoleh ke belakang melihat Nara yang satu langkah d belakan nya.
" Kenapa berhenti? "
" Ha! Ngga papa kok " kembali melangkahkan kakinya.
" Mikirin omongan aku tadi "
" Apa! Enggak lah kak, Nara tau kakak cuman bercanda mana mungkin kakak mau sama Nara yang modelan kayak gini "
" Memang kamu kenapa? "
" Udah lah, ngapain bahas yang ngga penting "
" Emeng itu ngga penting? "
Nara hanya berpura pura tidak mendengarkan, memandang lurus ke depan dan kembali melanjutkan langkahnya.
Namun tanpa mereka berdua sadari, Nadia sengaja mengikuti mereka dan mendengarkan apa yg mereka bicarakan. Nadia tadi sempat menoleh ke belakang dan melihat Rayan yang memungut buku Naraya.
Makanya dia mengikuti Naraya dan Rayan.# Flashback of
" Gimana sudah mengingatnya?"ucap Nadia sinis
" Maaf Nadia, tapi aku tidak merayu kak Rayan "
" Kamu masih saja tidak mengakuinya?" Geram Nadia mendorong tubuh Naraya sehingga terjatuh dari ujung tangga sampai ke bawah.
" Naraya!! " Teriak Nadia dan ibunya, yang memang melihat pertengkaran itu, dia pun segera mendekat ke arah Nadia.
" Bu " Lirih Nadia, sedikit takut saat melihat Nara d bawah sana.
" Tidak apa - apa sayang, dia tidak akan mati " Santai ibunya, mau Naraya mati ataupun hidup, apa urusannya sama dia, malah itu bagus untuknya.
" Tapi kepalanya berdarah, lihatlah " ucap nya dengan nada sedikit bergetar karna takut.
" Sudah lah sayang. lihat penyelamatnya sudah datang " ucap ibunya Nadia yang melihat mbok Jum masuk dengan berlari ke arah Naraya.
" Bagaimana bisa nenek peyot itu datang d saat yang tepat seperti itu " ucap Nadia malas, perasaan takut nya lenyap seketika melihat mbok Jum yang sudah pasti meyelamatkan Nara.
" Sudah lah itu bukan urusan kita, mending kita ke mol saja "
" Iya bu, Nadia juga ingin membeli tas keluaran terbaru "
" Ibu ambil tas dulu "
Setelah mengambil tas mereka berdua bergegas ke mol. melewati mbok Jum yang memangku Naraya dengan kepala yang sudah berdarah.
****
Huft...
" Mimpi apa aku barusan?, siapa gadis malang itu? " Ucap Naraya pelan dengan masih mengatur Nafasnya, bahkan keringat sudah membasahi pelepisnya.
" sudah lah apa urusan ku. mending aku tidur lagi, kepala ku masih terasa sakit." Kembali memejamkan Matanya.
................
🕊️🕊️🕊️
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAYA ( Revisi Setelah End )
Fiksi RemajaTypo di mana mana!!! Tertembak oleh musuh abangnya membuat seorang Naraya Qaila bertransmigrasi ke tubuh gadis muslimah, yang tentu saja memiliki sifat yang bertolak belakang. "Omong kosong, Sejak kapan aku menggunakan hijab? Bahkan menyentuh benda...