"Permisi."
Aleeza kembali mengetuk rumah besar Arkana, untuk yang beberapa kalinya. Sama seperti sebelumnya, pintu tetap tidak ada yang membukakan.
Hari ini Aleeza datang ke rumah Arkana untuk mengambil buku latihan MTK-nya yang tertinggal dua hari yang lalu. Dia baru ingat, besok ada pelajaran MTK yang mengharuskan dia membawa buku latihan itu, atau jika tidak, dia akan mendapat hukuman dari Bu Sukma, guru MTK khusus kelas mereka.
"Masa sih, nggak ada orang di rumah," gumamnya.
Mata Aleeza menyusuri bagasi dan mendapati motor Arkana dan motor matic Lusi terparkir disana. Selain itu, mobil hitam milik Bagus, Daddy Arkana juga di sana, yang Artinya mereka semua saat ini sedang berada di rumah.
Aleeza menghembuskan nafasnya kesal. Kalau saja buku latihannya itu tidak penting untuk besok, dia tidak akan mau berjuang mengetuk rumah ini hingga terbuka.
"Tante! Om! Arkanaa!" teriaknya lagi, yang lagi-lagi tidak membuahkan hasil.
"Pembantunya juga, di mana sih? Apa ikutan budeg juga?" gerutunya.
Aleeza mencoba memegang gagang pintu lalu, 'ceklek'. Pintu ternyata tidak dikunci.
Aleeza perlahan memasuki rumah Arkana. Bukannya bertingkah tidak sopan, hanya saja dia tidak kuat lagi jika harus mengetuk-ngetuk pintu yang tak kunjung dibuka sang pemilik rumah. Lagian, dia yakin sekali Arkana dan keluarganya berada di rumah. Jadi, Aleeza nanti hanya tinggal menjawab alasan bagaimana dia bisa masuk, dengan sendirinya.
Aleeza, akhirnya tersenyum lega, saat melihat Zeonal berada di ujung ruangan, sedang bermain mobil-mobilan yang beberapa bulan lalu dibelikan Arkana untuknya.
"Zeo, kok Kakak ngetuk pintu tadi nggak dibukain?" tanya Aleeza, membuat anak kecil yang sedang sibuk main itu, menghentikan aktivitasnya, dan mengalihkan wajahnya ke asal suara.
"Kak Aleeza kok di sini? Masuk dari mana kak?" tanya Zeonal tampak keheranan.
"Dari pintu neraka," jawab Aleeza bergurau.
Zeo tampak berpikir keras terlihat dari keningnnya yang mengerut seolah berpikir 'apa iya?'
Aleeza tertawa kecil melihat wajah polos Zeonal. Dia, kemudian menarik gemas hidung Zeonal.
"Kakak tadi ngetuk-ngetuk pintu. Tapi nggak ada yang bukain. Makanya, Kakak masuk aja, soalnya Kakak mau ngambil buku Kakak yang ketinggalan. Bukunya penting."
"Kakak ngetuk pintu, tadi?" tanya Zeonal bingung.
"Enggak!"
"Tapi, tadi Kakak Aleeza bilang?"
'Sabar Za sabar. Semua seisi keluarga ini emang udah dari sono gitunya' batin Aleeza berusah tetap sabar.
"Oh iya, Tante Lusi di mana?" tanya Aleeza kembali menyusuri isi rumah Arkana.
"Di atas! Sama Daddy, sama Abang juga." jelas Zeo.
"Ngapain?"
"Zeo nggak tau. Kakak, liat aja!"
"Zeo, temenin kakak ya!"
"Kakak sendirian aja! Zeo, mau main lagi. Kakak lihat sana! Kakak nggak usah malu-malu, anggap aja rumah Zeo," ujar Zeo yang membuat tawa Aleeza menggema.
Abang adek sama aja.
⭐⭐⭐
Aleeza melangkah, menuju meja tempat dia meletakkan bukunya yang tertinggal kemarin lusa. Saat dia akan melewati kamar orang tua Arkana, langkahnya terhenti mendengar suara tawa Lusi, yang menggema di dalam ruangan, bergabung dengan suara musik dangdut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintangku Arkana (TERBIT 'Arkana')
Novela JuvenilBanyak orang yang mengatakan, jika Bintang menjadi salah satu benda langit, yang bisa menjadi teman untuk seseorang mencurahkan isi hatinya. Dan itu, diakui benar oleh Arkana dan Aleeza. Arkana Kusuma Arditama, lelaki penikmat bintang, yang hidupny...