trois.

6.5K 761 14
                                    

ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
"Haha.." Rajendra tertawa dengan sumbang, mata bulatnya itu memandang kosong ke arah jendela di kantor pribadinya yang menghadap ke bangunan lainnya.

"Benar kata orang-orang, Edgar itu memang gila." gumamnya sembari meremat tangan kursi kantornya.

Untuk masalah malam terakhir di bar saat itu, Rajendra memutuskan untuk tidak memikirkannya lagi karena ia tahu kalau laki-laki itu hanya bergurau saja. Namun nyatanya tepat dikeesokan harinya, Edgar memunculkan batang hidungnya dikantornya hingga menjadi pusat perhatian orang-orang diluar maupun pegawainya. Tadi siang pun (tepatnya tiga hari setelah pertemuan mereka di bar) lelaki itu kembali muncul dengan kotak makan siang yang berisikan makanan penuh nutrisi, ingin sekali ia menolaknya karena gengsi yang tinggi tetapi perut berlemaknya ini bergemuruh dengan tidak tahu malunya. Akhirnya ia kembali melihat senyuman mengejek yang terulas dibibir Edgar yang tengah menaruh kotak makan siang yang ia bawa ke atas meja kerja Rajendra.

Namun lelaki itu tidak sampai menemaninya makan siang karena ia mempunyai urusan lain, Rajendra sih senang-senang saja bisa makan siang dengan menu mahal seperti ini tanpa harus melihat wajah menyebalkan milik Edgar. Yang ada nanti perutnya malah sulit untuk mencerna makanannya.

Selagi mengunyah makanannya itu Rajendra pun menyalakan televisi yang terdapat diruangannya, belakangan ini ia jarang menonton televisi karena terlalu malas dengan acara yang itu-itu saja. Karena ia sudah lama tidak menonton berita, maka ia memilih channel khusus berita dimana ia bisa tahu berbagai macam berita dari berbagai belahan negara. Mata bulatnya yang sedang fokus menatap televisi itu langsung melebar seketika saat melihat wajah yang familiar baginya itu memenuhi layar televisinya.

 Mata bulatnya yang sedang fokus menatap televisi itu langsung melebar seketika saat melihat wajah yang familiar baginya itu memenuhi layar televisinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya, betul. Lelaki itu memang sudah gila." decak Rajendra sembari meremat sendoknya dengan kuat. Entah kenapa ia merasa gelisah saat ini, apakah ia harus pulang ke Indonesia sekarang juga? Sepertinya ia harus kabur secepatnya dari Dinan. Bagaimana kalau laki-laki itu sungguhan ingin menikahinya?,

Namun ia pun segera menggelengkan kepalanya kuat, bisa saja kan pembatalan pernikahan itu memang keinginannya Edgar? Ia paham sekali tentang kebiasaan para orang kaya yang aneh, berita gagal menikah seperti ini bukan sekali dua kali ia dengar. Jadi Rajendra memilih untuk menenangkan diri lalu kembali memakan makanannya dengan tentram walaupun pemikiran-pemikiran aneh masih terngiang-ngiang disudut otaknya.

Suara dentingan pesan masuk dari ponselnya pun terdengar, ia segera memeriksa ponselnya karena hari ini bahan-bahan dari supplier akan dikirim jadi ia perlu membalas pesan dari mereka dengan cepat guna menghindari kesalahan saat pengiriman. Namun ternyata pesan dari nomor asing lah yang masuk, ia menggigit bibirnya ketika melihat pesan tersebut. Ia pun langsung menggerakkan kedua ibu jarinya dengan cepat untuk membalas pesan itu.

 Ia pun langsung menggerakkan kedua ibu jarinya dengan cepat untuk membalas pesan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Le favori d'Edgar.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang