neuf.

4.5K 546 2
                                    

ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
Setelah dirawat selama seminggu lebih beberapa hari, Rajendra akhirnya diperbolehkan untuk pulang ke rumah namun dokter tetap memberikan berbagai petuah padanya agar tidak melakukan pekerjaan berat terlebih dulu supaya lukanya dapat sembuh secara sempurna.

Rajendra pun mengiyakannya saja lantaran ia terlalu bersemangat untuk pulang sampai-sampai ia sudah membersihkan diri dari pagi bahkan melipat selimut yang ia pakai selama ini dengan rapih. Untuk masalah siapa yang akan menjemputnya, ia tidak perlu khawatir karena Mark mengajukan diri untuk menjemputnya pulang sedangkan Caraka tidak bisa ikut menjemputnya karena ia sedang sibuk belakangan ini.

Tepat pukul sepuluh pagi Mark menjejakkan kakinya diruang inap VVIP tersebut, ia mengulas senyuman lebarnya ketika melihat sosok sahabat dari kekasihnya itu sudah terlihat sehat kembali.

"Hei, Rajendra. How do you feel?" sapa Mark.

"Hei! I'm good, ya walaupun aku belum bisa banyak bertingkah tapi aku bersyukur masih diberikan kesempatan untuk hidup hehe. And.. how about you? Kau tidak terlihat baik Mark." balas Rajendra, ia membiarkan Mark membawakan barang bawaannya dan berjalan keluar bersama-sama. Wajah lelah Mark terlalu ketara saat ini lantaran ia harus mengurus berbagai berkas dan pertemuan untuk menggantikan bosnya.

Mark pun menghela napasnya berat, "Yeah begitulah, pekerjaan ku banyak sekali kali ini jadi aku merasa sedikit lelah."

"Oh Mark.. harusnya kau tidak usah menjemputku." ucap Rajendra dengan raut bersalahnya.

"Nah, it's okay! Aku sama sekali tidak keberatan, kapan lagi aku bisa mencuri waktu untuk keluar dari meja ku kan? Hahah."

Keduanya berjalan menuju lobby rumah sakit karena Mark menitipkan mobilnya disana pada seorang security, ia terlalu malas untuk memarkirkan mobil di basement. Rajendra pun dipersilahkan masuk ke mobil mengkilap itu dan membiarkan Mark berbicara sebentar dengan sang security.

"Jen, kau ingin melihat kantormu sembari lewat?" tanya Mark ketika ia sudah mengisi posisi kemudi.

Rajendra pun menengok lalu berpikir sebentar, "A-Apa boleh?"

"Sure, kenapa ragu seperti itu?"

Mobil mewah itu pun melaju dengan kecepatan sedang, keduanya meninggalkan rumah sakit besar itu dengan keheningan. Rajendra hanya bisa menggigit sedikit bagian bibirnya ketika menyadari kalau ia sebentar lagi akan melihat kondisi kantor yang dipastikan masih dalam keadaan berantakan akibat dari kejadian kriminal waktu itu. Entah kenapa tetapi ia merasa sedikit takut saat ini apalagi ketika mengingat lagi kejadiannya.

Mark terus mengendarai mobilnya dengan lihai, lelaki itu berkendara dengan tenang walaupun ia yakin pekerjaannya sudah menunggu dikantor. Ia membelokkan setirnya ke kanan dan tak sadar kalau Rajendra kini tengah menatap ke sekelilingnya bingung.

"Mark sepertinya kau salah, kantor ku kan disebelah kiri."

"Santai saja, kau akan lihat nanti." balas Mark sembari tersenyum misterius.

Rajendra pun akhirnya diam dan tidak mengambil pusing, ia tidak tahu kemana Mark akan membawanya pergi namun seingatnya jalur ini adalah jalur yang dipenuhi oleh gedung-gedung mahal bertingkat. Tentu saja hanya instansi atau orang-orang dengan tingkat perekonomian tinggi lah yang bisa menyewa bahkan membeli gedung disana, salah satu contohnya adalah perusahaan besar milik Edgar.

Mark pun memberhentikan mobilnya dipinggir trotoar dan tentu saja mengundang rasa penasaran bagi Rajendra. Lelaki beralis camar itu menyuruhnya untuk turun setelah ia mematikan mesin mobilnya dan mau tak mau Rajendra pun ikut turun.

Le favori d'Edgar.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang