Bagian 41

1.1K 74 4
                                    

Sebenarnya apa-apaan semua ini?

"Haruskah kita sedikit mendekorasi tempat ini?" Jungkook memincing, memandang Jimin yang barusan bersuara dengan nada kelewat semangat. Ia bahkan tidak mengingat tanggal hari ini untuk memastikan atas dasar peringatan hari apa yang membuat keenam pemuda itu mengacak-acak ruangannya. Sedikit mendekorasi? Sekarang saja ruangannya sudah penuh benda-benda aneh. Dan mereka masih mau menambahkan dekorasi lain? Gila, ya?

Sialnya Jungkook bahkan tidak diberi kesempatan untuk menyatakan pendapat kala Taehyung dan sekotak barang lain datang ke ruangannya. Memancing senyum menyebalkan dari member lain yang—sumpah—ingin sekali Jungkook pukuli satu persatu. Jika ia masih sekuat dulu, mungkin rencana itu akan terealisasi. Ironisnya mereka beruntung karena kondisi tubuh Jungkook—masih—tidak baik.

Jungkook tidak mungkin salah ingat, ini masih bulan Mei. Tidak ada peringatan apapun yang mewajarkan tingkah keenam pemuda itu. Terlebih karena entah untuk apa mereka membawa seorang pemuda lain dengan rangkaian kamera di sana. Jangan-jangan sebentar lagi dia akan mati?

"Nah, kau bisa bersandar lebih tinggi, kan?" Tiba-tiba saja Seokjin datang saat Jungkook masih sibuk dengan semua pikirannya. Sekarang malah ia takjub. Selama Jungkook berada di rumah sakit, ia tidak pernah melihat Seokjin tersenyum selebar itu. Jika dipikir-pikir, semua orang terlihat bersemangat hari ini. Apa dia salah sangka? Mungkin sesuatu yang baik terjadi, alih-alih berita kematiannya semakin dekat.

"Katakan jika sakit, oke?" Maka Jungkook hanya mengangguk kala lengan Seokjin memutari punggungnya. Membuat tubuhnya menjadi setengah duduk sembari mengatur tinggi sandaran tempat tidur dan menata bantal. "Rumah sakit memberimu apa, sih? Punggungmu tinggal tulang begini," gerutunya sesaat setelah membuat Jungkook kembali bersandar.

"Kenapa? Hyung rindu kupukuli? Sekarangpun aku masih bisa melakukannya, kok."

Seokjin mendengus. Menyilangkan tangan di depan dada seolah tengah menantang si maknae untuk merealisasikan ucapannya. "Bangun dari tempat tidur saja tidak bisa. Pukulanmu tidak akan terasa sakit sama sekali."

"Kan belum dicoba," balas Jungkook. Ia mengalihkan pandangan, memperhatikan Jimin dan Taehyung yang sedang memperdebatkan dekorasi apa yang harus dipasang sebagai background. "Tapi ini semua untuk apa, hyung?"

"Vlive. Sudah lama kan tidak live grup."

"Hah?!" Meski telah mengumpulkan berbagai kemungkinan di otak, Jungkook sama sekali tak berpikir jika keenam pemuda itu berencana menampilkannya dalam siaran langsung grup. Lagi pula memangnya agensi memperbolehkan ini? Memangnya dia masih bagian dari BTS? Memangnya ini tidak akan menimbulkan masalah.

"Kau seperti mendengar kabar Meteor menabrak Bumi saja," komentar Seokjin. Ia meraih pouch kecil yang dibawa Jimin dari atas nakas. Mengobrak-abrik isinya sebelum menarik sebuah benda dari sana. "Sebenarnya aku berencana membawa stylist atau make up artist supaya kau terlihat tampan di kamera. Tapi karena kau sudah tampan, kemarilah. Bibirmu terlalu kering dan pucat seperti mayat," lanjutnya sembari mengoleskan lipbalm di bibir yang lebih muda.

"H-hyung, tunggu dulu. Memangnya ini tidak akan menimbulkan keributan?"

Seokjin tak langsung menjawab, memandang Jungkook dengan sorot tak terbaca sebelum kemudian bersuara, "Memang akan ada keributan, kok." Membuat Jungkook membeku sebelum kemudian melanjutkan, "Kau kan sudah lama tidak ada kabar. Tentu saja akan ada banyak respon dari publik. Bagaimanapun juga kau perlu menunjukan keberadaanmu agar army tidak terlalu khawatir."

Memangnya mereka khawatir?

"Kau tidak berpikir mereka melupakanmu begitu saja, kan?" Sebenarnya Jungkook malah berpikir itu lebih masuk akal, sih. Setelah dua tahun, memangnya masih ada yang mengingatnya? Bukannya itu malah terdengar aneh?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret Melody : Euphoria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang