Udah lama banget ga update. Maaf buat yang nungguin. Terima kasih buat yang masih stay sampai sekarang. Selamat membaca~
Sebenarnya Jungkook tidak menyukai ini, tapi pada akhirnya dia tetap izin keluar dari kelas olahraga hanya demi berlatih untuk perform di acara sekolah. Lagu pembuka. Semua orang pasti berharap banyak padanya. Tidak sepenuhnya karena itu, sih. Efek sakit dua hari yang lalu masih belum sepenuhnya hilang. Dan lagi Jimin lebih mendukung jika dia absen dari pada mengikuti kelas olahraga yang tidak akan ada istirahatnya. Minggu depan ada pengambilan nilai praktik, jadi kelas minggu ini pasti sibuk. Jungkook tidak akan khawatir dengan nilainya. Karena di kegiatan praktik yang lalu nilainya selalu bagus, dia sudah mendapat kepercayaan dari guru.
Jungkook sudah mendapat file lagu yang akan ia bawakan dari panitia. Dia bahkan sudah yakin bisa menampilkan itu dengan baik tanpa latihan. Tapi bagaimanapun juga, Jungkook perlu menyesuaikan diri dengan partner-nya. Jujur saja dia malas bertemu dengan orang lain. Jika begini Jungkook terlihat seperti karakter dingin yang anti sosial. Tapi tidak... Atau memang begitu?
Mengenyahkan semua pikiran yang sempat bersarang di otaknya, Jungkook mendorong pintu auditorium lalu melangkah ke dalam. Ruangan itu selalu sepi dan gelap jika tidak ada kelas musik. Bahkan kali ini juga. Semenjak ruang musik tidak digunakan, semua alat musik diletakkan di ruangan sebelah auditorium. Tapi karena acara tinggal dua hari lagi, sudah banyak alat musik yang diletakkan di sini. Sepertinya banyak yang berlatih di sini juga.
Karena partner-nya masih belum datang, Jungkook memilih untuk duduk di barisan kursi paling depan sembari memperhatikan panggung yang sudah sedikit didekorasi. Ada banyak pertunjukan lusa. Jungkook dengar ada kelas yang menampilkan drama musical. Kemungkinan paling banyak tari dan musik, sih. Mengingat acara ini bisa diklaim sebagai audisi terbuka. Jungkook sudah melihat posternya, ada banyak perwakilan agensi yang datang. Siapa juga sih yang tidak ingin mendapat kesempatan menjadi idol terkenal? Kalau Jungkook sih tidak.
Jungkook memiliki seorang sepupu yang berhasil menjadi idol. Awalnya dia dan sepupunya itu sangat senang hanya karena hari debut semakin mendekat. Tapi debut bukan puncak perjuangan. Grup mereka tidak memiliki banyak penggemar, bahkan masyarakat tidak melirik sama sekali. Saat mereka mulai naik, malah semakin banyak cacian yang mereka dapatkan. Sepupunya mengalami gangguan mental dan berakhir dengan bunuh diri. Dia seumuran dengan Seokjin, tapi harus mengakhiri hidup tahun lalu. Sejak saat itu Jungkook membenci dunia entertainment. Meskipun... Dia memiliki janji yang rasanya tidak mungkin untuk ditepati. Rasanya Jungkook ingin membenturkan kepala sekeras mungkin agar ia kehilangan ingatan. Itu terdengar lebih baik.
Lagi pula menjadi idol tidak se-menyenangkan itu. Ada terlalu banyak risiko yang muncul beriringan dengannya. Jungkook sama sekali tidak mengerti kenapa setelah sekian banyak kasus bunuh diri idol, masih banyak orang yang ingin menjadi seperti mereka. Terkenal dan dicintai oleh banyak orang memang terdengar menyenangkan. Tapi menggadaikan nyawa sendiri bukan pilihan, kan? Hal itu masih terdengar mengerikan baginya.
Sesuatu yang sebenarnya kecil akan menjadi besar hanya karena orang-orang tahu jika kau seorang idol. Banyak hal yang sama sekali tidak boleh dilakukan, termasuk hubungan romansa dengan orang lain. Itu hanya akan menjadi sumber uang bagi ribuan media di luar sana. Bahkan menyatakan pendapat pun akan menjadi sulit jika kau menjadi idol. Setiap saat harus memasang topeng di hadapan publik, menjaga citra agar tetap dipandang baik. Sekalinya melakukan kesalahan, bukannya tidak mungkin jika kau akan menjadi musuh semua orang.
Bagi Jungkook, orang-orang dalam dunia entertainment itu menjijikan. Banyak dari mereka yang rela menggunakan trik-trik kotor untuk mencapai posisinya saat ini. Jungkook tidak akan tahu jika sepupunya tidak menceritakan semuanya. Dunia para idol itu gelap dan Jungkook terus terpaku pada pemikiran itu. Melemparkan diri ke dunia itu sama saja menggadaikan hidup. Jika publik tidak mengenalmu, kau akan hancur. Jika seluruh dunia mengenalmu, banyak orang yang berusaha menghancurkanmu. Jadi intinya jika kau bergabung menjadi salah satu dari orang-orang modal tampang itu, kau akan hancur pada akhirnya.
Getaran dari ponsel mengalihkan atensi Jungkook sejenak. Pemuda itu segera mengambil benda persegi pipih itu lantas melihat apa yang terjadi. Tapi ternyata hanya pesan singkat dari Jimin yang mengatakan jika dia dan yang lain akan datang ke auditorium untuk menonton latihan. Pernyataan yang tentu langsung ditentang keras olehnya. Apa-apaan? Hanya latihan, jadi kenapa harus menonton? Memalukan. Lagi pula Jungkook perlu menyesuaikan diri dengan partner-nya. Mereka hanya akan mengganggu.
Tapi bukan Jimin jika langsung menyerah begitu saja. Tepat setelah Jungkook mengirim pesan penolakan kepada pemuda itu, Jimin malah menelepon. Sukses membuat Jungkook mendesah pasrah sebelum kemudian menerima panggilan itu. Jimin tidak akan menyerah. Jika teleponnya ditolak, dia bisa saja langsung datang ke auditorium sekarang juga.
"Kau sudah berada di auditorium?"
Suara khas Jimin langsung terdengar sedetik setelah ia menekan tombol terima. Tapi Jungkook tetap diam, memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Jimin. Lagi pula kemana lagi dirinya selain ke auditorium? Basa-basi seperti itu tidak perlu ditanggapi. Membuang-buang waktu saja. Dan sepertinya Jimin juga langsung mengerti karena dia tidak menunggu untuk kembali bersuara.
"Karena tinggal dua hari lagi, kita perlu berlatih juga. Namjoon hyung sudah mendiskusikan konsepnya. Tapi karena kau tidak ikut berkumpul hari itu, kau pasti belum tahu. Jadi kita perlu membahas itu lagi nanti."
Jungkook mengangguk-anggukkan kepala, mengisyaratkan bahwa ia mengerti dengan penjelasan Jimin. Jadi intinya mereka bukan datang untuk menonton, tapi berlatih juga. Kalau begitu Jungkook tidak memiliki hak untuk menolak. Belakangan dia sudah menghambat langkah Bangtan karena kesehatannya. Sekarang Jungkook merasa perlu mengganti waktu yang telah terbuang. "Baik, hyung. Tapi partner-ku belum datang. Kita bisa berlatih jika aku sudah mendiskusikan performance dengan partner-ku. Jika latihan kami sudah selesai, aku akan mengabari."
"Kami akan menonton, ingat?"
Detik itu pula Jungkook menyesal karena sempat percaya jika Jimin sudah menyerah. Ternyata dia tetap memiliki niat lain. Dia dan Jimin tidak seakur itu untuk tidak saling mengganggu. Atau malah karena mereka terlalu akrab? Tapi intinya jangan pernah berharap bisa mendapat hari tenang tanpa gangguan satu sama lain. Lagi pula jika mereka berdebat, para hyung akan lebh membela Jungkook dari pada Jimin. Kenapa? Karena dia imut, tentu saja.
Terdengar tidak adil? Tentu saja. Bahkan Jimin saja terus mengomel karena merasa dirinya tidak mendapat keadilan. Tapi siapa juga yang ingin mengabaikan pesona Jungkook? Laki-laki itu terlalu sempurna untuk dilewatkan. Kemampuan dan penampilannya mengambil alih semua perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Melody : Euphoria [END]
Random[방탄소년단 x 전정국] Banyak hal yang tidak bisa diungkapkan lewat kata-kata. Tapi menurut Jungkook, kata-kata adalah media terbaik untuk mengungkapkan perasaan. Melodi terakhirnya, perasaannya, sisa-sisa euphoria-nya mengantarkan ia kepada sebuah spektrum...