Bagian 27

751 85 4
                                    

Setelah melewati hari-hari panjang dengan latihan dan latihan, akhirnya tiba saat di mana kerja keras itu dibuktikan. Tiga puluh satu Desember, acara akhir tahun KBS yang sebelumnya tak pernah terpikirkan akan bisa menjadi panggung untuk mereka. Agaknya itu telah membuktikan seberapa banyak mereka berkembang. Dari kelompok kecil pencinta musik yang bahkan hanya bisa tampil di acara sekolah hingga akhirnya bisa tampil di acara televisi nasional. Meski sebenarnya mereka tidak berharap akan mendapat sorotan lebih karena pada dasarnya hal ini terjadi akibat KBS tidak mendapatkan cukup performer.

Jujur saja Jungkook sudah berpikir untuk melakukan semua ini lalu selesai. Menganggap bahwa semua yang terjadi hari ini hanya kebetulan manis yang disiapkan Tuhan sebelum kelompok kecil mereka hancur karena kehilangan seorang leader dan juga anggota. Ia tidak pernah berpikir akan mendapat perhatian dari banyak orang setelah penampilan perdana mereka selesai. "Bagaimana jika kami merekrutmu menjadi trainee?" Dan mendengar kalimat-kalimat yang sudah sering ia dapatkan. Secara langsung pula.

"Saya tidak terlalu tertarik untuk menjadi idol." Masih saja begitu jawabannya. Jujur ia hanya merasa tidak adil kepada para hyung yang berusaha jauh lebih banyak, lebih tertarik pada musik, dan lebih berambisi untuk menjadi idol. Mana bisa ia seolah berkhianat dan menjadi trainee lalu debut sendirian di saat selama ini keenam orang itu mengajarinya banyak hal tentang musik dan tetek bengeknya.

Lagi pula menjadi idol bukan sesuatu yang mudah. Dari rumor dan cerita-cerita yang ia dengar, kebebasan mereka benar-benar dibatasi, apalagi jika baru debut. Tidak boleh mengutarakan pendapat, tidak boleh memiliki hubungan romansa, tidak boleh menyebabkan skandal—yah meskipun Jungkook yakin tidak ada bagian dari siklus kehidupannya yang bisa dijadikan skandal sih. Ah, sepertinya masalah keluarganya bisa dijadikan bahan yang bagus untuk berita. Intinya kehidupan para idol harus terlihat sesempurna mungkin di mata publik.

Lantas meski ia tertarik pun, Jungkook masih harus menilik kekuatannya sendiri. Menjadi idol yang baru debut, agensi pasti akan menyiapkan banyak jadwal untuk mempromosikan mereka di samping latihan rutin yang harus dijalani. Jika tidak mengingat ia pernah tumbang karena berlatih terlalu keras, mungkin ini tidak akan menjadi bahan pertimbangannya. Ia bahkan masih ingat dengan jelas bagaimana wajah panik Junghyun saat menjemputnya di halte bus dekat Sungai Han waktu itu. Kakaknya itu hampir saja mengabaikan Namjoon jika ia tidak mengingatkan. Dan untuk kasus menjadi idol ini, Jungkook masih tidak ingin mati muda hanya karena terlalu memaksakan diri.

Jungkook sudah membicarakan ini dengan Junghyun dan kakaknya itu lebih mendukung jika ia melakukan pekerjaan yang lebih stabil tanpa harus terlalu menguras banyak tenaga. Remaja lima belas tahun itu tentu tahu ini karena ia memang tidak bisa terlalu kelelahan. Karena ini, Jungkook mungkin akan tetap setia pada jawaban itu sampai akhir jika kalimat selanjutnya tidak pernah ia dengar.

"Kami telah berbicara dengan anggota grupmu sebelum tampil. Mereka semua cukup tertarik dengan tawaran ini." Jungkook masih diam, tapi mulai was-was akan kalimat yang akan disuarakan setelah itu. "Jujur saja kemampuan mereka berada di batas rata-rata. Kami bisa menemukan ratusan trainee lain yang memiliki kemampuan seperti mereka."

Apa laki-laki berkacamata di hadapannya ini hanya ingin terus membual? Mereka jelas-jelas merendahkan kakak-kakaknya secara gamblang. Jika memang bisa menemukan orang lain yang lebih baik, kenapa mereka masih menawarkan hal yang tidak masuk akal? Mereka ingin mengatakan kalimat-kalimat menyakitkan setelah memberi harapan? Itu jahat sekali. "Jadi apa yang sebenarnya ingin anda katakan?"

"Intinya kami tidak terlalu membutuhkan mereka karena bahkan ada banyak orang yang memiliki kemampuan lebih baik. Tapi kau bisa."

Jungkook mengepalkan tangannya, berusaha keras agar tidak kelepasan memukul laki-laki itu sekarang juga. Matanya sudah memerah menahan amarah sementara lawan bicaranya malah memasang senyum meremehkan. Laki-laki itu pasti tahu sekali jika Jungkook tidak akan bisa banyak melawan. Membuat keributan di tempat semacam ini hanya akan menimbulkan banyak masalah. Dan itu mungkin akan berdampak banyak pada kakak-kakaknya.

Sedikit banyak Jungkook mulai mengerti alur pembicaraan mereka. Mungkin ini alasan kenapa ia malah ditahan setelah kembali dari toilet dan dibawa menjauh dari kakak-kakaknya. Laki-laki itu tahu persis kelemahannya dan memiliki kemampuan lebih untuk menggunakan itu. Sampai memanfaatkan keenam kakaknya hanya agar bisa merekrutnya, Jungkook tidak tahu jika ternyata ia bisa menjadi seberharga itu bagi agensi hiburan.

Apa yang akan Jimin pikirkan jika nanti ia mendapat kabar buruk setelah sempat mendapat titik terang? Selama ini dia yang paling berharap bisa debut. Jika itu benar-benar terjadi, Bibi Park tidak akan terus menekannya. Lalu apa yang dipikirkan Namjoon tentang ini? Dia juga berharap bisa tetap bermusik. Jika kali ini bisa debut, ibunya mungkin tidak akan melarang lagi. Yoongi? Dia jelas memiliki kekuatan dan kemampuan untuk masuk dunia entertainment. Akan sangat disayangkan jika kemampuan itu menjadi sia-sia.

Sial! Jungkook tidak bisa berpikir.

"Mengingat kalian sudah berada dalam kelompok ini cukup lama, bisa memproduksi lagu sendiri, dan memiliki kelompok penggemar, kami bisa mendebutkan kalian segera setelah menjalani masa trainee dan mempersiapkan album debut selama beberapa bulan." Laki-laki itu kembali bersuara. Kali ini sembari menampilkan senyum yang lebih terlihat seperti meremehkan di mata Jungkook. Lantas sebelum ia sadar, laki-laki itu telah meletakkan sebuah kartu di hadapannya. "Kami telah membuang banyak uang hanya untuk membuat kalian tampil di sini. Hubungi aku jika kau berubah pikiran." Begitu ucapnya sebelum kemudian meninggalkan Jungkook yang masih terdiam memikirkan semuanya.

Kenapa sekarang seperti dia yang memegang kunci dari semuanya? Jika yang ia katakan adalah tidak, maka mimpi kakak-kakaknya akan selesai begitu saja.

"Jungkook-ah."

Remaja lima belas tahun itu tersentak, menoleh cepat sebelum kemudian mendapati presensi Yoongi di belakangnya. Tapi reaksi yang ia berikan malah membuat laki-laki yang lebih tua mengernyit, agaknya heran karena Jungkook seterkejut itu hanya karena dipanggil namanya. "Sedang apa di sini? Kami mencarimu."

"A-aku hanya sedang mencari udara. Di dalam pengap." Jungkook berusaha menampilkan senyum paling normal yang bisa ia buat sekarang. Menatap Yoongi yang tidak bereaksi banyak sembari berharap jika laki-laki itu tidak mengetahui percakapannya beberapa saat yang lalu.

"Kita akan pulang sekarang karena tidak ada yang harus dilakukan lagi. Ayo kembali dan bereskan barang-barangmu."

Jungkook nyaris menghela nafas lega karena Yoongi langsung berbalik dan berjalan ke ruangan yang digunakan mereka untuk bersiap-siap sebelum perform tadi. Setidaknya ia bisa menjejali otaknya dengan pertanyaan bahwa laki-laki putih pucat itu tidak mengetahui apapun. Tapi memandang punggung yang lebih tua, Jungkook malah kembali memikirkan hal itu untuk yang ke sekian kali. "Hyung?"

"Hmm?"

Jungkook meneguk ludahnya sendiri. Entah kenapa kalimat yang telah ia susun untuk disuarakan setelahnya terasa mengganjal di tenggorokan. "Hyung ingin debut? Maksudku benar-benar debut sebagai idol dan bergabung dengan salah satu agensi."

"Kurasa semua performer kecil seperti kita menginginkan itu."

Dan mendadak Jungkook merasa seperti penjahat besar jika ia tetap mengatakan tidak.

Secret Melody : Euphoria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang