Bagian 5

913 95 0
                                    

Jungkook melempar tubuhnya ke atas kasur setelah menghela nafas pelan. Matanya memejam, masih pusing karena menangis tadi. Rasanya dia juga masih marah, tapi tidak bisa berlanjut-lanjut. Mereka memang jahil, seharusnya ia sudah tahu jika ini akan terjadi. Tapi sungguh keterlaluan. Mereka membuat kehidupan seseorang sebagai bahan bercandaan? Yang benar saja.

Jika tidak ingat bahwa membunuh seseorang adalah tindak kriminal yang akan mendapat hukuman berat, Jungkook pasti sudah membunuh Taehyung sejak pertama dia mengaku. Tidak juga sih. Dia juga masih menyayangi laki-laki yang dua tahun lebih tua darinya itu. Asal tidak berulah lagi saja.

Lagi pula ini aneh. Kenapa Jungkook tidak curiga sama sekali bahkan saat semuanya sudah jelas hanya sandiwara? Padahal hal semacam itu tidak mungkin terjadi di dunia nyata. Sepertinya dia kehilangan fungsi otak karena terlalu panik tadi.

Memalukan sebenarnya. Jungkook bahkan menangis sesenggukan karena permainan mereka. Pada dasarnya dia memang mudah menangis karena terlalu emosional. Salah mereka karena mempermainkannya seperti itu. Terlebih dengan mengatasnamakan Junghyun yang notabenenya adalah saudara satu-satunya, juga hanya dia keluarga yang Jungkook punya. Mungkin akan menyenangkan untuk membalas mereka lain kali.

Jangan berpikir jika hal memalukan ini akan selesai begitu saja. Besok mereka pasti akan mengolok-olok dirinya karena menangis. Bahkan ia sadar jika tadi Taehyung banyak memotret. Jungkook tidak akan terlepas dengan mudah. Itu sudah sangat pasti.

Tapi setidaknya hari ini cukup menyenangkan. Terlepas dari kepalanya yang terus berdenyut sakit karena terlalu banyak menangis, tentu saja. Mereka melakukan banyak hal. Bahkan baru pulang beberapa menit yang lalu. Sayangnya mereka harus pulang sebelum makan malam. Katanya tidak ingin mengganggu momen langka antara dirinya dengan sang kakak. Padahal Jungkook tahu jika itu hanya alasan. Dia sangat curiga jika mereka sedang merencanakan hal lain yang jauh lebih memalukan.

Ah tentang dua orang yang menyamar menjadi polisi, Jungkook baru sadar jika itu Seokjung dan Geumjae. Dia sedikit terkejut karena kakak Seokjin dan Yoongi ikut dalam rencana ini. Terlebih karena mereka datang dengan penampilan yang sulit ia kenali. Benar-benar berbeda dengan yang dua laki-laki yang ia temui tiga bulan yang lalu, saat terakhir kali mereka bertemu.

Setelah bermenit-menit dalam posisi tengkurap, Jungkook membalikkan badan lalu memandang langit-langit ruangan. Masih sama seperti biasanya, tidak ada yang berubah. Maknae itu tersenyum saat sebuah mengingat sesuatu. Dia segera bangkit lalu mematikan lampu. Senyumnya semakin lebar saat melihat cahaya berpendar di langit-langit kamar.

Jungkook sendiri yang membuatnya. Mencoba melukis kamarnya dengan cat yang dicampur fosfor sehingga bisa berpendar dalam gelap. Sepertinya dia tidak menyesal karena sudah bekerja keras hingga terjatuh dan membuat lengannya terluka. Lebih baik lagi karena Junghyun tidak mengetahui apapun. Jika tidak, dia pasti akan mendapat omelan dari kakaknya itu. Bukan karena semua cat ini, tapi masalah luka di lengannya. Sepertinya Junghyun juga sudah mulai curiga karena dia selalu menutupi lengannya. Tapi setidaknya sampai sekarang masih aman.

"Jungkookie, jangan tidur sebelum makan!"

Mengalihkan pandangan dari langit-langit ruangan, Jungkook segera menyalakan lampu kembali lalu bergegas turun. Sepertinya dia melupakan acara 'menghabiskan waktu bersama kakak' yang sempat disusunnya. Semua itu karena rencana sialan Taehyung yang benar-benar membuatnya kesal setengah mati.

"Hyung memesan semuanya?" tanya Jungkook sembari mendudukkan diri berhadapan dengan sang kakak. Dia memandang semua makanan yang ada di sana dengan mata memincing. Kakaknya itu pasti berniat membuatnya gemuk dalam semalam.

Tentu saja Junghyun paham maksud tatapan adiknya itu. Terbukti dari senyum penuh arti yang terbit di wajahnya. Lagi pula Jungkook memang kehilangan terlalu banyak berat badan selama beberapa bulan terakhir. Pipinya sudah tidak chubby lagi dan Junghyun tidak menyukai itu. Adiknya harus tetap imut apapun yang terjadi. Yah, walaupun dia memang tetap imut dalam keadaan apapun. Junghyun juga tidak bisa menyangkal itu. "Begitulah. Aku bingung harus memesan apa, jadi kubeli semua. Jangan protes." jawabnya.

Jungkook memincingkan mata memandang kakaknya. Alasan saja. Padahal Jungkook tahu jika Junghyun pasti sengaja melakukannya. Dia itu seperti seorang kakak yang tidak terima jika adiknya lebih tampan. Tidak, sebenarnya Jungkook yang terlalu percaya diri. "Hyung benar-benar ingin diet ku sia-sia?"

Junghyun mendecakan lidah lalu menyandar pada kursi. "Kau tidak perlu diet, sudah kukatakan berkali-kali. Lagi pula tidak ada yang bisa menolak wajahmu jikapun kau gemuk." ujarnya, sengaja menggoda sang adik.

"Yah, terserahlah."

Sebenarnya selama ini Jungkook juga makan dengan baik. Maksudnya dia memang menghabiskan semua makanan yang terlihat. Bukan berarti benar-benar diet, dia hanya terus berolahraga tanpa mengenal tempat dan waktu. Jadilah sekarang otot perutnya terbentuk sempurna. Ya, benar-benar tidak cocok dengan wajah manis yang ia miliki.

Berhenti berpikir jika Jungkook akan melewatkan makanan yang ia lihat. Jika belum habis, artinya dia tidak akan berhenti makan. Aneh juga karena dia tetap bisa menjaga bentuk tubuh setelah semua lemak dan kalori yang ia konsumsi. Tapi tentu semua orang akan menarik ulang keraguan itu saat tahu seberapa gilanya Jungkook saat berolahraga.

Junghyun tersenyum tipis. Adiknya yang tadi protes tentang jumlah makanan pasti tidak bisa menolak semua ini, dia tahu sekali. Menyenangkan saat bisa memandang Jungkook  sedekat ini. Mereka selalu sibuk dengan kegiatan masing-masing. Jika Junghyun di rumah, Jungkook mendadak harus melakukan banyak hal. Jika Jungkook ada waktu, Junghyun yang sibuk dengan pekerjaan. Jadi setidaknya untuk saat ini dia sedang bersyukur karena bisa menghabiskan waktu dengan sang adik.

Jangan mengira jika Jungkook tidak menyadari maksud tatapan kakaknya. Dia memahami semua bahkan tanpa harus disuarakan. Mereka terlihat jauh, tapi sebenarnya sangat dekat. Meski waktu dan keadaan selalu tidak mengizinkan, kakak beradik itu tetap mencoba untuk saling menjaga hubungan. Ya, meski sebenarnya sangat sulit.

"Hyung, berhenti memandangku begitu. Kau membuatku takut." ujar Jungkook tanpa memandang kakaknya itu. Dia masih terlalu sibuk dengan japchae yang ada di hadapannya. Selama ada makanan, Junghyun tidak penting sama sekali. "Hyung seperti paman pedofil yang tinggal di ujung gang sana. Aissh, menyeramkan sekali." lanjutnya.

"Ya! Kau akan mendapat karma jika mengatai hyung-mu sendiri."

"Justru karena Hyunie hyung adalah hyung-ku, jadi aku berani mengatakan itu."

"Kau pikir aku tidak tahu jika kau selalu begitu kepada semua orang?"

"Aissh, hyung tidak asik."

"Apa-apaan itu."

Dan malam itu dilewati dengan tawa tak berkesudahan hingga kantuk menyerang dan mereka memilih untuk mengistirahatkan tubuh demi kegiatan esok hari.

Secret Melody : Euphoria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang