Chapter 51

54.1K 5.3K 110
                                    

In Mansion Alexander

Robert masuk ke dalam mansion keluarganya dengan raut wajah kacau dan sorot mata sendu, seperti orang yang kebenyakan beban fikiran.

Saat tiba di ruang tamu,
ia mendengar suara Papanya seperti sedang berbicara dengan seorang perempuan. Saat ia menuju ke sumber suara untuk memastikan, apa yang ia dengar itu benar atau tidak. Ternyata itu semua memang benar, Papanya sedang berbicara bersama Dini.

Christin ternyata tidak main-main dengan perkataannya, Christin tidak berbohong padanya. Dini sedang berada di Mansionnya sekarang dan memberitahukan segala perbuatan busuknya kepada Papanya.

Robert berdiri mematung di ruang tamu, belum ada yang menyadari keberadaannya. Kedua orang itu sedang sibuk berbincang.

"Keterlaluan kalian berdua" Bentak Papa Alenzo dengan nafas memburu pertanda emosi.

Sementara Robert yang mendengar bentakan itu, sudah tau akan nasibnya nanti yaitu Papanya tidak akan memaafkan perbuatannya kali ini.

Robert kemudian mendekat ke arah Papanya. "Pa" Panggil Robert dengan nada lirih, ia sudah siap akan segala konsekuensi buruk yang akan ia terima nanti.

Panggilan dari Robert mengintrupsi perbincangan antara Papa Alenzo dan Dini. Keduanya lalu mengalihkan pandangan ke arah sumber suara dan ternyata itu adalah Robert, biang dari segala masalah yang mereka berdua perbincangkan.

Papa Alenzo menatap tajam ke arah anaknya, kilatan kemarahan nampak di kedua matanya. Beda dengan Dini yang tubuhnya sudah bergetar ketakutan dan matanya yang mengedar ke segala arah, tidak berani menatap Robert.

"Pergi" Ujar Papa Alenzo sambil menatap Dini. Sementara Dini yang mengerti jika kata-kata itu ditujukan untuknya, sontak langsung berlari keluar dengan ketakutan yang nampak jelas di wajahnya.

Papa Alenzo yang melihat Dini sudah pergi, lantas mengalihkan pandangannya pada Robert.
"Apa kamu tidak mempunyai hati nurani Robert?" Tanya Papa Alenzo dengan perasaan marah bercampur sedih, kecewa sekaligus geram dengan perbuatan putranya.

Robert menundukan kepalanya lalu melihat ke arah Papanya, ia kemudian tersenyum tipis. "Maaf Pa" Balas Robert, ia tau Papanya pasti sangat kecewa dengannya sekarang.

"Bagaimana mungkin kamu tega melakukan tindakan kotor itu pada adik kamu sendiri, hah" Bentak Papa Alenzo, air mata kemudian mengalir di kedua matanya. Ia sedih sekaligus menyesal, tidak bisa mendidik kedua Anaknya dengan benar sehingga saling bermusuhan sampai menjatuhkan satu sama lain seperti ini.

Kedua bibir Robert bergetar menahan tangis ketika melihat Papanya dalam keadaan seperti ini sekarang, lebih baik Papanya memarahinya habis-habisan atau memukulnya.
Ia tidak masalah akan hal itu, tapi jika Papanya sampai menangis karna perbuatan buruknya ini. Robert semakin merasa bersalah.

"Papa jangan menangis" Ujar Robert air matanya juga ikut turun. Papanya tidak mengabaikan dirinya ketika Richard hadir di kehidupan mereka. Tapi ia akui, memang dasarnya ia yang egois. Sekali dibandingkan, ia menaruh dendam pada Richard.

"Sikap kamu benar-benar keterlaluan Robert, selama ini Papa diam berharap kamu lekas sadar dengan sendirinya. Bukannya Papa enggan menasehati tapi karna sikap kamu yang tempramental, Papa takut kamu tersingung lalu berakhir membrontak" Tutur Papa Alenzo, berharap dengan perkataannya barusan anaknya lekas sadar akan perbuatan buruknya dan berubah menjadi orang yang lebih baik.

"Richard juga samakan Pa, dia juga membenci aku bukan hanya aku yang membenci dia" Tutur Robert, ia tidak ingin hanya ia yang disalahkan.

Papa Alenzo menghela nafas, Ia tidak akan menampik hal itu karna memang itu kenyataannya.
"Itu wajar Robert karna Richard sakit hati Anggun lebih memperhatikan dirimu, kamu juga memonopoli Anggun sehingga Anggun mengabaikan Richard" Balas Papa Alenzo, baginya wajar Richard manuruh dendam pada Robert. Tapi ia juga tidak membenarkan kebencian Richard pada Robert, mereka berdua sama-sama salah tetapi anak kandungnya yang lebih egois di sini.

Sementara Robert seperti ditampar kenyataan ketika mendengarkan perkataan Papanya. Ia hanya bisa terdiam membisu, tidak bisa menjawab karna memang begitulah faktanya.

"Kamu tidak lelah Robert terus-menerus memendam kebencian seperti ini?" Tanya Papa Alenzo sambil menatap anaknya dengan pandangan sendu. Sementara Robert hanya diam, tidak menjawab perkataan Papanya.

"Apa gunanya mendendam satu sama lain Robert? Bukankah lebih baik kamu berbaikan dengan Richard agar tidak ada yang tersakiti lagi nanti? Terlebih sekarang Papa sadar, sikap kamu sudah di luar batas Robert. Andai Christin tidak membongkar semuanya sekarang, Papa tidak tau akan menjadi apa kamu di masa depan nanti" Tutur Papa Alenzo, melampiaskan segala unek-uneknya di dalam hati.

"Papa tau, bukan hanya kamu yang salah di sini tapi Richard juga salah. Dia juga menaruh dendam pada kamu sehingga kalian sering bertengkar dan berselisih paham" Ujar Papa Alenzo sambil melihat ke arah Robert "Tapi Papa harap, kamu bisa menyelesaikan ini secara baik-baik bersama Richard. Luruskan masalah kalian, semoga rasa dendam itu segera hilang"

Sementara Robert sedang mencerna segala perkataan Papanya sampai akhirnya ia sadar bahwa dirinya terlampau egois. Pantas Richard mendendam padanya karna ia merebut perhatian Mama Anggun sepenuhnya, sehingga Mama Anggun mengabaikan Richard. Pasti Richard sakit hati, satu-satunya keluarga yang ia miliki direbut dari sisinya.

Pantas Papanya membandingkan dirinya dengan Richard, bukan dengan tujuan untuk menjatuhkan Robert dan meninggikan Richard. Tetapi Papanya melakukan itu, agar Robert mencontoh sikap baik Richard dan tidak menjadi manusia yang egois.

Dan juga, pantas Christin selalu emosi dan jengkel jika bersama dengan dirinya karna ia terlampau egois dan ingin menang sendiri.

Kini ia sadar bahwa hampir segala sumber penderitaan Richard adalah dirinya. Dan juga ia sering menyebabkan masalah pada kehidupan orang lain, ia jadi merasa tidak pantas untuk dimaafkan oleh Richard dan juga Christin.

"Papa harap kamu segera minta maaf kepada Richard, setelah itu Papa akan mengirim kamu ke luar negeri.
Papa akan pikirkan di mana negara yang akan kamu tempati nanti dan juga kamu akan bersekolah di sana.
Setelah itu, renungkan segala kesalahan kamu di sana. Kelak ketika kamu kembali, semoga kamu menjadi orang yang lebih baik" Ujar Papa Alenzo sambil menepuk bahu Anaknya.

Robert menganggukan kepalanya tanda setuju, ia tidak akan membantah perintah Papanya karna memang itu adalah jalan yang terbaik. Jika ia tetap di sini, Richard akan selalu sakit hati jika melihatnya.

Papa Alenzo yang melihat anggukan Anaknya yang berarti Robert setuju dengan sarannya, membuat ia menyungingkan senyum. Akhirnya Robert sadar atas segala sikap buruknya selama ini.

Jujur, ia memang sangat marah pada tindakan kurang ajar Robert kepada Richard. Tapi memarahi dengan membentak Robert terus-menerus itu bukanlah opsi yang baik apalagi melayangkan tindakan kekerasan.
Ia tidak akan melakukan hal sehina itu, maka menyadarkan Robert dengan cara halus seperti ini adalah opsi yang baik. Karna Anaknya tipe pria tempramental, jadi jika dikasari hanya akan berakhir membrontak.

"Bagus, Papa senang melihat kamu seperti ini. Kalau begitu Papa tinggal dulu" Ujar Papa Alenzo lalu keluar dari Mansion menuju ke Kantornya.

Robert kemudian mendudukan diri di sofa, merenungkan segala tindakan buruknya. Pantas saja ia tidak bisa mendapatkan Christin dan Pantas saja Christin lebih memilih Richard. Karna Richard memiliki sifat yang lebih baik ketimbang dirinya, persis seperti apa yang diucapkan Christin padanya pagi tadi.

Robert lalu mengeluarkan ponselnya kemudian mengirim pesan pada Richard, meski ia memusuhi Richard tapi ia memiliki nomor ponsel Richard.

Richard

Ini gue Robert, ada yang mau gue bicarain dengan lo untuk terakhir kalinya di Mansion Alexander jam tiga sore.

Setelah mengirim pesan itu, Robert menghela nafasnya. Ia berfikir jika secepatnya ia harus mengakhiri semua ini agar tidak ada yang tersakiti akan sikap egoisnya lagi.

To Be Continue

Transmigrasi Genius GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang