In Mansion Robert
Christin dan Robert makan dalam suasana keheningan, mereka berdua memang menjunjung tinggi etika tidak boleh berbicara saat sedang makan.
Setelah selesai makan, Robert berinisiatif membuka pembicaraan dengan Christin.
"Gue harap lo gak terbebani dengan pengakuan gue tadi Chris" Ujar Robert tenang tapi sebenarnya ia sedang gugup. Siapa pria yang tidak gugup setelah mengungkapkan perasaannya?
Christin tersenyum tipis mendengarkan perkataan Robert, ia lalu menatap Robert dengan sorot mata menyelidik. "Lo serius dengan kata-kata lo tadi?" Tanya Christin masih ingin memastikan akan pengakuan Robert tadi.
Sementara Robert tersenyum masam, ia memaklumi jika Christin masih ragu akan pengakuannya. Memang siapa yang tidak ragu jika orang yang terlihat membencimu malah mengatakan jika ia menyukaimu?
"Gue serius" Tutur Robert sambil menatap Christin intens, ia berharap Christin akan percaya.
Christin menghela nafasnya cukup merasa terbebani dengan pengakuan Robert bukan ini yang ia mau, memang ini akan semakin melancarakan rencananya tapi ia bukan perempuan tidak berperasaan yang mempermainkan laki-laki.
"Robert" Panggil Christin sambil menatap tepat ke kedua bola mata Robert.
Sementara Robert mendadak gugup ditatap seserius itu oleh Christin. Tidak menyangka jika ia dan Christin bisa memiliki momen bertatapan tanpa aura permusuhan seperti sekarang.
"Kenapa?" Tanya Robert, ia juga cukup was-was dengan apa yang akan disampaikan Christin padanya.
"Gue harap lo gak akan tersingung dengan apa yang akan gue katakan setelah ini tapi gue harap lo juga bisa mengerti Robert" Ujar Christin sambil meneliti ekspresi Robert yang terlihat tidak tenang.
"Gue merasa cukup terbebani dengan pengakuan lo Robert, kita berada di hubungan yang tidak baik untuk saat ini dan mendengar lo menyukai gue, itu cukup mengejutkan" Tutur Christin terdengar kejam memang tapi ia harus melakukannya.
"Gue harap lo mengerti jadi cukup bertindak biasa saja, anggap lo gak pernah mengatakan hal ini pada gue dan gue akan menganggap gak pernah mendengar hal ini dari lo" Ujar Christin, ia rasa ini solusi terbaik dibanding Robert semakin sakit hati jika mengetahui ke depannya akan bagaimana.
Sementara Robert yang mendengar respon Christin terkekeh miris. Memang apa yang bisa ia harapakan?
Christin akan menerima perasaannya?Mustahil, seperti sekarang Christin bahkan dengan tegas menolak dirinya juga menyuruhnya untuk melupakan pengakuannya pada Christin tadi.
Sebegitu enggankah Christin padanya?"Apa lo begitu membenci gue?"
Tanya Robert berusaha mati-matian agar suara yang ia keluarkan tidak terdengar menyedihkan."Iya" Jawab Christin sambil menggepalkan tangannya di bawah meja.
"Lo benar, emang itu sudah seharusnya lo membenci gue" Ujar Robert sambil tersenyum miris mengingat sebrengsek apa perbuatannya pada Christin dulu.
"Lo tau Robert, penyesalan apa yang paling menyakitakan di dunia ini?" Tanya Christin sambil menatap Robert dengan pandangan sendu.
"Tidak di maafkan oleh orang yang pernah kita sakiti" Jawab Robert, baginya itu adalah penyesalan paling menyakitkan yang pernah ia rasakan. Buktinya sekarang Christin jelas tidak akan mau memaafkan perbuatan brengseknya dulu.
"Tidak" Tutur Christin sambil menggelengkan kepalanya.
"Lalu apa?" Tanya Robert dengan sorot mata kebingungan.
"Orang yang lo sakiti sudah pergi meninggalkan lo sebelum lo minta maaf padanya" Jawab Christin dengan tatapan penuh arti pada Robert.
Sementara Robert yang mendengarkan perkataan Christin tertegun. Entah kenapa, akibat kata-kata Christin tadi dugaannya semakin kuat. Robert kemudian menggelengkan kepalanya mengusir segala kemungkinan yang hinggap di otaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Genius Girl
Novela JuvenilRabella Anastasya, Gadis feminim dan anggun berusia 20 tahun. Menjalani kehidupan sebagai Sekertaris Direktur di Perusahaan besar.Gadis genius yang lulus S2 diusia 19 tahun. Semua berjalan semestinya,Sampai hari itu Bella pulang dari kantor lalu...