𝐥𝐚 𝐩𝐞𝐭𝐢𝐭 𝐦𝐨𝐫𝐭 𝟎𝟐 I 𝐬. 𝐫𝐢𝐧𝐭𝐚𝐫𝐨𝐮

280 33 0
                                    

"rin aku ingin mengakhiri segala nya."

Kalimat itu, kalimat yang selalu muncul, kalimat yang selalu terngiang di kepalanya membuat bayangan baru bagi seorang suna rintarou, kecemasan yang menguap dalam gunung keputusasaan ditemani dengan cairan panas yang sewaktu waktu dapat mengakibatkan bencana.

Sial, suna tak bisa berhenti berpikir. Semua nya, semua hal bercampur menjadi satu menghasilkan warna hitam pekat.

Telapak tangan mengusap wajah rupawan nya, "fuck."

Setelah kejadian bergelut dalam selimut itu terjadi, sang gadis berbicara, batin ingin mengakhiri segala nya sebelum pergi. Belum sempat ia mengejar, sang gadis telah hilang ditelan kabut.

Semua ini mimpi, ya, ia hanya perlu mencubit diri sendiri, berkata pada jiwa raga bahwa semua ini halusinasi semata saja.

Masa lalu yang tak semulus rencana yang dibuat dalam otak cerdas suna menjadi kendala utama perubahan sikap yang sekarang ia landa, sedikit—ralat, banyak memberi dampak ombang ambing emosi yang menjadi badai dalam samudra.

"suna, kau baik baik saja ? kemarin kau menghilang, kau bahkan tak meminta izin pada senior."

"pergi." Satu kata keluar dari mulut suna, sungguh, miya bersurai terang di depan nya memburuk suasana dengan menyebut kata senior dalam mulut nya.

"hei, aku bertanya, aku ingin membantu mu, sebagai seorang teman."

"kalau begitu pergi, aku tak ingin melihat wajah buruk mu."

Emosi sang miya bersurai terang itu tak dapat dibendung lagi kala suna mengejeknya, benar, kedua pemuda itu kini berada dalam skala emosi diatas angka rata rata, "bedebah apa yang kau katakan barusan ?"

Kra kain hitam yang digunakan oleh suna ditarik begitu keras, membuat tubuh lemas itu ikut tertarik.

"sudah kubilang pergi kau miya, kau tak mau mendengarkan ku."

"persetan dengan itu suna, berikan aku penjelasan dengan sikap mu ini. Berhenti menjadi pengecut."

Rasa sakit pada pipi terasa ketika kepalan tangan suna mendarat dengan mulus pada atsumu, "siapa yang kau bilang pengecut miya, katakan sekali lagi, akan kubuat kau menyesal."

Dengan itu telah di tetapkan bahwa kedua pemuda itu saling beradu tinju. Suara loker yang terbentur menjadi daya tarik bagi seseorang yang berada di luar ruangan, osamu selaku seseorang yang mendengar bising terlebih dahulu segera menampakan batang hidung nya di dalam kamar ganti.

"kalian berdua hentikan." Dengan susah payah osamu menghentikan kekacauan yang ada, membuat nya menerima satu—dua buah pukulan dari kedua belah pihak, "aku bersumpah jika kalian berdua tidak berhenti aku akan memanggil senior kita."

Seketika itu juga kedua figur atletis itu terdiam di antara sisi ruangan, suna lebih memilih duduk dilantai dengan tembok menjadi penompang sedangkan atsumu masih berada dalam puncak amarah nya.

Kedua lengan osamu sibuk menghentikan tubuh atsumu yang dengan berbagai kesempatan siap menghujami wajah pemuda dengan mata sipit itu.

"sudah kubilang 'tsumu, hentikan. Ini tak akan menyelesaikan masalah."

"kau seharusnya bertanya pada suna, ia yang memulai pertengkaran ini." Deru napas atsumu dapat didengar dalam ruangan kecil itu.

"kendalikan emosi mu 'tsumu, kita akan berbicara baik baik."

"katakan, apa yang terjadi pada kalian berdua." Kita, selaku ketua tim mulai angkat bicara, "suna yang memulai nya terlebih dahulu."

𝐓𝐄𝐋𝐄𝐏𝐀𝐓Í𝐀, 𝗛𝗔𝗜𝗞𝗬𝗨𝗨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang