BAB 6 : Meet Cute

671 147 25
                                    

"Lelah juga?" tanya Adrian itu sambil tertawa kecil pada Serendi.

Serendi menoleh kekanan dan kiri-memastikan bahwa pria itu berbicara kepada dirinya. "Sa-saya?"

Adrian mengangguk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adrian mengangguk.

Serendi mengangguk pelan. "Sedikit," jawab Serendi singkat dan hati-hati. Serendi tau persis pria yang ada dihadapannya ini tampan, tapi kini pikirannya sekarang berenang kemana-mana. Walaupun pria ini memiliki wajah yang tampan, tidak berarti dia orang baik batin Serendi. Betul, gue nggak boleh terlalu baik. Jaga diri lo, Serendi!

Adrian berdiri dan berjalan kearah meja Serendi. Perilaku dari Adrian itu membuat Serendi semakin ketakutan. Ia menarik dirinya kebelakang dan segala ketakutannya semakin besar ketika Adrian sekarang ada disampingnya. "Boleh saya duduk disini?" ucap pria itu sambil tersenyum kecil.

"Hah?" tanya Serendi, kaget. Ia melihat kekanan dan kekiri. Suasana café masih cukup ramai. Jadi, jika terjadi sesuatu ia masih bisa teriak, bukan begitu?

"Apakah boleh?" tanya pria itu lagi.

Bola mata Serendi membesar dan ia merasakan sesak karena ketakutan. Seketika bulu kuduknya berdiri. Semua sel yang ada ditubuhnya kini memberontak dan dengan satu gerakkan cepat, Serendi berteriak, "Sa!" matanya berkaca-kaca, "Saya nggak punya apa-apa!" Ia mengeluarkan dompet kecilnya sambil menyodorkannya pada Adrian.

Beberapa orang yang ada disekitar mereka kini berkicau ramai. Tapi, tidak ada satu dari mereka pun yang bergegas mengampiri Adrian ataupun Serendi. Beberapa barista malah menggelengkan kepala mereka.

"Saya tidak perlu uang anda." Adrian tertawa kecil lalu kini duduk didepan Serendi.

Nggak perlu uang? Terus mau... Mata Serendi yang masih bergetar memacu napasnya yang semakin berantakan. Serendi melihat kearah Adrian sambil memeluk dirinya sendiri. "Saya nggak mau! Saya wanita baik-baik! Saya!" Serendi mengambil napas lagi, "Saya bisa teriak!"

Pita suara Adrian tiba-tiba ingin bergerak bebas dan tidak perlu waktu lama, tawa Adrian mengisi satu ruangan café. Adrian memegang perutnya sambil tertawa terbahak-bahak. Matanya mengeluarkan beberapa tetes air mata. "Anda... benar-benar unik, ya!" ucapnya sambil terus tertawa.

 benar-benar unik, ya!" ucapnya sambil terus tertawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lost in Serendipity - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang