BAB 11: Midnight Memories

671 151 32
                                    

Langkah cepat Adrian mengantarnya kedalam ruang kerja. Gerakan tangannya buru-buru melepas jas dan dasinya. Ia merasa bahwa sesak yang dimunculkan adalah karena dua item tersebut masih menempel padanya.

 Ia merasa bahwa sesak yang dimunculkan adalah karena dua item tersebut masih menempel padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau... kalau saja tadi Derimi nggak manggil gue...

Adrian terduduk tegak dan tercenung dalam waktu yang lama.

I might hug her... No. Not only that. I... I might kiss her.

Punggungnya seakan-akan menyerah dan langsung membawanya tergeletak setengah badan di sofanya. Ia menatap pintu ruang kerjanya, itulah jarak yang memisahkan dirinya dengan wanita yang ia jauhi, sukai itu.

 Ia menatap pintu ruang kerjanya, itulah jarak yang memisahkan dirinya dengan wanita yang ia jauhi, sukai itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disisi lain, Derimi menatap Serendi dengan kepalanya yang dimiringkan. Serendi—yang kini sedang linglung dan melamun didapur—masih mengatur pernapasannya.

"Kakak sama Papa Dri kenapa? Berantem, ya?" tanya Derimi. Tangannya meraih bagian bawah baju Serendi.

Serendi yang masih linglung itu menunduk dan mengelus pelan tangan Derimi yang menggantung pada bajunya. "Nggak, kok. Tadi, kakak cuman kaget aja pas lihat Papa nya Derimi didepan pintu." Serendi diam sesaat. Benar juga. Bukan salah gue kalau gue akhirnya papasan sama Adrian didepan pintu tadi. Adrian nggak bunyiin bel. Serendi menghela napas berat lagi. "Who am I kidding right now. Bisa-bisanya gue malah mikirin perihal bel padahal jelas masalah utama kami lebih besar. Faktanya aja dia masih marah sama gue."

"Siapa yang marah sama Kak Serendi? Bilang ke aku kak! Aku bakalan jagain Kakak!" seru Derimi lagi—tangannya diletakkan dipinggang—sukses membuat Serendi tersenyum ramah.

"Wah, kalau yang jagain Kakak kayak Derimi, pasti nggak ada yang berani nakalin Kak Serendi!" puji Serendi bangga. Ia kembali meraih bahu Derimi dan tersenyum, "Nah, Papanya Derimi kan sudah pulang nemenin Derimi, kakak pulang dulu, ya. Besok pagi kakak kesini lagi nemenin Derimi ke Sekolah. Oke?"

Derimi menggeleng cepat, "No! Aku mau ditemenin bobo dulu!" rengek Derimi.

Derimi menggeleng cepat, "No! Aku mau ditemenin bobo dulu!" rengek Derimi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lost in Serendipity - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang