Bab 22 When We First Met

391 92 3
                                    

Flashback

Adrian mendecakkan lidahnya karena tidak sabar. Ia menatap temannya, Imielda, yang masih sibuk memilih beberapa baju bayi dan terus menerus bertanya pada dirinya, 'Mana yang lebih bagus?'.

 Ia menatap temannya, Imielda, yang masih sibuk memilih beberapa baju bayi dan terus menerus bertanya pada dirinya, 'Mana yang lebih bagus?'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seriously... Anak bayi emang ngerti ya baju model apa yang akan dia pakai? Apapun bagus kok." Adrian menggelengkan kepalanya karena kesabarannya hampir habis. Kalau saja Abangnya tidak menyuruhnya untuk menemani Imielda belanja baju, ia akan melempar tugas ini ke Kaiser yang jelas lebih suka dengan kegiatan seperti ini.

"Adrian..." Imielda memberikan Adrian tiga gantungan baju bayi dan menusukkan jari telunjuknya pada bahu Adrian. "Lo itu belum ngerasain aja. Nanti kalau punya anak sendiri pasti juga suka lihat-lihat hal kayak gini. Oh my God... Ad! Itu topinya lucu banget! Ayo beli beli!" Imielda berjalan cepat kearah topi-topi berbentuk bermacam-macam binatang. Tangannya begitu sibuknya menerka-nerka berbagai macam topi berukuran mini itu.

"Tapi... apa gue bisa minum teh dulu? Kepala gue udah sakit gara-gara Leona yang marah-marah nggak jelas tadi pagi sampai gue lupa minum teh. Badan gue nggak bisa berfungsi dengan baik kalau gue belum minum teh pagi dan wine dimalam hari. Lo tau itu, kan?" tanya Adrian sambil menghampiri Imielda.

Imielda memutar badannya. "Ya, ya. Dibawah ada cafe. Nanti gue susul. Barang-barangnya..." Imielda hendak mengambil barang-barang yang ada ditangan Adrian, tapi Adrian terlebih dulu menaruhnya didalam tas belanjaan dan memberikannya pada spg yang ada disana.

Adrian mengeluarkan senyuman yang membuat tangan spg itu gemetar. "Tolong kakak saya untuk memilih barang, ya. Oh, dan ini tanda terima kasih saya." Adrian menyelipkan beberapa lembar uang kertas ratusan ribu dan sang spg langsung mengangguk mengerti. Adrian menoleh kearah Imielda yang sudah mengerucutkan bibirnya dan Adrian tau, Imielda akan mulai menceramahinya. Tapi, sebelum itu terjadi, Adrian berjalan menghindari Imielda. 

"Ck. Dasar," Imielda menggelengkan kepalanya lalu tersenyum kepada spg yang ada disampingnya. "Terima kasih sudah mau membantu."

Spg itu menggangguk, "Suaminya... tampan sekali."

Imielda tertawa mendengar ucapan dari sang spg. Ia menggelengkan kepala dan tangan kanannya ia lambaikan dalam bentuk denial besar, "Dia bukan suamiku. Dia sahabatku. Setidaknya aku berpikir seperti itu."

ꕻꕻ

Serendi menatap jam tangan yang melekat pada pergelangan tangan kirinya. Kakinya mulai bergerak tidak sabar dan tangannya mengaduk-aduk kopi yang tidak kunjung ia minum.

Sebenarnya, hari ini adalah hari yang sangat dikhawatirkan oleh Serendi. Hari dimana ia akan keluar dari rumah Elris dan sekarang... ia menunggu Ello. Mantan pacar dan juga kakak dari sahabatnya. Pikirannya melayang kemana-mana. Ia tidak tau apa alasannya Ello ingin bertemu dengannya secara 'private' dihari yang sama Elris mengantarkannya ke kosan baru.

Lost in Serendipity - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang