Side Story #1

237 40 2
                                    

Seperti biasanya, Serendi dan Adrian akan bangun pagi untuk saling membantu membuat sarapan yang akan disuguhkan didepan dua anak kesayangan mereka, Derimi dan Anya. Adrian yang akan langsung menyeduh teh panas untuk nya dan Serendi. Serendi yang juga langsung memasukkan beberapa helai roti kedalam toaster dan menyiapkan bekal untuk Anya.

 Serendi yang juga langsung memasukkan beberapa helai roti kedalam toaster dan menyiapkan bekal untuk Anya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Derimi selalu tersenyum puas dengan pemandangan itu, setiap paginya. Walaupun disaat yang sama ia terus berandai-andai apa yang terjadi jika Adrian dan Serendi bukanlah bagian besar dari hidupnya seperti sekarang ini. Bagaimana jika seandainya, kedua orang tua Derimi tidak meninggal saat itu? Apakah ia akan iri dengan Anya yang memiliki dua orang tua seperti Adrian dan Serendi?

Pikirannya membawa Derimi kembali saat Derimi tau, bahwa ia bukanlah anak kandung Adrian di ulang tahunnya yang ke 15, Derimi mengunci dirinya sendiri didalam kamar seharian. Ia hanya menangis dan meraung karena kenyataan bahwa ia tidak pernah melihat kedua orang tuanya, kenyataan bahwa orang yang selama ini ia panggil Papa bukanlah Ayah kandungnya.

Tapi, ketika Derimi mengurung diri, satu sosok yang tidak pantang menyerah, mengubah hidupnya.

Mama Ser.

Serendi yang memanjat tangga dan tiba di balkon Derimi. Ia terus-menerus mengetuk kaca hingga anak laki-lakinya itu membukakan jendela dan mempersilahkannya masuk.

Serendi memeluk Derimi dengan erat dan ia selalu bilang pada Derimi, "Apapun yang terjadi kamu tetap anak aku dan kamu tau kan seberapa besar rasa sayang aku sama kamu, nak? dan Derimi tau dari awal kalau Mama Ser bukan Ibu yang melahirkan kamu, tapi kamu tau kan bahwa Mama Ser nggak akan bisa hidup kalau nggak ada Derimi? Bayangkan rasanya Papa Dri yang nunggu kamu diluar pintu itu, nak. Rasa sayang Papa Dri sama kamu... melebihi apa yang kamu bisa bayangkan. Keluar ya? kita makan bareng, kita rayakan ulang tahun Derimi dengan bahagia ya?"

Right, its not fair.  Derimi menghela napas berat.

Derimi menggelengkan kepalanya setiap pikiran itu muncul. Tuhan telah berkehendak lain. Derimi memang sudah ditakdirkan untuk jadi keluarga inti dari Adrian dan Serendi.

"Nak, itu adek kamu tuh! Nggak mau pakai sepatu kalau nggak dibantu sama Abang katanya," celoteh Serendi sambil mengolesi mentega diatas roti yang sudah terpanggang sempurna,

Derimi tertawa kecil, "Sini, sama Abang."

Anya yang tersenyum lebar langsung membawa dua sepatu kecilnya dan berlari kearah Derimi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anya yang tersenyum lebar langsung membawa dua sepatu kecilnya dan berlari kearah Derimi. Setelah selesai, Anya langsung mengelus rambut Abangnya dengan gemas, "Abang Derimi pintar sekali!"

Derimi tertawa dan mendesis, "Hei, harusnya Anya sudah bisa pakai sepatu sendiri. Kan sudah mau lima tahun!"

Anya mengerucutkan bibirnya, "Nggak! Anya cuma mau pakai sepatu sama Abang Derimi aja!"

"Anya!" teriak Adrian dan Serendi bersamaan. Anya yang terkejut langsung memeluk Derimi dengan erat.

"Derimi, ayo makan. Kamu nanti telat ke sekolah. Kamu mau bawa mobil sendiri hari ini atau Papa Dri antar?" tanya Adrian sambil menyesap teh panasnya perlahan.

"Bawa mobil aja, Papa Dri. Mama Ser, mau aku antar atau ikut sama Papa Dri?" tanya Derimi balik ke Serendi.

Serendi tersenyum lebar dan melingkarkan tangannya ke pinggang Adrian dan ketika suami nya itu memeluk istrinya kembali, Serendi tertawa dan menoleh kearah Derimi, "Sama Derimi aja ah. Anak lebih penting dari suami."

Adrian menarik Serendi dan mendecak, "Anya, mau punya adek nggak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adrian menarik Serendi dan mendecak, "Anya, mau punya adek nggak?"

Derimi menarik kepalanya dengan tatapan tidak suka, "Tolong... disini ada anak yang sudah mengerti apa artinya kalimat itu...jadi tolong, please behave."

Serendi menepuk dada Adrian lalu mengelus kepala Derimi, "Ohiya, kapan kamu kenalin ke kita?"

"Apanya? Siapa?" Derimi mendelik dan mengangkat bahunya.

"Ah, nggak usah bohong. Katanya Kaiser dia lihat kamu antar anak perempuan..."

"NGGAK! SIAPA BILANG?!" teriak Derimi dengan spontan membuat Adrian dan Serendi semakin ingin menggoda anak sulung mereka itu.

"Kata Kaiser, rambutnya sebahu, pakai kacamata..."

"NGGAK ADA!"

"Oh...itu alasannya mau bawa mobil sendiri? Mau jemput pacar dulu biar ke sekolahnya bareng ya?" goda Serendi yang membuat Derimi semakin kehilangan akal.

Derimi menarik tas sekolahnya dan menggerutu. Tapi, ketika ia sampai didepan pintu, Derimi menghela napas dan membalikkan badannya, "Dia...anak yang baik dan namanya..."

😃😃😃

HALLO! dan Selamat datang di side story buat cerita ini! Oke aku langsung aja ya. alasan aku bikin side story karena aku mau bikin up cerita baru yang peran utama nya Derimi HAHAHA Belum tau bakal jadi cerita yang punya banyak bab atau cerita pendek, tapi yang pasti Derimi akan jadi peran utama HAHAHA

Ohiya, ini aku kasih judul Side Story #1 karena ada kemungkinan aku akan tambah ceritanya sesuai dengan ide yang ada dipikiran ku~ so...

kali ini, sampai disini dulu author's note nya. see you guys later !!!

oh, and have a nice day ahead!

Lost in Serendipity - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang